PART 36. OBSESI AREZ.

5.9K 336 51
                                    


~HAPPY READING~

Author pov.

Sagara menutup pintu Roftoop rapat, lalu melangkahkan kakinya menghadap Arania.

Perempuan itu meneguk salivanya saat melihat tatapan dingin dan tajam milik laki laki dihadapannya. Kaki Arania refleks bergerak mundur memberi jarak pada langkah Sagara yang perlahan maju mendekat.

"Kenapa gak nunggu gue tadi pagi, hm?" Suara berat itu membuat Arania bergedik ngeri. Ucapannya santai namun terkesan menakutkan siapapun pendengarnya.

Apa Sagara benar-benar marah karena ia meninggalkannya tadi pagi?

Cewek itu mengerjap."Aaaa itu, apa? Aku piket! Iya, piket. Makanya harus berangkat lebih awal." Alasan Arania.

Ia meremas ujung roknya kuat kuat ketika tubuhnya terpaksa berhenti karena menabrak punggung sofa. Hal itu memberi kesempatan Sagara untuk mengukungnya.

Wajah datar nan tampan itu kini menelisik dekat wajah perempuan didepannya yang mulai terlihat takut dan gelisah.

"Jangan bohong sama gue, Ara." Wajah Sagara terus bergerak maju.

"Aku beneran gak bohong, Sa." Arania menjadi was was.

Tangan kekar laki laki itu terulur menyingkirkan helaian rambut panjang Arania ke belakang telinga. "Milih jawab jujur atau gue cium."

Mata Arania langsung membulat. "Oke aku jujur!" Balas cewek itu cepat.

"A-aku gak mau berurusan sama gengnya Lova kalo dia lihat kita sekolah bareng. Dan soal piket--, a-aku beneran piket hari ini. "Jelas Arania sedikit gagap.

Sagara menarik sudut bibirnya tersenyum kecil lalu menarik diri sehingga memberi ruang untuk perempuan itu menghela nafas lega. Posisi mereka tadi benar-benar bikin Arania deg degan dan panik. Entah bagaimana jadinya jika ada yang melihat?

"Lain kali pergi sekolahnya harus bareng gue. Berani langgar berarti lo siap tanggung akibatnya." Tegas cowok itu menatap Arania yang menunduk merasa bersalah.

"Dengar nggak?" Ulang Sagara.

"Iya, maaf." Jawab gadis itu pelan.

Sagara tersenyum kemudian mengacak rambut Arania."good girl."

"Sagara," Panggil Arania sedikit mendonggak menatap Sagara yang lebih tinggi darinya.

Sagara berdehem sebagai respon.

"Aku boleh minta izin kerkom?" Tanya Arania meminta izin kepada lelaki itu.

"Kapan?" Tanyanya.

"Nanti selepas pulang sekolah di cafe sepupunya Wirda,"

"Gue anterin."

"Aku pergi nya bareng Fatin aja ya? Janji setelah selesai langsung pulang. Boleh kan?" Pinta Arania, takut jika cowok itu tidak memberinya izin maka ia akan ketinggalan untuk mendapatkan nilai tambahan.

"Hati-hati, kabarin gue kalo ada apa-apa." Peringat Sagara sangat menjaga perempuan yang sudah menjadi tanggung jawabnya tersebut.

Apalagi kekhawatirannya terhadap laki-laki misterius yang selalu membuat Arania takut itu masih belum kunjung ia ketahui motif serta siapa orang dibaliknya.

SAGARA :(He is my husband) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang