13. Ukuran Bayi & Keluhan Ayah

15.8K 1.2K 21
                                    

Tumben banget hari ini Leon tidak berulah. Biasanya, setelah Alby berangkat kerja, Naza akan frustasi melihat kelakuan Leon yang terus menganggu Noel. Berbeda dengan biasanya, Leon malah membantu Naza mengambilkan popok Noel di lemari dan ikut memilih baju untuk adiknya itu.

Katanya, “Hali ini, Mostel Bayi halus pake baju ini.”

Naza tentu saja senang dan menyambut dengan baik bantuan Leon, meski sebetulnya Leon memperlambat pekerjaan Naza. Pasalnya, Leon membantu sambil bermain-main, lalu berlari-larian dan malah mengacak-acak isi lemari Noel. Namun setidaknya, Leon ada kemauan untuk membantu dan yang terpenting Leon tidak menggangu adiknya.

Makanya, hari ini tidak terasa telah berlalu begitu saja. Sekarang sudah sore. Leon dan Noel sudah mandi sore. Leon mandi duluan, dia tengah sibuk bermain sambil menonton televisi dengan sebotol besar susu formula.

Kini, giliran Noel. Saat Naza sibuk memakaikan Noel pakaian, tiba-tiba Leon mendekat. Putra sulungnya itu berdiri di tepi kasur dengan mainan robot di pelukannya.

Leon menatap wajah adiknya lamat-lamat. Sebetulnya, dia penasaran kapan Ayah akan membuang Noel. Bocah laki-laki itu selalu menunggu janji ayahnya yang akan membuang Noel ke tempat sampah. Namun, setiap hari monster bayi itu ada di tempat tidurnya dan kadang merebut penuh perhatian ayah dan bundanya.

Leon bukan menyerah untuk menyingkirkan adiknya, tapi dia masih penasaran dengan bentuk bayi yang kecil dan kebiasaan bayi yang hanya bisa menangis.

“Bubu,” panggil Leon.

“Apa, sayang?” Sambil merapikan baju Noel, Naza melirik Leon sekilas. “Kenapa?” tanyanya.

“Kenapa mostel bayi kecil?”

Naza tersenyum tipis. Dia hampir terbiasa dengan panggilan monster untuk Noel. Padahal, sudah Naza biasakan untuk memanggil adik bayi, tapi Leon tetap setia apda panggilannya, mostel bayi. Kalau Leon bukan putranya juga, rasanya sudah habis kesabaran Naza. Untungnya rasa sayang Naza jauh lebih besar dibanding kejengkelannya.

“Kenapa adik bayi kecil? Karena adik bayi masih kecil, masih bayi,” sahut Naza.

Sepertinya, Leon tidak puas dengan jawaban bundanya. Dia kembali menatap Noel yang kini tersenyum dan kadang terbahak ingin diajak main. Kaki dan tangan mungil Noel terus bergerak kesana-kemari. Menurut Leon, Noel yang tak mau diam mirip mainan rusak.

Leon mengernyit, menyadari sesuatu di dalam mulut adiknya. “Ih jelek, gak ada giginya?” pekiknya.

Naza tertawa, melihat ekspresi Leon yang lucu. Entah kaget atau heran. Mata sipit Leon membola, mirip sekali dengan Alby saat terkejut. Sambil cekikikan, Naza usap kepala Leon.

“Kan adik bayi masih kecil, jadi belum punya gigi juga. Dulu, Eyon juga gak punya gigi,” sahutnya.

Leon langsung menoleh menatap bundanya dengan heran. “Eyon punya gigi,” ucapnya sambil memamerkan deretan gigi susunya yang rapi dan dan bersih. Dia mendekatkan wajahnya pada Naza agar bundanya itu bisa melihat dengan jelas deretan giginya. Sampai-sampai, aroma susu dari mulut Leon bisa tercium oleh Naza.

“Iya, sekarang Eyon punya gigi. Nanti, adik bayi juga punya gigi.”

“Kapan?”

“Kalau udah besar.”

“Kapan besal?”

Naza tak menjawab. Dia malah mengambil buku pertumbuhan anak yang diberikan oleh dokter. Di sana ada gambar pertumbuhan anak dari bayi hingga dewasa. Naza tunjukkan gambar itu ke Leon.

“Nah, ini adik bayi,” ucap Naza sambil menunjuk gambar bayi dalam buku itu.

Leon langsung membandingkan gambar di buku dengan keadaan Noel sekarang. “Nggak sama,” katanya.

Leon gak mau jadi Abang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang