23. Insinyur Kecil & Savior Penganggu

12.2K 1.1K 16
                                    

Setelah kejadian Naza keracunan, kini Alby rutin mengecek tanggal kadaluwarsa setiap makanan dan bahan olahan di dapurnya, terutama susu dan daging.

Waktu itu, Naza keracunan karena kecerobohannya sendiri. Perempuan cantik itu tak sengaja minum susu yang sudah lama kadaluarsa. Karena kondisi Naza yang saat itu juga kurang baik, makanya dampak susu basi sangat buruk, bahkan berbahaya. Beberapa bakteri jahat yang terkandung dalam susu basi itu memperparah kondisi Naza.

Makanya, Pagi ini, Alby begitu sibuk memilah dan memilih makanan yang sudah tidak layak konsumsi. Dia keluarkan semua bahan makanan dari lemari es, mengecek setiap tanggal yang tertera di sana.

“Dua hari lagi kadaluwarsa, buang!” Alby bergumam sambil melemparkan bahan makanan yang menurutnya tidak layak dimakan ke dalam tempat sampah. Padahal, secara visual makanan-makanan itu memang masih bagus, tapi tanggal kadaluwarsanya sudah lewat atau sebentar lagi.

“Ih, yang ini udah kemarin expired. Gimana, sih. Masih di simpan aja!”

Meski kadang sambil menggerutu, Alby begitu telaten dan teliti pada makanan-makana itu. Dia tak mau kejadian keracunan karena makanan basi terulang lagi. Setelah hampir setengah isi lemari es Alby buang, pria itu berdiri, meregangkan punggungnya yang terasa pegal.

“Wah! Lumayan juga,” desaunya. “Minum dulu, ah.”

Hari ini sudah pekan kedua rumah tanpa Bu Ratna. Perempuan sepuh itu izin pulang dulu ke rumahnya, menemani putranya yang kecil untuk mengambil raport sekolah. Makanya, sudah dua pekan juga Alby dan Naza membagi tugas di rumah.

Saat pagi, Naza akan sibuk dengan Leon dan Noel, sedangkan Alby akan menyiapkan sarapan di dapur. Tak banyak yang Alby siapkan, hanya dua gelas susu, sebotol susu formula untuk Leon dan beberapa potong roti panggang dengan selai cokelat seperti pagi ini.

“Sarapan siap!” Alby berteriak. Kepalanya sedikit melongok ke arah ruang tengah, memeriksa istri dan kedua putranya yang entah sedang apa.

“Iya, bentar!” balas Naza.

“Bubu, hali ini Yon naik mobil besal?” tanya Leon. Bocah itu belum pakai baju, tapi malah asyik bermain dengan mainan mobil truk.

Naza mengangguk meski tengah sibuk mengganti popok Noel. “Iya. Nanti, sama ayah. Tapi, pake baju dulu.”

“Asyik! Naik mobil besal!” Leon melompat-lompat, impiannya untuk naik truk besar akan terwujud hari ini.

Hari itu, Alby melarang Leon naik truk. Dia membiarkan putranya menangis hingga malam. Sebagai gantinya, Alby berjanji mengajak Leon ke proyek, melihat berbagai macam alat berat di sana, termasuk truk besar berwarna kuning yang Leon impi-impikan.

“Sarapan datang!” Tiba-tiba, Alby datang dengan nampak berisi makanan di tangannya.

“Loh, dibawa ke sini?” tanya Naza heran.

“Ayah udah lapar, kalian bertiga lama.”

Naza malah menggulirkan matanya ke arah Leon agar Alby juga ikut menatap si sulung yang hanya menggunakan popok. “Tuh, liat anak kamu.”

“Ya ampun, tuyul. Kenapa gak pake baju, heh!” pekik Alby. Dia segera menurunkan nampan dan menghampiri Leon yang terbirit kabur. Bocah itu berlarian di tengah rumah tanpa pakaian, benar-benar mirip tuyul.

“Leon!” panggil Alby.

Bukannya takut, Leon malah lari semakin kencang sambil tertawa terbahak-bahak. “Kejal!” teriaknya

Padahal, Alby hebat soal lari, lari dari kenyataan. Serius, waktu muda Alby seorang atlet lari di sekolah. Entah karena Leon yang terlalu lincah atau Alby yang terlalu tua untuk berlari. Bocah itu sangat sulit untuk ditangkap. Gerakannya secepat kilat.

Leon gak mau jadi Abang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang