Alby berdiri di beranda rumah, menatap istrinya yang sudah cantik dengan kemeja hitam dan skinny jeans. Rambut panjang perempuan yang hampir kepala tiga itu diikat dengan cantik, memamerkan curtain bang yang begitu cocok dengan wajah mungil nan tirus seorang Naza Diana.
“Mas, tolong keluarin motor aku.” Dengan tas kecil yang melintang di tubuhnya, Naza memberikan kunci motor pada Alby sambil tersenyum kecil.
Saat Naza sudah rapi dan wangi, berlainan dengan Alby yang masih memakai kolor di atas lutut, kaos putih longgar, dan rambut yang berantakan selepas tidur. Bahkan, kakinya tak memakai sendal sama sekali. Pria itu berjalan ke dalam garasi, lalu mendorong motor matic berwarna hitam ke pekarangan rumah. “Mau bawa motor, Yang?” tanyanya.
Naza mengangguk. “Iya, lagian deket, Mas.”
Hari ini adalah hari pertama Leon pindah sekolah. Rencananya, Naza dan suaminya akan berganti peran. Naza akan mengantar Leon ke sekolahnya, sedangkan Alby akan menjaga rumah dan Noel. Berhubung Noel tidak masuk sekolah, jadi Alby juga sengaja untuk tidak masuk kerja. Alby sih senang-senang aja. Lagian, di kantor masih ada Reksa. Dia bisa mempercayakan semua urusan kantor pada Reksa, sementara dia sibuk menjadi bapak rumah tangga.
Makanya, sambil menemani istrinya bersiap, Alby masih berleha-leha, menunggu si kecil Noel yang kebetulan belum bangun. Semalaman bocah kecil itu demam. Meski sekarang demamnya sudah turun, tapi Naza melarang Noel untuk pergi sekolah. Jadilah Alby dan Naza bagi tugas untuk menjaga kedua putra mereka.
Setelah memarkirkan motor yang bobotnya hampir 150kg itu, Alby kembali mendekati Naza yang malah sibuk merapikan rambut cokelatnya. “Hati-hati di jalannya. Abis ujan, pasti licin.”
Naza hanya mengangguk. Perempuan cantik itu duduk di atas motor, lalu menyalakannya.
“Eh, pake helm!” Alby menyadari Naza malah asyik bercermin di kaca spion, merapikan poninya.
“Deket, Mas. Gak usah lah. Gak bakal ada polisi juga.”
“Pake helm bukan buat polisi, Sayang!” Alby kembali masuk ke garasi, mengambil helm merah jambu dalam lemari. Dia berikan helm itu pada istrinya yang kini tengah cemberut, mengerucutkan bibirnya mirip bibir bebek. “Pake di kepala, bukan di siku!”
“Mas, ih!”
“Apa?”
“Aku udah catokan. Rambut aku udah cantik gini, masa ditutup helm. Nanti, berantakan lagi.”
Alby mencebik. Dia menyentil kening Naza dengan jemarinya yang kekar. “Percuma rambut cantik kalau kepalanya belah.”
“Mas, ih! KDRT!” Naza mengusap keningnya yang terasa perih dan gatal secara bersamaan. “Mana ngomongnya serem banget! Aku laporin ke Papah. Pokoknya, kalau Papah sama Mamah ke sini, aku laporin kamu!”
Alby tertawa. Dia usap kening Naza, lalu dia kecup sebentar. Pria itu langsung memakaikan helm di kepala istrinya yang masih menggerutu kesal. Tak lupa, Alby juga menguncinya agar lebih aman. “Buat keselamatan, Sayang. Lagian, mau dilihat siapa sih? Kamu boleh cantik buat mas aja.”
Meski sambil menekuk wajahnya dan hati yang tak henti ngedumel, Naza hanya pasrah dengan helm merah jambu di kepalanya.
“Bunda, ayo berangkat!”
Tiba-tiba, Leon juga keluar. Bocah itu sudah rapi dengan seragam merah putih lengkap dengan dasi dan topi merah berlogo Tut Wuri Handayani. Namun, bukan itu yang membuat kening Alby mengerut. Dia heran dengan penampakan sepeda hitam yang Leon dorong.
“Loh, Abang mau bawa sepeda sendiri?” tanya Alby bingung. Dia kira Naza akan membonceng Leon, tapi malah bawa kendaraan masing-masing.
“Iya, Abang mau pake sepeda. Nanti, Bunda ngikutin dari belakang,” jelas Leon sambil cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leon gak mau jadi Abang!
RomansaSEQUEL TURUN RANJANG Hanya keseruan Alby dan keluarga kecilnya ditambah dengan kegemoyan Leon yang gak mau jadi Abang. ps. Ada ilustrasi komik di setiap babnya.