41. Kejutan Ayah & Kejutan Bunda (Final)

13.1K 1K 93
                                    

Final?

Yups, ini part terakhir. Jadi, bacanya pelan-pelan aja supaya gak kangen dan gak minta bonus chapter. Wkwkwkwk.

Anyways,
Selamat Membaca!

° ° °

Naza dibuat bingung oleh ibunya yang hanya berputar-putar di area perbelanjaan tanpa benar-benar membeli satu barang pun. Perempuan sepuh itu hanya berkeliling dan meminta Naza untuk menemani. Hampir semua benda sudah ibu sentuh, tapi tak ada satu barang pun yang masuk ke dalam troli.

“Bu, Ibu nyari apa?” tanya Naza. Jujur saja, Naza sudah lelah mengekori ibunya dari pagi. Jika bukan karena ibunya sendiri, mungkin sudah sejak tadi Naza tinggalkan perempuan berjilbab hitam itu. “Kalau gak ada, kita pulang aja, Bu.”

Bersama trolinya yang masih kosong, Ibu malah tersenyum. “Sebentar, soalnya barang yang ibu mau belum ketemu.”

“Iya, makanya ibu cari apa, biar Naza ikut cari.”

Ibu menatap sekeliling, memeriksa keadaan mall yang cukup ramai di area groceries. “Ibu cari keset sih,” ucapnya.

Naza menghela napasnya begitu panjang. “Keset bukan di sini, Bu. Ini mah bahan-bahan dapur doang.”

“Ya udah, kita pindah.”

Setelah hampir satu jam berkeliling tanpa mendapatkan apa-apa, akhirnya Naza membawa ibunya ke tempat alat-alat kebersihan. Di sana, berjejer berbagai macam produk kebersihan mulai dari pel, sapu, hingga ember besar dan kecil.

Hari ini, Ibu memang datang berkunjung ke rumah Naza. Namun, perempuan itu malah meminta Naza untuk menemani berbelanja dan akhirnya di sinilah Naza sekarang.

“Nah, ini ada keset. Bagus-bagus,” ucap Naza sambil menunjuk jejeran keset tebal yang menggantung di depannya.

“Coba kamu pilihin dulu, ibu mau ke toilet.” Ibu langsung meninggalkan Naza bersama troli besar di sana. Dia tergesa mencari toilet yang seingatnya ada di dekat toko perhiasan. “Jangan jauh-jauh. Nanti, ibu susah nyarinya.”

Naza mengangguk, memperhatikan ibunya yang mulai menjauh. “Padahal, ada hp ya,” gumamnya.

Di usia ibu yang sudah tidak bisa dikatakan muda lagi, Naza bersyukur karena ibu masih sehat dan bisa beraktivitas sendiri. Di rumah, ibu bahkan tinggal sendiri atau kadang ditemani Miki yang sering menginap. Padahal, Alby pun tak keberatan jika Ibu tinggal dengan mereka, tapi ibu sendiri yang menolak. Alasannya sih, gak ada yang jagain warung.

Di samping rumah, sekarang ibu memiliki grosir sembako. Ada beberapa pekerja sebetulnya, tapi ibu selalu ikut turun tangan, setidaknya untuk memberikan kembalian. Makanya, perempuan sepuh itu tak mau tinggal bersama Naza dan Alby.

Tadinya, karena Naza tak bisa selalu berkunjung ke Serang, akan lebih mudah untuk Naza menjaga ibunya jika mereka tinggal bersama. Sekarang, hanya lewat telepon Naza mengetahui kabar ibunya itu. Bukan tak mau untuk selalu berkunjung, tapi urusan rumah dan anak-anak pun rasanya sudah menyita waktu Naza.

Sekarang, kedatangan tiba-tiba di pagi-pagi buta adalah bentuk protes dari ibu yang sudah sangat rindu pada kedua cucunya yang jagoan. “Lama kalau nungguin kamu ke Tanggerang mah, ibu aja yang datang,” begitu katanya.

Untungnya, hari ini adalah akhir pekan. Alby dan anak-anak ada di rumah. Jadi, Naza bisa sedikit leluasa untuk menemani ibunya yang entah ingin mencari apa.

“Dasar, nenek-nenek,” gumam Naza.

Sambil menunggu ibunya selesai dari toilet, Naza berkeliling sebentar, mencari benda yang mungkin dia butuhkan juga di rumah. Baru beberapa menit berkeliling, dia keburu letih dan memilih untuk duduk, menunggu.

Leon gak mau jadi Abang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang