Si Wina ini memang sangat takut dengan Tuan Rey ya, ada suatu peristiwa buruk di saat Wina dan ibunya baru tinggal di kediaman Wicaksono dan membuat Tuan Rey sangat marah padanya. Hingga membuatnya trauma untuk bertemu dengan tuan Rey. Kalau kalian membaca semua bab, kalian akan menemukan penyebabnya 😊😊
_____________________
____________"Nyonya, apa mereka tidak bisa di hubungi juga? " Bi Asih bertanya pada nyonya Ambar yang sedang mencoba menghubungi nomor ponsel anaknya Rey. Semalaman dia tidak bisa tidur memikirkan Wina dan pagi ini dia mengetuk pintu kamar Nyonya Ambar untuk menghubungi Tuan Rey. Walaupun Rey mengirim pesan kalau jangan mengkhawatirkan mereka. Bi Asih terlihat sangat khawatir , wajar saja kan. Rey tidak pulang bersama Wina, entah kemana mereka.
Nyonya Ambar yakin ini adalah ulah Rey, tidak mungkin Wina yang mengajak Rey untuk tidak pulang. Nyonya Ambar sangat malu pada Bi Asih atas kelakuan anaknya Rey, pasti Rey sudah menggagahi Wina lagi di suatu tempat yang tidak di ketahui nya.
"Tidak bisa, nomornya tidak aktif Asih. " Nyonya Ambar menghela nafasnya, kenapa Rey tidak mengaktifkan saja ponselnya? . Kelakuan Rey membuat mereka sangat khawatir. Dia harus melakukan sesuatu saat Rey pulang nanti, Rey sudah sangat keterlaluan terhadap hidup Wina.
"Saya sangat khawatir dengan Wina nyonya, Tuan Rey tidak memberi kabar. Apa Tuan Rey sudah berbuat sesuatu lagi pada Wina ?. Mohon maaf nyonya, saya sangat tidak terima jika tuan Rey berlaku buruk lagi pada Wina." Bi Asih akhirnya mengatakan isi hatinya.
"Tenang Asih, seandainya mereka pulang nanti, aku akan membuat perhitungan dengan Rey. Kelakuannya itu juga membuatku dan suamiku muak. Kami sangat malu denganmu Asih, maafkan Rey ya. Kita akan menikahkan mereka sesampainya mereka di rumah ini. "
"Sebenarnya saya sangat marah pada tuan Rey, tapi apa yang harus di sesali sekarang. Waktu tidak bisa di kembalikan." Bi Asih menghela nafasnya yang terasa berat. Ada beban pikiran yang amat banyak yang ada di dalam kepalanya.
Sesal yang tak dapat di kembalikan lagi, itu bermula saat ia dan suaminya bekerja di kediaman Atmajaya yang kaya raya. Mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dan suaminya menjadi tukang kebun di rumah itu. Sedangkan ia sebagai pembantu rumah tangga, mereka tinggal di pojok belakang rumah mewah itu. Setelah 2 tahun bekerja, ia menjadi pengasuh bayi yang baru di lahir kan Vina Atmajaya. Seorang Nyonya muda yang sangat cantik dan dia ada darah dari keturunan Belanda dari orangtuanya. Sedangkan suaminya Darma Atmajaya seorang keturunan ningrat, laki-laki tampan yang sangat berwibawa.
Mereka mempunyai 2 anak , waktu itu anak mereka yang tua sudah berumur 10 tahun dan anak keduanya masih bayi. Orang tua mereka sangat menyayangi kedua anak mereka, tapi anak tertua nya yang bernama Luna Atmajaya tidak menyukai adik bayi nya yang baru lahir. Dia sangat membenci Wina Atmajaya, bi Asih memperhatikan itu. Tapi orang tua mereka tidak mengetahui nya dan menganggap hal biasa kecemburuan sang kakak pada adik nya itu sebagai hal yang sangat }wajar.
Bi Asih sebagai pengasuh Wina Atmajaya sangat menyayangi bayi mungil nan cantik itu. Bukan tanpa sebab, bi Asih sudah menikah dengan suaminya selama 8 tahun lebih. Tapi mereka tidak di karunai seorang anak selama pernikahan mereka itu. Mereka tidak pernah memeriksakan keadaan kesehatan organ reproduksi mereka. Kenapa tidak pernah? Itu karena mereka tidak mempunyai uang untuk itu, mereka sangat miskin.
Bi Asih dan suaminya sangat menyukai anak kecil, apa lagi setelah bi Asih menjadi pengasuh bayi kecil Vina Atmajaya. Dia seperti seorang ibu, bayi kecil itu sangat di sayangi nya. Kala itu Vina Atmajaya dan Darma Atmajaya sibuk dengan pekerjaan nya. Alhasil, bi Asih bisa hingga 24 jam mengasuh bayi mungil itu. Kasih sayangnya sudah melekat yang membuatnya dan suaminya menyusun rencana untuk menculik bayi kecil itu. Dia ingin memiliki bayi mungil itu seutuhnya, dia ingin menjadi seorang ibu.
18 tahun lalu Vina Atmajaya dan suaminya pergi keluar negeri untuk 1 minggu. Nyonya muda itu sangat ingin membawa bayi mungilnya, tapi itu tidak memungkinkan. Mereka naik pesawat selama 10 jam, tidak mungkin bayi berumur 2 bulan itu menaiki pesawat. Bi Asih tidak lupa bagaimana Darma Atmajaya memeluk dan mencium bayi kecilnya. Apalagi istrinya, dia menangis sesenggukan dan memeluk bayi kecilnya dengan erat. Mereka berkata kalau bi Asih harus menjaga bayi mereka dengan baik. Dan mereka hanya membawa Luna Atmajaya kecil pergi bersama mereka.
Dia masih ingat dengan kejadian itu, kala itu hari sudah tengah malam. Saat itulah kesempatan bagi nya untuk menculik bayi mungil yang sangat di sayanginya itu. Mereka berhasil keluar dari kediaman Atmajaya tanpa seorang pun yang tau. Kemudian mereka melarikan diri sejauh mungkin, yang membuat mereka tinggal di ujung pulau Jawa. Mereka memulai hidup baru dengan sedikit tabungan yang telah mereka kumpulkan. BI Asih tidak menukar nama depan bayi cantik itu, tapi nama belakang nya saja yang di tukarnya. Dia tidak ingin orang -orang tau kalau dia sudah menculik bayi Atmajaya. Tentu saja dia dan suaminya jadi buronan saat itu. Polisi dan para detektif handal sudah mencari mereka , entah mengapa mereka tidak menemukan bi Asih dan suaminya di desa tempat mereka menetap.
Nama itu masih melekat sampai saat ini, bayi cantik yang di beri nya nama Wina Ardiana itu sudah menjadi anaknya sampai saat ini. Gadis itu tumbuh dengan sangat cantik dan berbudi yang elok.
Dalam lubuk hati terdalam nya sebenarnya bi Asih juga sedikit menyesal. Dia seorang penjahat karena menculik bayi dan membuat keluarga Atmajaya sedih berkepanjangan. Tapi dia sudah membalasnya dengan sangat menyayangi dan mendidik Wina dengan sangat baik, menurut nya itu sudah lebih dari cukup untuk membayar kejahatan yang sudah di lakukan nya.
Tapi takdir saat itu membawanya kembali datang kembali ke kota Jakarta 10 tahun silam. Yang artinya sudah membuat Wina berdekatan dengan ibu kandung nya. Bi Asih tidak menolak takdir seandainya Wina bertemu dengan ibu kandungnya. Karena memang itulah seharusnya jalan takdir untuk anak yang sudah di culik nya itu.....
**
"Makanlah... " Rey menyuruh gadis yang ada di hadapannya itu untuk makan. Sebenarnya dia ingin membawa Wina ke restoran hotel di lantai bawah untuk sarapan pagi. Namun sejak gadis itu bangun dari tidurnya, dia langsung berlari ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya. Dan itu sudah 2 kali dia berlari ke toilet, ada perasaan iba di hati Rey melihat keadaan nya yang seperti itu.
Gadis itu mengernyit kan dahinya, dia terlihat letih dan pucat. Walaupun dia sudah mandi dan menukar baju nya dengan gaun berwarna pink yang sudah di pesan rey. Tapi gadis itu tidak terlihat berselera untuk memakan makanan yang ada di hadapannya.
"Makanlah Wina, nanti kau tidak akan bertenaga jika tidak memakan sesuatu. Kasihan dengan ke dua janin yang ada di perutmu. " Astaga, Rey tidak percaya sudah mengucapkan kata-kata seperti itu. Sebenarnya kata-kata itu tidak ada dalam pikirannya, tapi entah mengapa terlontar saja dari mulut nya. Sialan, dia terlihat seperti menyukai dan bersimpati pada Wina.
Gadis itu pun mulai memakan makanannya tanpa kata, dia patuh saja saat di perintahkan Rey. Tapi gadis itu terlihat sedikit memaksa makanan yang sudah di makannya untuk di telannya.
Setelah beberapa sendok yang masuk ke dalam mulutnya, Wina menghentikan makannya. Meletakkan sendoknya dan mendorong piring yang masih berisi nasi itu ke depannya."Saya sudah kenyang, kapan kita akan pulang Tuan Rey? " Wina akhirnya bersuara dia menatap Tuan Rey dengan wajah sendunya, dia tidak tahan lagi untuk tidak pulang. Dia tidak ingin lagi bersama dengan Tuan Rey , keadaan ini membuatnya hatinya tidak tenang. Rey membawanya ke hotel ini hanya untuk menikmati tubuhnya. Tuan Rey seperti tidak peduli pada darah dagingnya yang mulai tumbuh di rahim Wina.
"Kapan kita pulang aku yang akan menentukan, jangan bertanya lagi padaku!!" Rey berdiri dari duduknya dan pergi dari kamar mereka. Meninggalkan Wina yang terpaku dengan ucapan Rey, sampai kapan dia harus di kamar ini?. Entahlah, Wina tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya pada dirinya.....
.
.
.Kalian boleh baca ulang lagi ya, tadi ceritanya belum siap. Tadi aku nggak sengaja menekan tombol publikasikan. Boleh baca ulang lagi ya 🥳🥳
KAMU SEDANG MEMBACA
MAIDKU YANG CANTIK
AcakWina tinggal bersama keluarga Wicaksono semenjak umur 8 tahun bersama ibunya. Ayahnya meninggal di waktu ia masih kecil. Setelah ayahnya meninggal ibunya pun bekerja dengan keluarga ini, sebagai pembantu rumah tangga . Selama ini hidupnya sangat ny...