Bab 9

8K 207 6
                                    

Wina berjalan membawa teh dengan baki kecil. Mulai menaiki tangga dan menyusuri anak tangga yang sangat mewah itu satu persatu, Wina pun sampai di hadapan pintu kamar Rey.

Tok tok tok.. Wina mengetok pintu lebar berwarna coklat itu.

"Masuk saja, tidak dikunci" Rey menyahut dari dalam kamarnya.

Wina pun berlahan membuka pintu,  melihat sekitar kamar Rey mencari meja untuk meletakkan teh tadi. Mata nya nyalang, kamar Rey terlihat sangat maskulin. Semua peralatan tertata dengan rapi. Dia tidak bisa menahan matanya memandang sekitar kamar Rey.

Wina tidak pernah masuk ke kamar Rey selama dia tinggal dirumah ini, apalagi untuk membersihkan kamar Rey. Setau Wina Bi Narsih atau mbak Nining lah yang membersihkan kamar ini. Itupun mungkin cuma 1 kali sebulan. Maklum saja kan, pemilik kamar ini saja pulang ke rumahnya cuma 1 kali dalam 1 tahun. Dan hanya menghuni kamarnya cuma 1 minggu paling lama.

Dia terus melangkah sampai ke dalam, kamar Tuan Rey sangat besar sekali. Matanya tertuju ke arah cermin. Ternyata meja ada di dekat kasur Rey, Wina menaruh teh itu di meja. Setelah itu dia berbalik dan hendak beranjak pergi.

Tanpa sengaja Wina menoleh ke arah balkon. Pandangan mereka bertemu ,ternyata tuan Rey duduk di kursi balkon memperhatikan pergerakannya sedari tadi. Tuan muda itu menyandar ke punggung kursi .Wina terkejut dengan pemandangan yang ada di depannya, Wina merasa sangat malu melihat dada telanjang dan tubuh atletis tuan Rey.

Tuan muda itu hanya memakai celana pendek putih tanpa memakai bajunya. Duduk memandang ke arah Wina sambil menikmati dengan dalam setiap hisapan rokoknya. Matanya tidak lepas memandang terus ke arah tubuh Wina yang saat itu memakai celana longgar separo betisnya dan atasan kausnya yang agak ketat. Mungkin saja tuan Rey sudah memperhatikannya sedari tadi, entahlah. Yang pasti Wina sangat grogi dengan tatapan tuan muda tampan itu. Dia serasa ingin melarikan diri saja saat ini. Mana mungkin dia akan melarikan diri saat ini.

"Tuan, teh nya sudah ada di meja. Saya permisi keluar dulu". Wina pun segera bergegas keluar dari kamar Rey.

"Tunggu". Rey berdiri dari tempat duduknya. Meletakkan puntung rokoknya di asbak, yang entah keberapa puntung yang sudah di hisapnya lalu melangkahkan kakinya yang kekar dan tegap berjalan menuju ke arah Wina.

"Nama kamu siapa? ". Rey lupa dengan nama gadis itu yang pagi tadi baru di sebutkan mamanya. Rey menatap wajah cantik yang ketakutan itu dengan kedua tangannya yang masuk ke saku celana pendek nya

" Wina tuan". Wina hanya menunduk, tidak sanggup untuk melihat dada telanjang yang berotot itu. Dia juga takut berdekatan dengan tuan Rey, orang yang selalu di hindarinya sejak kejadian yang membuatnya ketakutan jika Tuan Rey berasa dirumah ini.

"Umur kamu berapa? ". Rey menatap gadis itu, dia merasa Wina sangat takut padanya. Rambut halus berjatuhan di kening Wina. Gadis itu mengikat rambut bergelombang yang sedikit pirang itu dengan asal, membuat Rey sangat tertarik.

" 18 tahun tuan". Wina menjawab tetapi belum berani juga untuk menatap tuan Rey. Kedua tangannya meremas jari-jarinya. Sampai saat ini ketakutannya terhadap tuan Rey tidak berkurang sedikitpun, malahan di umurnya yang sudah 18 tahun sekarang. Wina pada lebih takut dari pada waktu kecilnya dulu.

"Ooo masih kecil ternyata. " Rey mengangguk anggukkan kepalanya. Dan memperhatikan muka mulus dan cantik gadis yang menunduk di depannya.

"Kamu tadi kenapa ngomong nya seperti itu. Apa kamu ingin merasakan menikah atau di setubuhi ha? Apa gadis kecil ini masih perawan ha!!" Rey mulai mendekati Wina dan sangat lancang mengatakan itu. Kata-katanya terasa membentak dan membuat Wina terkesiap dan langsung memandang Rey. Dia memundurkan badannya ke belakang.

" Kemaren saya tidak sengaja bercerita tentang tuan Rey sama mbak Narsih, maafkan saya tuan karena sudah lancang membicarakan tentang tuan". Wina menundukkan kepalanya lagi.

Semakin Rey melangkah,semakin pula Wina mundur ke belakang. Rey pun meraih badan Wina dengan sigap.
Mencoba mencium paksa bibir mungil itu.

"Jangan tuan..."

Wina berusaha memberontak, berusaha mendorong tubuh Rey dengan kuat. Namun kekuatan Wina tidak sebanding dengan kekuatan dan tubuh kekar dan besar tuan Rey.

Rey pun menggendong dan membopong tubuh Wina lalu menghempaskan tubuh indah itu kekasur . Wina terkejut kemudian langsung memundurkan badannya saat tuan Rey seperti akan menghadangnya. Dan tidak butuh waktu lama Rey menaiki kasur dan menarik kedua pergelangan kaki putih itu dengan kuat saat Wina berusaha lari dari hadapan Rey. Pria tampan itu langsung mengunci kedua pergelangan tangan gadis itu. Menindih tubuhnya dengan kuat,Wina tidak bisa bergerak. Rey sangat kuat menindih tubuhnya.

Laki-laki tampan itu tanpa permisi
mencium Wina dengan sangat brutal, meremas payudaranya dan berusaha menyibakkan  rok panjang Wina. Rey berusaha menarik celana dalam gadis yang berada di bawah kungkungan nya. Wina berusaha memberontak perlakuan Rey terhadapnya yang ingin menodainya.

Wina tidak hilang akal, ia menendang adik kecil Rey yang sudah berdiri dengan tegak itu . Rey pun berhenti dan langsung merebahkan badannya ke kasur, mengaduh kesakitan sambil memegang adik kecilnya. Sungguh Rey serasa mau mati sekarang, Wina menendangnya dengan sangat keras.

Wina berlari kencang ke arah pintu kamar, membukanya dan berlari sekuat tenaganya menuju ke arah tangga. Wina berlari dengan sangat kencang menuruni anak tangga tanpa rasa takut akan jatuh. Wina berlari menuju kamarnya, menutup pintu dengan sangat keras dan segera mengunci kamarnya.

Wina terduduk, badannya mengigil. Air matanya mulai menetes satu persatu. Kemudian membasahi pipi mulusnya dengan sangat deras,  tuan Rey telah melecehkannya. Wina merasa telah di nodai oleh tuan muda itu.

Tanpa sepengetahuan Wina dan tuan Rey, tanpa di duga ternyata di lantai atas tadi ada seseorang yang memperhatikan apa yang terjadi saat Wina keluar kamar Rey dan berlari sangat kencang barusan....

*****

"Wina bangun, hari baru jam 7 kok kamu sudah tidur. Biasanya kamu tidurnya paling cepat jam 10." Ibunya mengguncang guncang bahu Wina. Dia heran kenapa anak gadisnya tidur secepat ini.

" Wina capek kali bu, Wina ingin tidur cepat. " Wina pun menyahut seperti ada nada keletihan di kata katanya.

"Ya sudah, besok cepat bangun ya bantu ibu . Nyonya Ambar suruh beresin lantai atas ".

Deg, Wina merasa jantung nya meledak. Dia tidak ingin ke lantai atas lagi. Trauma dengan pelecehan ke tubuh Wina yang di lakukan oleh tuan Rey....
.
.
.

Aku menulis ini dengan perasaan yang agak berdebar, membayangkan ini terjadi pada ku. Aku tidak menolak kalau  laki-laki itu setampan tuan muda Rey 😅😅



MAIDKU YANG CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang