~HAPPY READING~Author pov.
Kendaraan mereka melaju bersamaan dengan pengendara lain di jalanan ibukota. Biasanya siang menjadi waktu sang mentari tengah terik teriknya namun berbeda dihari ini. Langit tampak sendu cuaca menjadi dingin karena angin yang bertiup. Tidak lama kemudian awan berubah menjadi mendung membuat Sagara sedikit menambah kecepatan laju motornya agar bisa sampai dirumah sebelum hujan turun. Refleks Arania memeluk laki laki itu takut terjatuh. Setelah melewati persimpangan lampu merah gerimis mulai terasa dan hujan pun turun sehingga mau tidak mau Sagara harus berhenti untuk meneduh.
Sagara berhenti di sebuah halte, keduanya berlari setelah turun dari motor untuk berteduh sejenak disana sampai sekiranya hujan berhenti. Tidak hanya mereka ada beberapa orang juga berada di tempat itu.
Cowok itu mengacak-ngacak rambutnya, lalu melirik Arania yang tengah meniup serta menggosok gosokan tangan mungilnya sendiri. Dengan pergerakan cepat Sagara melepaskan jaket yang dipakainya lalu memasangkan pada pundak Arania.
"Pakek aja." Kata lelaki itu seraya membenarkan letak jaketnya.
Arania terdiam dengan perlakuan Sagara padanya.
"Makasih," Ucapnya tersenyum kaku.
"Hm, "
Selanjutnya mereka sama-sama dilanda keheningan, hanya suara hujan dan kendaraan dijalanan yang terdengar. Sagara melibatkan kedua tangannya di dada menatap sekitar yang berhawa sejuk. Banyak orang yang berlalu lalang dengan membawa payung dan ada juga rela berlari menerjang hujan demi tujuan mereka.
"Sagara?"
Cowok itu berdehem sebagai respon.
"Kamu kasih jaket ke aku, kamu sendiri gak kedinginan hm?"
"Nggak."
"Coba sini tangan kamu" Pinta Arania tiba tiba.
Kening Sagara mengernyit walaupun matanya masih setia melihat ke depan. "Ngapain?"
Arania tersenyum lalu menarik tangan kekar cowok itu tanpa peduli si empunya yang bingung. Ia mengurungkan tangan Sagara menggunakan kedua telapak tangannya kemudian mengusapnya memberi kehangatan. Dasar gengsi, katanya tidak kedinginan tapi tangannya sudah seperti baru saja meremas es batu. Sementara Sagara, sudut bibir laki laki itu tertarik membentuk senyum tipis karena perhatian tersebut. Lihatlah betapa senangnya gadis itu mengusap telapak tangannya dan bahkan ia sampai tercengang menatap kedua tangan dirinya sendiri yang berukuran mungil ketika disatukan dengan telapak tangan Sagara.
Lucu bukan. Rasanya pengen Sagara terkam saking gemasnya menatap kegiatan sang istri.
"Hangat gak? Eh, hujannya udah berhenti, Sa." Ucap Arania pada Sagara.
Ternyata hujan sudah berhenti walaupun tidak sepenuhnya karena tidak mungkin juga mereka harus menunggu lebih lama apalagi hari sudah sore. Sagara membantu Arania untuk naik ke atas motor setelah dirasa nyaman baru kembali ia lajukan motornya. Beberapa saat setelah itu akhirnya sampai juga di rumah.
Baru saja hendak masuk kedalam rumah handphone dalam saku seragam Sagara bergetar. Dan ternyata yang menghubunginya ialah Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA :(He is my husband)
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Perjodohan, hingga sampai menikah muda dimasa putih abu abunya. Tidak pernah terlintas di benaknya ia akan menjadi calon istri di usia mudanya. Arania kara atau kerap disapa Ara ialah siswi cantik yang memiliki bola m...