07. Adik Bayi & Keinginan Leon

20.5K 1.2K 26
                                    

[Part ini agak mundur dibanding dengan Spesial Part]

° ° °

“Selamat, Pak. Bayinya laki-laki.”

Kalimat itu yang masih terngiang di telinga Alby. Dia terus mengembangkan senyuman di balik kaca tebal yang memisahkannya dengan jagoan kecilnya di dalam sana. Meski dengan bantuan kruk yang menyangga tubuhnya, Alby enggan untuk beranjak dari ruangan bayi. Dia tatap setiap inci dari figur mungil putranya dari luar. Bayi merah yang baru lahir itu tertidur nyenyak dalam balutan kain hangat berwarna biru muda.

“Noel,” panggil Alby pelan. Lagi-lagi, senyuman Alby makin mengembang melihat putranya menggeliat, mencari susu. Bibir mungil bayi itu mengerut, lucu. “Aduh, lapar ya?”

“Mirip kamu banget loh, Mas.”

Alby menoleh, menatap Jimmy yang sejak tadi ikut berdiri di sana. “Kalau mirip tetangga, harus dipertanyakan.”

Jimmy langsung mendelik sambil mencebikkan bibirnya. “Iya juga sih! Maksudnya, harusnya ada mirip-mirip Mbak Naza dikit lah!” Jimmy selalu bersemangat untuk berselisih dengan kakaknya. Pemuda itu berbicara hingga muncrat. Dia langsung mengusap bibirnya, menyeka air liurnya yang benar-benar terasa hujan lokal. “Sampe muncrat ‘kan!”

Alby hanya terkekeh. Dia malah asyik memperhatikan Noel terus mencari susu. Sepertinya, bayi merah itu benar-benar lapar, hingga akhirnya dia kelelahan sendiri dan menangis.

“Lah, nangis dia. Bawa keluar boleh gak sih, Mas? Pengen gendong,” tanya Jimmy.

“Gak boleh! Apalagi kalau kamu yang gendong!”

“Tch!” Jimmy kembali mendelik. Jujur, Jimmy penasaran bagaimana Naza bisa bertahan hidup bersama Alby yang menyebalkan. Jika sekarang kaki Alby tidak terluka, rasanya Jimmy ingin sleding tekel kakaknya itu.

“Mobil udah siap belum?” tanya Alby. Dia hampir lupa dengan tujuan Jimmy datang. Pemuda itu datang untuk menjemput Naza, Alby dan Bayi Noel untuk pulang. Berhubung, mobil Alby sudah tidak bisa digunakan lagi. Makanya, dia meminta bantuan Jimmy.

“Udah siap. Aku pake mobil Bang Mako. Ada Mobil Bang Harsa sama Bang Reksa juga sih. Terserah deh mau naik yang mana.”

Alby mengangguk. “Kalau rumah gimana?” tanyanya.

“Udah siap juga, Juragan. Tadi, udah dibilang ke Bu Ratna supaya nyiapin kamar buat Mbak Naza sama Noel.”

“Leon di mana?”

“Nunggu di parkiran sama Miki sama Bang Reksa. Kalau Mamah sama Papah masih di kamar Mbak Naza.”

Hari ini, rumah sakit memang diramaikan oleh keluarga besar Alby dan Naza. Mereka semua sengaja datang untuk menyambut anggota baru yang baru bergabung ke dunia. Ibu datang bersama Mako beserta istri dan Miki. Dari Yogyakarta, Papah dan Mamah juga datang bersama Jimmy. Belum lagi dengan Reksa dan Harsa yang ikut meramaikan sekaligus menjaga Leon. 

Bicara tentang Leon, bocah gembul itu belum bertemu adiknya karena beberapa area rumah sakit tidak diperbolehkan untuk batita. Entah akan seperti apa reaksi Leon nantinya. Kata Ibu, sudah sejak tadi malam Leon menyiapkan tempat sampah yang sempat dibelinya beberapa waktu yang lalu.

“Ya, udah kalau gitu. Kita balik ke kamar mbak kamu dulu, Jim. Kalau Naza udah stabil dan siap pulang, kita balik lagi ke sini, jemput Noel.”

Jimmy mengangguk. Dia segera membantu Alby untuk berjalan. Meski sudah jauh lebih stabil, tapi Alby masih kesulitan untuk berjalan. Apalagi dengan tangan kanannya yang masih harus menggunakan gips. Ya, setidaknya Alby tak perlu menggunakan kursi roda.

Leon gak mau jadi Abang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang