PART 22 .TAKUT GELAP.

20.1K 659 23
                                    


~HAPPY READING~

Author pov.

Setelah kepergian mbak Nining dan mbak Rani ia memutuskan untuk menonton TV diruang tamu. Sendiri dan membosankan begitulah yang dirasakan Arania. Gadis itu terus menekan tombol pada remot mencari siaran drakor namun tidak ada yang menarik. Akhirnya ia beranjak dari sofa mematikan TV lalu menaiki tangga menuju kamarnya.

Langkahnya terhenti melihat jam di dinding. "Dia belum pulang? Sagara juga udah makan atau belum ya?" Monolog Arania sendiri.

Arania masuk ke dalam kamar menutup pintu lalu naik ke atas ranjang merebahkan diri diatas kasur yang empuk. Baru saja matanya ingin menutup mendadak lampu mati dan semuanya menjadi gelap. Ia panik saat netranya tidak bisa melihat apapun. Tangannya lantas bergerak meraba raba ponselnya, Arania takut. Arania takut gelap dan sialnya ia belum menemukan dimana letak handphone nya berada.

"Jangan takut, Ara. Ayo cari lagi!" Arania berusaha untuk tetap tenang walaupun tidak bisa dipungkiri rasa ketakutan mulai datang menyelimuti dirinya.

Gadis itu berdecak dengan netra yang mulai berair namun terus mencari hingga akhirnya ia berhasil menemukan handphone dan langsung menyalakan lampu. Suara gerimis hujan dan langit yang bergemuruh membuat Arania merasa takut. Ia memberanikan diri untuk keluar dari kamarnya mencari seseorang berharap dia sudah pulang. Dengan cahaya lampu ponsel kakinya melangkah mendekati kamar Sagara.

Perlahan pintu itu ia buka namun kosong tidak ada pemiliknya. Hingga disaat yang sama pula suara gemuruh bersuara cukup keras dan sontak Arania dibuat terkejut menutup kuat-kuat kedua telinganya.

Ia mulai ketakutan ditambah suara angin yang menerpa pohon pohon besar diluar terdengar begitu mencekam. Arania menutup kedua mata mencoba menghiraukannya namun tidak bisa. Cewek yang tengah dilanda rasa takut itu mulai mencari kontak seseorang di layar ponsel.

Panggilan terhubung.

"Hallo, "

"Sagara kamu dimana? Aku takut... " Lirih Arania dengan suara parau.

"Jangan matikan sambungannya, gue pulang sekarang!" Seperti yang disuruh oleh Sagara, Arania terus menghubungkan komunikasi antara keduanya.

Arania menelungkupkan kepala di kedua lutut dengan tumpuan tangan yang dilipat. Ia menangis ketakutan. Mulutnya terus merapalkan doa berharap Sagara segera sampai dirumah.

Disisi lain.

"Bangsat!" Umpat Sagara ketika melihat banyaknya mobil yang terpaksa berhenti sebab tertutup pohon yang tumbang kearah jalan raya.

Terpaksa cowok itu harus memutar setir mobilnya mengambil jalur arah lain untuk bisa pulang. Mau tidak mau Sagara harus melaju dengan kecepatan tinggi karena jaraknya yang sedikit lebih jauh daripada jalan sebelumnya.

Beberapa menit kemudian Sagara berhasil sampai dirumah dengan selamat. Cuaca malam ini sungguh diluar prediksinya yang sebelumnya awan tampak cerah dengan bertabur bintang namun beberapa saat kemudian digantikan oleh suara gemuruh dan hujan pun turun dengan deras.

Tangan kekar milik cowok itu bergegas membuka pintu masuk utama kediamannya akan tetapi tidak bisa, sepertinya pintu terkunci. Sagara memutar otaknya mengingat dimana ia simpan kunci cadangan rumah.

SAGARA :(He is my husband) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang