Bab 16

8.1K 164 3
                                    

"Rey kemana Wina, kenapa dia nggak turun ke bawah. Dia kan belum sarapan".

Nyonya Ambar melihat sekelilingnya , tidak adanya penampakan Wina di sekitarnya membuatnya heran.

" Kemaren saja Wina turunnya pagi Rey, coba kamu telepon Wina ". Terlihat nada khawatir di kata kata nyonya Ambar. Kemaren pagi mereka sama sama turun, sekarang sudah terlalu terlambat  bagi Wina untuk sarapan pagi. Karena jam sudah menunjukkan hampir pukul  10.

" Nomor ponselnya saja aku tidak  tau ma, bagaimana mau telpon dia. Lagian juga bukan urusan ku , dia juga bukan anggota keluarga kita. "

"Hus kamu nggak boleh gitu Rey, Wina itu sudah mama anggap anak sendiri". Nyonya Ambar menekankan kata nya yang terakhir. Itu memang benar Wina sudah seperti anak kandungnya, sejak Rey kuliah dan kerja di Inggris Wina lah yang jadi penghibur nya di saat nyonya Ambar kesepian.

Nyonya Ambar menatap tajam pada Rey, anak tunggal nya itu seperti tidak menghargai Wina. Mungkin saja karena Wina anak  bi Asih anak pembantu di rumah mereka.

"Salah mu juga kenapa nggak mau tinggal di Indonesia, makanya mama cari anak baru". nyonya Ambar  berbicara seperti tidak ada perasaan bersalah. Dia memakan roti panggang nya dengan lahap.

Rey mencebikkan bibirnya, seperti mencemooh kata kata ibunya. Dia pun menyeruput jus pokat yang ada di hadapannya

Tuan Wicaksono menggeleng gelengkan kepalanya mendengar perdebatan antara anak dan ibunya itu. Dia melihat Rey seperti anak kecil, selalu berdebat dengan ibunya kalau mereka sudah bertemu.  Satu hal lagi tuan Wicaksono merasa ada yang ganjil di diri rey. Terlihat jelas olehnya kalau Rey tidak menyukai gadis itu atau mungkin saja Rey menyukainya? Entahlah...

********

Tidak berapa lama Wina pun turun, dia memakai celana levis dan kemejanya yang dipakai saat datang di kota Surabaya kemaren.

Wina memakai kancing kemeja itu sampai ke atas dan meninggikan kerahnya. Rambut panjangnya digerai nya untuk menutupi jejak kemerahan yang di lakukan oleh Rey. Ini semua gara gara Rey, Wina sebenarnya sangat malu dia merasa jadi pusat perhatian karena gayanya yang agak aneh karena menegakkan leher kemeja nya.

Wina mengambil kursinya, kemudian duduk di samping nyonya Ambar. Dia hanya menunduk tidak tau apa yang di lakukannya. Dia merasa Rey memperhatikan nya saat dia datang barusan.

Nyonya Ambar memperhatikan pakaian Wina. Dia melihat Wina dengan agak aneh, melihat leher Wina yang di tutupi dengan kerah tingginya.

"Wina, baju yang di beli kemaren kenapa nggak di pakai. Kok kamu memakai baju yang kemaren Wina?? ". nyonya Ambar menyelidiknya, seperti ada yang di sembunyikan dari diri gadis itu.

"Itu nyonya, semalam ada yang menggigit leherku, kayaknya ada ulat dikamar. Makanya leher ku jadi gatal dan kemerahan, aku malu aja kalau dilihat orang nyonya ".

Wina tidak berani melihat ke nyonya Ambar dan melihat ekspresi nya. Sebenarnya Wina sudah memikirkan berbagai  alasan seandainya  orang menanyakan leher Wina.

Rey langsung tersedak mendengar penjelasan gadis itu, untung saja Wina tidak mengatakan yang sebenarnya kalau itu hasil dari perbuatan Rey.

Orang tuanya langsung menoleh pada Rey, ada ada saja anak nya. Mendengar penjelasan Wina dia langsung tersedak. Entah menyindir atau menertawai apa yang di katakan Wina.

" Eh, matamu juga merah dan bengkak Wina, kamu habis menangis ya ? ". Nyonya Ambar heran tidak biasanya Wina seperti ini. Nyonya Ambar yakin pasti ada sesuatu pada diri Wina.

" Tadi aku keramas, nggak taunya shampoo nya masuk ke mata aku. Perih banget nyonya, makanya jadi bengkak seperti ini".

Nyonya Ambar memperhatikan Wina, seperti ada nada kebohongan dari kata katanya.

Nyonya Ambar pun melihat ke arah Rey, dia menatap sinis pada anaknya itu.

"Apa kamu tidak memperhatikan Wina Rey?Kamar kalian kan bersebelahan ,Apa kamu tidak tau apa yang terjadi??. " Pertanyaannya seperti meng interogasi Rey.

Rey pun menyandarkan punggungnya di kursi kayu itu, tangannya bersedekap . Ia melihat Wina dengan tatapan tajamnya

"Ma, kami saja tidak tidur sekamar. Bagaimana aku tau apa yang terjadi dengan Wina semalam". Rey seperti membenarkan diriny, menjawab dengan enteng seolah tidak tau apa yang terjadi pada gadis itu. Padahal itu semua hasil perbuatannya yang telah memerawani Wina.

Wina terkesiap dengan jawaban Rey, laki laki itu seperti tidak tau apa yang terjadi. Lubuk hati Wina yang terdalam terasa sangat sakit seperti ada yang meremas relung hatinya.

Laki laki itu seperti tidak ada perasaan bersalah, dia acuh dan dari tingkah lakunya saat ini sudah terlihat jika dia menganggap Wina tidak berarti bagi dirinya.

Hanya 1 hari besok Wina, Rey akan terbang ke Inggris dan dia tidak akan mengganngu mu lagi....






MAIDKU YANG CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang