Naza dan Alby tak bisa diam saja saat putranya diekploitasi. Setelah ditelusuri, pelakunya ternyata guru Noel saat di TK waktu itu. Tak hanya satu video yang dia unggah, ada beberapa video Noel dan teman-temannya yang memang dijadikan sebagai konten keseharian guru itu. Makanya, hari ini, Naza sengaja meminta guru yang baru berusia 23 tahun itu untuk datang ke rumah dan menjelaskan segalanya.
Namanya Rima. Guru muda yang dikenal sebagai content creator media sosial yang aktif membagikan video sebagai guru TK. Di media sosial, Rima memang rajin membuat konten, bahkan pengikutnya sudah hampir satu juta. Ada beberapa brand produk lokal yang juga pernah bekerja sama dengan Rima sebagai influencer.
"Gini loh, Rima. Kalau niatnya buat kenang-kenangan, harusnya tidak perlu disebarluaskan. Simpan aja di ponsel kamu! Gak usah dibuat konten kaya gitu!"
Naza tatap gadis itu lamat-lamat. Jujur, Naza bukan mau memutus rezeki atau menjatuhkan reputasi orang. Namun, cara yang Rima lakukan salah. Sebagai seorang ibu yang sangat menjaga putra-putranya, Naza sungguh menyayangkan. Harusnya, Rima bisa lebih berhati-hati, setidaknya mengerti tentang privasi dan batasan, apalagi guru TK yang semestinya Rima mengerti tentang anak.
Rima hanya menunduk, mendengarkan ucapan Naza. Gadis tak mampu berkata-kata. Dia hampir saja menangis.
"Rima, kamu tau gak? Yang kamu lakukan itu termasuk tindakan pidana. Saya dan ibu dari anak-anak yang kamu gunakan buat konten pribadi kamu itu, kita semua bisa laporkan kamu ke polisi."
"M-maaf," ucap Rima dengan suara bergetar dan terbata-bata.
"Rima, gak semua orang tua mau privasi anaknya dijadikan tontonan publik. Salah satunya mungkin saya dan ayahnya Noel. Kami gak pernah menyimpan satu foto pun di media sosial, baik foto Noel atau Leon. Dan sekarang, kamu dengan bebas membagikan video Noel untuk ditonton semua orang dan itu pun diambil diam-diam." Naza menarik napasnya sebentar. Kesabarannya sudah habis. Dia tatap sekali lagi gadis di depannya yang semakin tertunduk sempurna. "Sekarang saya tanya. Kamu pernah izin gak sama orang tua anak-anak itu? Coba kamu tanya, mau gak mereka kalau anaknya kamu gunakan buat konten kamu?"
Rima menggeleng samar. "Saya akan hapus videonya."
Naza tersenyum miring. "Hapus? Setelah ratusan ribu pengikut kamu membagikan video itu?"
Alby mengusap punggung tangan Naza, mencoba menenangkan istrinya itu. Sebetulnya, tak jauh berbeda dengan Naza, Alby pun geram saat mengetahui video Noel tersebar di media sosial.
"Gini deh." Akhirnya, Alby ikut berbicara. "Saya ingin dengar bentuk pertanggungjawaban kamu seperti apa?"
Suasana di ruang tamu semakin tegang. Rima malah menangis tersedu-sedu, merutuki kelakuannya. Dia sendiri tak tahu apa yang dia lakukan. "Maaf," ucapnya begitu pelan.
° ° °
Beda ruangan, beda pula suasananya. Di dalam kamar, Leon tengah mencari kesibukan sendiri. Bocah itu bosan karena harus menunggu. Tadi, bundanya berpesan agar Leon tidak main keluar dulu dan menunggu di dalam kamar.
Tadinya, Leon menunggu bersama Noel. Namun, adiknya itu sudah damai dalam tidur. Padahal, Leon bosan kalau main sendirian, tapi jika membangunkan Noel artinya Leon harus menjaga Noel. Leon pikir, lebih baik bosan sendirian dibandingkan dengan menjaga Noel.
Noel itu sangat merepotkan.
Sambil mengendap-endap, Leon keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar ayah bundanya. Bocah berkaos merah itu tengah mencari benda menarik yang mungkin bisa dimainkan. Biasanya ayahnya punya benda-benda unik.
Leon menatap lemari sepatu ayahnya. Dia sudah berjanji tidak akan macam-macam lagi pada sepatu ayah. Bocah itu kembali menjelajahi kamar ayah bundanya. Sampai akhirnya, Leon menemukan tumpukan kertas kosong dan spidol warna-warni.
Dengan posisi tengkurap di lantai, Leon mulai menggambar. Mulai dari gambar hewan dan pohon hingga gambar ayah dan bundanya.
"Ayah galak," ucapnya sambil membuat tanduk dan taring panjang di gambar ayahnya. Sedangkan, di gambar bundanya, Leon menggambar sayap dan cincin kuning di atas kepala. "Bunda baik."
Leon berguling, menatap langit-langit kamar. Bocah itu tengah berpikir, haruskah dia juga menggambar Noel atau tidak. Selain merepotkan, bagi Leon, Noel itu sangat cengeng dan menyebalkan. Kenapa Noel harus bisa baca dan menghitung duluan, kenapa Noel juga sekolah, dan kenapa Noel selalu merebut kasih sayang ayah. Lebih tepatnya, kenapa Noel harus ada di dunia ini?
Leon angkat gambar buatannya. Di sana, hanya ada ayah, bunda, dan dirinya sendiri. Leon penasaran, jika Noel tidak ada, apa ayahnya akan tetap galak?
Leon merasa, ayahnya jauh lebih sayang Noel. Semuanya pasti Noel dulu. Saat Ayah pulang kerja, Noel langsung memonopoli ayah, padahal Leon juga ingin bermain dengan ayah. Lalu, soal mainan juga pasti untuk Noel dulu dan Leon hanya mendapatkan buku yang membosankan. Makanya, Leon lebih sayang bunda dibanding ayah.
"Ayah jelek!" gerutunya.
Tak suka dengan gambar buatannya sendiri, Leon langsung melempar gambar itu. Dia kembali mencari hal yang lebih menarik untuk dimainkan. Kakinya terus bergerak dari sudut hingga ke sudut lainnya. Bocah itu tersenyum melihat peti hitam di samping pintu kamar mandi.
Leon berjongkok, mencari cara untuk membuka peti itu. Dari bentuknya seperti peti harta Karun. Leon penasaran ada apa di dalamnya, mungkin ada uang atau permen yang banyak.
Meski tak mengerti bagaimana cara membukanya, Leon terus berusaha. Dia sampai terlentang, mencari celah untuk membuka kotak yang terbuat dari besi itu. Setelah berbagai macam posisi lakukan untuk membuka peti itu, mulai dari jongkok, terlentang, hingga tengkurap, akhirnya Leon menemukan satu celah yang bisa dia tarik untuk membuka peti itu.
Mata sipit Leon berbinar, melihat benda-benda di dalamnya. Isinya seperti peralatan detektif. Ada kacamata, besi panjang, dan benda aneh mirip pistol.
Leon ambil benda mirip pistol itu, lalu menyalakannya. "Nyala! Wow muter sendiri."
Benda yang Leon ambil adalah bor listrik berukuran mini. Benda itu biasanya di-charge terlebih dahulu atau bisa juga digunakan dengan menghubungkan kabelnya ke terminal listrik.
Leon yang tak kenal rasa takut, malah asyik memainkan benda yang berbahaya itu. Dia coba mengebor sendal yang dipakainya. Sekarang, Leon tahu, selain berputar sendiri, bor kecil itu juga panas dan bisa mengeluarkan api jika mengebor benda-benda keras seperti besi. Sendal karetnya pun meleleh saat dibor.
Entah penasaran atau memang Leon ingin membuat masalah lagi. Dia terus mencoba mengebor benda lain. Mulai dari gorden, lemari, meja dan berakhir dengan memunculkan ide yang sangat cemerlang.
Leon mengebor lemari sepatu ayahnya dengan pola gambar hewan-hewan. Bocah itu bahkan mengambil kursi kecil agar bisa serius dan nyaman saat mengebor. Sambil bersenandung kecil, Leon memikirkan pola gambar yang menurutnya bagus untuk lemari sepatu ayahnya.
"Rusa cantik," gumamnya.
Tolong, siapa saja selamatkan Leon. Jangan sampai Alby melihat ini.
° ° °
KAMU SEDANG MEMBACA
Leon gak mau jadi Abang!
RomanceSEQUEL TURUN RANJANG Hanya keseruan Alby dan keluarga kecilnya ditambah dengan kegemoyan Leon yang gak mau jadi Abang. ps. Ada ilustrasi komik di setiap babnya.