PART 37. TATO RING BLACK?

7K 351 66
                                    


~HAPPY READING~


Author pov.


"Ada yang ingin bertemu anda, tuan muda."

Perusahaan ternama Omera Corporation kini tengah kedatangan tamu- tamu penting. Ruangan pertemuan luas itu kini dihuni oleh jejeran para pejabat pemimpin perusahaan besar. Salah satu yang menarik disana adalah kehadiran sosok pemuda yang duduk dengan penampilan masih menggunakan seragam sekolah SMA-nya. Walaupun terlihat tidak sopan akan tetapi hal itu tidak menjadi sebuah permasalahan karena para pejabat tinggi itu tahu status tuan rumah yang sedang mereka datangi.

Pembahasan dimulai dari memperjelas beberapa proyek yang sudah disepakati mereka sebelumnya. Dilanjut dengan memperkenalkan beberapa pimpinan yang baru saja bergabung bekerja sama dengan Omera Corporation.

"Mengingat Ini adalah proyek besar menurut saya sebaiknya kita lakukan lebih cepat." Kata pak Jo setelah memperjelaskan detail proyek tersebut.

"Kami semua sudah menandatangani surat persetujuan, cuman tuan muda Sagara yang belum." Sahut pak Valerian.

"Ambilkan kertas persetujuan, Jo." Ucap Sagara pada pak Jo yang langsung menyerahkan tiga lembar kertas yang berisi keterangan setuju atas proyek ini.

Tangan kekar pemuda itu menggerakkan pena hitamnya untuk menandatangani surat tersebut. Sagara bangkit dari kursi setelah selesai sontak para penghuni kursi lain juga ikut berdiri.

"Pertemuan hari ini saya bubarkan, terimakasih atas kunjungan kalian semua." Sagara berjabatan tangan dengan pak Valerian selaku perwakilan dari pimpinan yang lain.

"Saya harap kami selalu bisa bekerja sama dengan tuan muda Sagara." Ucap pak Adam kepada cowok itu.

"Makasih pak, mari semua saya pamit dulu." Sagara melampirkan tas ransel di bahunya dan tak lupa mengambil kunci mobil serta jaketnya , kemudian berjalan keluar dari ruangan pertemuan.

Wajah tampan yang selalu datar dengan sorotan tatapan dingin laki laki itu berhasil membuat para karyawan wanita yang dilewatinya berdecak kagum. Aura dan pesona pimpinan muda Omera Corporation memang tidak main-main. Sagara melangkah memasuki ruangan pribadinya. Sejenak ia menyenderkan tubuhnya pada kursi dimeja kerja. Matanya memejam namun hal itu hanya sesaat ketika nama Arania terlintas. Langsung ia tegakkan kembali badannya mengambil ponsel yang sempat ia matikan tadi.

Sagara menatap layar handphonenya yang tidak menunjukkan satupun pesan masuk dari perempuan itu. Perasaan khawatir mulai merambat hati Sagara memikirkan Arania. Ia berdiri melangkah pada pintu ruangan lainnya, ia menempelkan jarinya pada gagang pintar sehingga pintu itu berhasil terbuka. Cowok itu meletakkan ponselnya diatas kasur lalu melepaskan seragam sekolah serta kaos putih yang sedari tadi masih melekat pada tubuh atletisnya. Cepat-cepat Sagara langsung mengenakan pakaian lain yang ada dilemari. Kemudian keluar setengah berlari menuju basement tempat mobilnya terparkir. Buru buru cowok itu segera menghidupkan mesin mobil dan memutar stirnya melaju ke jalan raya.

Dalam perjalanan Sagara mencoba menghubungi Arania namun gadis itu sama sekali tidak mengangkat. Decakan keluar dari bibir cowok itu lalu menambah laju mobilnya dengan kecepatan tinggi. Beruntungnya kondisi jalan tidak sedang ramai.

"Nanti selepas pulang sekolah di cafe sepupunya Wirda."

Iya, Sagara tahu dimana letak cafe itu. Tak membutuhkan waktu lama Sagara sampai di tujuan. Ia keluar dari mobil masuk kedalam cafe.

"Sagara?" Itu suara Wirda.

"Ara mana?" Tanya Sagara ketika tak menemukan gadis itu disekitar dalam Cafe.

SAGARA :(He is my husband) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang