04. Panggilan Abang & Persyaratan Naza

20.2K 1.2K 38
                                    

Alby mengernyit heran saat membaca catatan dari Naza. Pria itu mengerjap beberapa kali, kemudian menatap wajah istrinya yang kini tengah tersenyum.

"Serius?" tanya Alby.

Naza mengangguk. Dia ambil catatan yang ditulisnya dari tangan Alby, kemudian membacanya dengan lantang. "Jadi, yang gantiin Bi Yanti harus perempuan yang udah nikah, minimal usianya 45 tahun, udah punya anak dan suami. Yang terpenting bisa bantu aku di rumah. Kalau bisa modelan kaya Bi Yanti. Yang gaptek juga gak apa-apa. Dan, ya ... berpakaian sopan diutamakan."

"Okay ...." Alby menghela napasnya dulu, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. "Tapi, bukannya 45 tahun terlalu-"

"Tua?" Naza langsung menimpali ucapan Alby dengan cepat. "Terus, Mas maunya ABG yang baru lulus sekolah, masih perawan, atau janda muda yang belum punya anak? Gitu?"

Bibir Alby langsung mengatup. Dia selalu hati-hati saat Naza mode kucing garong.

Sebetulnya, bukan tanpa alasan Naza memberikan persyaratan itu. Beberapa hari yang lalu dia mendapat asisten rumah tangga dari salah satu yayasan yang cukup terkenal di Jakarta. Namun, baru kali ini Naza kecewa mendapat asisten rumah tangga. Dia mendapat gadis yang umurnya cukup muda, sekitar 22 tahun. Bukannya membantu Naza, gadis itu malah beberapa kali kepergok asyik joget TikTok.

Okelah untuk hiburan di sela pekerjaan rumah masih bisa Naza tolerir, tapi bagaimana gadis itu menatap Alby sanggup membuat Naza jengkel. Naza tak suka, apalagi dengan pakaiannya yang cukup memprovokasi. Ya, di Jakarta emang panas, tapi apa pantas memakai tank top saja. Bagi Naza tank top bukan pakaian, tapi dalaman.

Terlepas dari itu semua, intinya, Naza tak suka gadis itu ada di rumahnya, terutama jika gadis itu berdekatan dengan Alby. Makanya, hari ini Naza memberikan persyaratan dan kualifikasi untuk orang yang akan membantunya di rumah. Setidaknya, orang yang serius bekerja, bukan mencari peruntungan lain.

Jika bukan karena tak tega Naza bekerja sendirian di rumah, Alby sebetulnya bingung harus mencari asisten rumah tangga seperti apa dan dari mana yang bisa cocok untuk Naza dan Leon. Terlebih Alby juga tak bisa 24 jam ada di rumah untuk menjaga keluarganya itu. Meski agak ribet, persyaratan dari Naza mungkin ada benarnya. Paling tidak, Alby harus punya orang yang bisa diandalkan saat dia sibuk bekerja.

"Gini aja, mas minta bantuan Reksa atau Harsa buat mengusahakan cari asisten yang cocok. Kalau udah ada, nanti kamu sendiri deh yang nentuin. Gimana?" tanya Alby.

Naza berpikir sejenak. Jika dipikir lagi, Naza bisa saja mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Toh, setiap pakaian kotor sudah Alby kirim ke laundry, jadi sudah siap pakai. Untuk makanan, Alby juga tak pernah rewel. Pria itu selalu menerima apa pun masakan Naza. Bahkan, jika punya waktu luang, Alby masak sendiri atau malah beli makanan jadi. Paling, Naza butuh bantuan menjaga Leon saat dia mandi atau masak dan mungkin untuk membersihkan rumah karena perut besar Naza semakin sulit dibawa untuk bergerak.

"Ya, udah. Boleh, deh. Tapi, inget ya, Mas. Yang niat kerja."

"Iya, Sayang ...," sahut Alby sambil kembali bersantai di atas kasur dengan ponselnya. "Mas hubungi langsung nih, Reksa sama Harsa buat cari sekarang."

"Loh, Mas gak berangkat kerja hari ini?" tanya Naza.

"Udah izin gak masuk," sahut Alby sambil tertawa kecil. "Semuanya udah di-handle Reksa," tambahnya.

"Ya, udah. Mau sarapan apa hari ini?"

"Kita pesan aja, yuk! Mas kepengen nasi kuning, pake rendang telor, pake kerupuk terus sambel. Ih enak deh kayaknya."

Naza langsung duduk di samping Alby. Dia ikut menatap layar ponsel Alby yang ternyata tengah memilih berbagai macam menu makanan "Sambel pete sih."

"Ceklis! Mau apa lagi?"

Leon gak mau jadi Abang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang