bab 14

7.4K 174 1
                                    

Mereka berjalan ber empat di mall besar kota Surabaya ini, nyonya Ambar berjalan di depan bersama Wina. Mereka berjalan bergandengan tangan , seperti seorang sahabat atau seperti anak kandung. Rey sangat geli melihat mereka ber dua.

Sedangkan Rey berjalan di belakang mereka, laki laki itu memakai celana levis panjang dan baju kaus pas badan. Terlihat otot ototnya menonjol membentuk tubuhnya. Ia memakai sepatu sport.Dan tak lupa topi yang bertengger di kepalanya, membuat beberapa gadis memandangnya dengan tatapan kagum. Rey sangat tampan..

Dia berjalan bersama papanya. Mereka tidak banyak bicara, nyonya Ambar akan berbelanja dulu. Rey bersama papa nya akan menunggu di restoran mall ini.

Mereka mencari tempat duduk terdepan,  hari belum terlalu siang. Pengunjung mall pun belum beberapa yang lalu lalang di depan mereka

"Rey, Wina sangat cantik ya. Sekolahnya juga pintar, mamamu akan menguliahkan Wina di perguruan tinggi. Kasihan juga kan, kalau nggak di kuliahkan kepintarannya akan sia sia".
Tuan Wicaksono berbicara , dia duduk di depan Rey. Memerhatikan mimik wajah lelaki itu.

"Mamamu dari dulu sudah menganggap Wina sebagai anaknya, dia kesepian. Papa tidak bisa setiap hari menemani mamamu kemana dia pergi makanya kalau Wina lagi dirumah mamamu sering bersamanya". Rey hanya diam mendengar papa nya bicara, seperti tidak ada topik menarik lain saja yang di bicarakan papanya.

"Kalau Wina sudah menamatkan kuliahnya, kami akan mencarikan jodoh yang baik untuk anak itu, tidak sembarang orang yang akan menikah dengannya nanti. " Pak Wicaksono terdiam sebentar kemudian mulai menikmati dessert yang ada di depannya.

"Kalau sudah waktunya menikah, kami akan merayakan pernikahannya dirumah. Kapan lagi kan dirumah kita akan ada acara pernikahan. Kamu sendiri belum mau untuk menikah "

"Papa tak habis pikir apa yang ada dalam pikiranmu Rey. "

Rey tidak ingin menjawab, dia hanya menikmati kopi nya. Dia tak habis pikir kenapa orangtuanya mengeluarkan uang cuma cuma untuk gadis itu. Dia hanya seorang anak pembantu, apa istimewa gadis itu.

Tidak lama kemudian nyonya Ambar datang bersama Wina. Tunggu dulu tadi Wina tidak memakai baju ini, dia hanya memakai celana levis dan kemeja kotak lengan pendek.

Tapi sekarang dia memakai dres tanpa lengan berwarna hijau selutut, yang membentuk lekuk tubuhnya. Menampilkan betis indahnya yang  putih bersih.

Sepatunya juga baru, dan rambutnya bergelung indah seperti habis dari salon. Rey rasanya meradang, mamanya menghabiskan uang untuk gadis itu. Apa yang di pakai nya pasti tidak murahan, maklum saja mamanya pasti tidak akan membeli barang barang murahan.

Rey sangat kesal dia ingin memarahi gadis itu saat ini juga, seandainya tidak berada di mall ini

"Ke hotel dulu yuk pa, kita istirahat dulu. Nanti di sambung lagi kemana kita akan  pergi"

Mereka pun beranjak pergi, berlalu dari restoran itu. Mata Rey tidak berhenti memperhatikan Wina dari belakang. Dia akan memberikan gadis itu pelajaran, lihat saja sebentar lagi....

_______

"Rey ,kamu sama aja dengan Wina ke kamar ya. Mama msuk dulu sama papa". Orang tuanya dengan cepat melenggang masuk ke kamar mereka.

Rey langsung menatap ke Wina, gadis itu hanya menunduk. Takut melihat ke arah Rey, Rey seoerti akan marah padanya saat itu juga.

" Saya duluan aja ke kamar tuan, saya permisi dulu. " Wina pun buru buru ke kamarnya, dia tidak berani menoleh kebelakang. Tanpa di sangka nya Rey mengikuti dari belakang.

Rey melihat gadis itu seperti berjalan terbirit birit, berusaha membuka kamarnya dengan tangan yang gemetaran.

Kamar Rey berada di samping kamar Wina, Rey memperhatikannya. Tangan Rey menangkap tangan gadis itu, menolong membukanya. Pintu pun terbuka, Wina pun masuk.

Ternyata Rey mengikutinya masuk, kemudian menutup pintu kamar . Wina membalikkan badannya, tekejut Rey sudah berada di depannya.

Dia melangkah mundur, Rey memperhatikannya dari atas ke bawah. Tanpa sadar mengusap tepi bibirnya, matanya nyalang tanpa berkedip.

Pandangannya pun  tidak luput memandang betis indah nan putih itu. Rey memajukan langkahnya, mengikuti ke arah mana gadis itu mundur. Terlihat wajah ketakutan dari gadis itu.

Rey rasa, dia akan sedikit bermain main dengan gadis itu. Karena telah merebut hati mamanya........

MAIDKU YANG CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang