19. Bunda Baru & Tamu Mengejutkan

12.2K 1.1K 35
                                    

Alby bingung apa yang terjadi dengan putranya yang tiba-tiba menangis, menolak bunda baru. Padahal, beberapa menit yang lalu bocah laki-laki itu masih tertidur. Sekarang, Leon malah menangis meraung-raung di ruang tamu sambil menyiksa ayahnya.

Katanya, “Eyon gak mau bubu balu.”

Entah dari mana Leon punya pikiran seperti itu  Lagipula, siapa juga yang akan cari bunda baru untuk Leon. Dua putra saja sudah mampu membuat isi kepala Alby keriting, apalagi jika harus memiliki dua istri.

“Yaya ... Yon gak mau bubu balu.”

“Siapa yang mau cari bunda baru, Leon!”

Bukannya mengerti, Leon malah makin meronta-ronta di pangkuan Alby. Dia seakan ingin memanjat tubuh ayahnya. Kedua kakinya berjinjit di kedua paha ayahnya dengan tangan yang bergelantungan di ceruk leher yang benar-benar terasa mencekik.

Sebetulnya, Alby tak keberatan dengan kelakuan putra sulungnya yang memang selalu di luar nalar. Pria itu sudah terbiasa dengan tingkah menggemaskan sekaligus menjengkelkan dari si pintar Leon. Kecuali, dengan bau pesing dari ompol yang mulai mengering. Bahkan, Alby mulai merasakan bajunya ikut basah karena kaki Leon benar-benar menempel di perutnya.

“Ganti dulu celana sana, Sayang ....”

“Nggak mau!” Leon makin mengeratkan pelukan di tubuh ayahnya yang mulai kehabisan napas.

Masih di tempat yang sama, Reksa dan Yeye bingung harus melakukan apa. Tertawa tak bisa, membantu pun belum tentu Leon mau. Keduanya hanya bisa mengulum senyuman, menyembunyikan gelak tawa untuk mereka simpan sampai nanti.

“Ayah lagi ada tamu dulu, Jagoan.” Alby sudah kehabisan akal untuk membujuk putranya itu. “Nggak ada bunda baru. Siapa bilang, Leon bakal punya bunda baru? Gak ada. Gak ada bubu baru.”

“Benelan?” tanya Leon.

Alby mengangguk. “Iya, beneran.”

“Awas kalo boong!”

“Iya ....”

Akhirnya, Leon mau melepaskan ayahnya. Bocah itu duduk di pangkuan ayahnya sambil menatap sinis figur Yeye yang menurutnya adalah calon bunda baru yang ayahnya bawa.

Kalau bukan anak kecil, sepertinya Alby ingin menjitak kepala bocah itu. “Ganti dulu celana, ya.”

“Nggak mau!”

Ya, Tuhan ... resign aja jadi ayah, batin Alby bergumam. Dia hanya bisa berharap nanti Noel tidak akan seperti Abangnya.

“Putra kamu, By?” tanya Yeye.

Alby mengangguk. “Iya, yang perta—”

Leon dengan sigap menutup mulut ayahnya. Bocah itu kembali berdiri dan menutup mulut Alby dengan kedua tangan mungilnya. “Nggak boleh ngomong!” teriaknya.

Leon melirik Yeye melalui sudut matanya. Jika dia ada dalam video komedi, sepertinya akan keluar audio bombastic side eyes. Bocah itu mencebik judes. “Yaya nggak boleh ngomong sama olang itu!”

Yeye hanya terdiam. Inilah alasannya dia tidak pernah suka anak kecil, merepotkan dan menjengkelkan.

Tak lama, Naza akhirnya datang bersama Noel dalam gendongannya dan satu stel baju ganti untuk Leon dan sekotak tisu basah. “Abang ganti dulu baju sini.”

“Nggak mau!” Kini Leon malah duduk di samping Alby agar Yeye mau bergeser atau lebih baik pindah ke kursi lain. “Bubu sini!”

“Itu tantenya kasihan gak kebagian tempat duduk.” Naza tak enak melihat Yeye yang duduk mirip penumpang angkot. “Mas, bawa Leon pindah ke sini.”

Leon gak mau jadi Abang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang