05. Rencana Gagal & Lelucon Buruk

17K 1K 16
                                    

Setelah hampir 8 tahun bergelut dengan perusahaan kontraktor warisan dari sang kakek, pertama kalinya bagi Alby mengikuti tender yang diselenggarkan oleh pemerintah pusat. Biasanya, dia bekerja sama dengan pengusaha-pengusaha luar negeri sebagai perusahaan yang menyediakan jasa pembangunan berskala besar. Namun, kali ini perusahaan bernama Rigelton Contractor itu mendapatkan undangan dari pemerintah pusat untuk rencana pembangunan infrastruktur pemerintah di IKN Nusantara.

Jujur saja, Alby tak mau menyia-nyiakan kesempatan berharga itu. Dia sangat bekerja keras untuk mendapatkan tender yang mungkin bisa beromset miliaran rupiah. Makanya, tak heran akhir-akhir ini Alby selalu pulang larut malam dan bahkan harus pergi saat matahari belum muncul, kemudian pulang ketika matahari sudah kembali terbenam. Semuanya, demi menyiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk memenangkan tender tersebut meski berakhir mendapat keluhan dari Naza.

Namun, tak cukup sampai di situ, tak mudah untuk memenangkan tender itu karena tak sedikit perusahaan yang juga ikut serta, termasuk perusahaan asing dan perusahaan senior yang sudah terkenal andal dalam proyek-proyek pemerintahan. Jika bersaing soal kualitas dan kredibilitas Alby tak pernah takut memamerkan kemampuan perusahaannya, tapi kali ini dia sedikit khawatir, sebab ada perusahaan asing yang menawarkan tender dengan harga yang sangat jauh lebih murah, bahkan harganya hampir setengah dari harga yang perusahaan Alby ditawarkan.

“Kita nggak bisa menurunkan harganya lagi.” Alby langsung menolak usulan untuk menurunkan harga penawaran tender itu. Dia mungkin berambisi untuk memenangkan tender, tapi kualitas dan memberikan jasa terbaik jauh lebih penting. “Kita yang mungkin bakal kebobolan kalau memberikan harga yang jauh lebih murah.”

“Jadi, kita tetap akan mengajukan proposal penawaran dengan harga yang direncanakan di awal?” tanya Reksa.

Alby menoleh. “Iya,” sahutnya.

Saat ini, Alby dan seluruh timnya tengah meeting fiksasi harga dalam proposal penawaran. Setelah lolos dalam tahap presentasi, mereka harus menyiapkan harga dan kualitas yang cocok supaya bisa memenangkan tender itu.

“Dengan besaran harga segitu, kemungkinan kita akan gagal mendapatkan tender itu, Pak,” timpal Bagas, teman lama Alby yang baru bergabung di Rigelton Contractor.

“Harga tahu kualitas. Penawaran kita memang jauh lebih mahal dari perusahaan lain, tapi kita bisa menjamin kualitas juga lebih jauh dari mereka. Jika pihak penyelenggara mengutamakan kualitas, kita gak perlu takut,” sahut Reksa.

“Ini bisnis, Pak. Mereka akan mempertimbangkan antara harga dan kualitas.” Bagas kembali menimpali. Pria itu juga yang sejak tadi memberikan saran untuk menurunkan harga.

Alby bukan tidak mempertimbangkan saran dari Bagas, tapi harga itu sudah sangat sesuai dengan kualitas jasa yang akan mereka berikan nantinya. Sebagai pelaku bisnis, Alby juga tak mau mengalami kerugian karena pasak lebih besar dibanding tiang.

Pria itu beranjak dari tempat duduknya. Sambil mengancingkan kembali jasnya, dia menutup meeting mereka malam ini. “Siapkan saja proposal dengan harga yang sudah kita rencanakan di awal. Terima kasih untuk seluruh tim yang sudah sangat bekerja keras. Kita akhiri meeting ini, selamat malam dan selamat beristirahat,” pungkasnya.

Semua orang di sana langsung bersiap untuk pulang, termasuk Alby yang sudah merindukan wajah Naza yang mungkin malam ini juga akan mengeluh karena Alby pulang larut malam lagi.

Alby melirik jam tangannya, ternyata sudah jam 10 malam. Biasanya jam segini Leon akan sudah tidur dan Naza masih menonton televisi sambil menunggu Alby pulang.

“By!” Tiba-tiba, Bagas menepuk pundak Alby, menahan agar Alby menunggu sebentar. “Mau ikut gak?” tanyanya.

Alby tak mengatakan apa-apa. Dia hanya menatap teman lamanya itu. Dulu, Alby memang cukup akrab dengan Bagas. Makanya, mereka sudah tak segan satu sama lain lagi.

Leon gak mau jadi Abang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang