Setelah mendapat kabar Leon dipukul, Alby tak bisa mengontrol wajahnya yang seketika menjadi beringas. Pria itu benar-benar murka. Badannya yang sakit seketika terasa sembuh. Dia langsung petantang-petenteng di area sekolah bersama Naza yang juga tak kalah panik.
"Itu orang tuanya Leon?" bisik salah satu dari murid saat melihat kedatangan Alby dan Naza. "Wah, Gilak. Bapaknya serem banget."
Alby dan Naza langsung bergegas ke ruang guru. Namun, keadaan di ruangan itu sangat di luar dugaan.
"Leon dipukul kakak kelasnya."
Harusnya, kalimat itu diralat. Dibanding dipukul, keadaan sepertinya terbalik. Leon masih baik-baik saja. Bocah itu hanya duduk di salah satu sofa ruang guru. Sedangkan, salah satu murid laki-laki lainnya tengah menangis sambil diobati sudut bibirnya yang berdarah.
Leon yang menyadari kedatangan ayah bundanya, dia langsung berdiri. "Ayah! Bunda!" panggilnya.
Di sana, tak hanya para guru yang berkumpul, tapi ada orang tua dari anak tadi yang sudah datang lebih dulu. Di luar pun anak-anak sibuk mengintip melalui jendela.
"Abang." Naza langsung memeriksa keadaan si sulung, memastikan tidak ada luka sedikit pun. "Mana yang dipukul?" tanyanya.
"Anak saya yang dipukul!" Seseorang menyela ucapan Naza tanpa sopan santun. Dari gelagatnya, sepertinya perempuan itu adalah ibu dari anak yang masih menangis di sana. "Punya anak, didik yang benar! Masih kecil udah jadi berandalan! Gimana gedenya!"
Naza tersulut emosi. Bisa-bisanya Leon yang dia didik dengan sepenuh hati, Leon yang dia rawat dengan kasih sayang dipanggil berandalan orang yang bahkan tak mengenal Leon sama sekali.
"Tolong, Bu. Jangan asal bicara!" balas Naza. Dia yakin, tak mungkin Leon memukul tanpa alasan. "Leon kami didik dengan baik! Gak mungkin dia berani main tangan tanpa alasan!"
Padahal, tadinya Alby yang berniat marah-marah, tapi sekarang malah Naza yang meledak-ledak. Dia terus cekcok dengan ibu dari anak itu. Dua perempuan itu tak henti berteriak satu sama lain. Alby sampai pusing sendiri mendengarnya. Ternyata, jiwa singa betina Naza bisa keluar di depan orang lain.
Lanjutkan, Sayang, batin Alby bergumam. Diam-diam, dia menikmati pergulatan ibu-ibu yang bermodalkan nyerocos hingga tak terhingga.
"Ibu-Ibu ... tolong tenang, sebentar." Akhirnya salah satu guru sepuh di sana menjadi penengah. "Daripada ribut seperti ini, lebih baik kita tanya Leon sama Bryan apa yang terjadi."
Naza mengangguk setuju. Saking emosinya, dia sampai lupa untuk menjadi kebenaran apa yang terjadi dengan Leon dan bocah bernama Bryan itu. Berbeda dengan ibunya Bryan, perempuan itu langsung beranjak dan membawa putranya pergi begitu saja.
"Tch, gak punya sopan santun," gumam Naza.
Setelah yakin Leon tak kenapa-kenapa, kini Alby dan Naza duduk mendengarkan penjelasan apa yang terjadi. Saat ditanya, Leon tak mau menjawab apa-apa. Bocah itu hanya menunduk dan sesekali mencuri pandang pada ayahnya.
"Abang ...." Naza usap kepala Leon. "Ayah, bunda, sama guru-guru di sini gak marah sama Abang. Cuman, kami pengen tahu, kenapa Abang pukul Bryan?" tanyanya.
Leon masih enggan berbicara. Dia semakin menunduk, kemudian menangis tersedu-sedu. Semua orang di sana ikut bingung dan tak mengerti. Tadi, guru-guru juga sempat meminta kesaksian pada murid-murid lain. Semua murid yang menyaksikan kejadian tadi juga tak tahu apa yang menjadi penyebabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leon gak mau jadi Abang!
RomanceSEQUEL TURUN RANJANG Hanya keseruan Alby dan keluarga kecilnya ditambah dengan kegemoyan Leon yang gak mau jadi Abang. ps. Ada ilustrasi komik di setiap babnya.