Wina menangis di pojok lemari, dia duduk di lantai putih itu. Kedua lututnya di tangkup dengan ke dua lengannya. Dia di nodai lagi oleh tuan Rey. Hatinya sangat perih, dia seperti orang yang tidak ada harganya. Tuan rey melecehkannya dengan kata kata yang tidak pantas.
"Pelacur kecil. " Itulah kata kata tuan Rey yang membuat hati Wina terasa sangat perih. Dia bukan pelacur, tuan Rey lah yang menodainya. Bukan Wina yang menyerahkan tubuhnya begitu saja pada tuan Rey. Dia bukan gadis yang seperti itu, dia gadis baik baik. Dia tidak pernah berpacaran, dan belum ada satu laki laki pun yang pernah menyentuhnya. Suaminya lah yang akan boleh menyentuh tubuhnya, prinsipnya itu sudah tidak ada artinya lagi akibat tuan Rey.
Wina sangat sakit hati, setelah tuan Rey menodai nya, Wina di usir begitu saja dengan kata kata yang menyinggung perasaannya. Dan satu lagi saat ia di usir , tuan Rey menatapnya dengan tatapan yang sangat jijik. Wina seperti sampah, kuman atau apalah.
Cuma sampai hari esok tuan Rey ada dirumah ini, Wina harus bertahan. Dia akan menyembunyikan perlakuan tuan Rey pada siapapun termasuk ibunya. Kalau ibunya tau pasti dia akan sangat kecewa dengan tuan Rey. Dia akan berusaha seperti tidak ada terjadi apa apa.
Dan satu lagi, terutama untuk nyonya Ambar. Dia akan menyembunyikannya serapat mungkin, dia sangat menghargai ibu ke dua nya itu. Jangan sampai nyonya Ambar merasakan malu yang teramat sangat akibat ulah anaknya.
Wina harus bisa, dia harus menghentikan tangisan nya ini. Tapi bagai mana? Hatinya terasa tercabik cabik, dia tidak bisa mengatakan pada siapapun apa yang telah terjadi padanya. Dia akan menahan dan menyembunyikan nya sendiri . Dia harus bisa demi keluarga yang berada dirumah ini.....
******
Dia memperhatikan anaknya yang tidur membelakangi dirinya, bu Asih sudah selesai memasak. Wina belum juga keluar dari kamar dan sarapan pagi, hari pun sudah menunjukkan jam 10. Akhirnya bi asih pun berjalan ke kamar mereka, Wina ternyata masih tidur membelakangi pintu kamar.
"Nak, apa kamu sakit?. " Ibu Wina menempelkan tangannya pada kening dan leher Wina,keningnya tidak terasa panas dan suhu tubuh anaknya terasa normal. Wina masih terdiam dan melenguhkan suaranya. Seperti orang yang masih ngantuk berat.
"Wina, kenapa belum bangun juga. " Bi Asih berusaha membalikkan badan anaknya, Wina menahan badannya agar tidak menghadap ke ibunya.
"Aku masih ngantuk bu. "
Wina menjawab dengan sangat malas, bu Asih menggelengkan kepalanya. Tidak biasanya anaknya seperti ini, Wina selalu bangun subuh dan setelah itu membantu ibunya membereskan rumah atau membantu apapun yang bisa di kerjaannya.
"Wina, kamu jam berapa kebawah. Ibu tunggu kamu sampai jam 10,kamu nggak turun turun juga. Semalamn kamu ngapain di perpustakaan sampai selama itu Wina? . "
"Mungkin jam 12 bu. " Wina belum juga menghadapkan badannya pada ibunya, matanya pun masih tertutup.
"Kok bisa lama? Biasanya kamu kalau sudah dapat buku yang menarik. Kamu langsung ke bawah. "
" Banyak sekali buku yang menarik untuk di baca . Makanya aku nggak tau kalau sudah jam 12." Wina menjawab dengan seadanya.
"Ya sudah, habis ini mandi dan langsung sarapan ya. Nanti kalau kamu terbiasa menunda makanmu, kamu bisa sakit magh. "
"Iya bu, nanti aku makan. Sekarang aku masih pengen tidur lagi. "
Ibu nya pun mulai berjalan ke luar kamar, kemudian menutup pintu itu. Wina merasa lega ibunya sudah keluar dari kamar ini. Dia sebenarnya tidak ingin mengacuhkan ibunya, tapi keadaannya lah yang membuatnya seperti ini.
Tidak seperti biasanya ia mengacuhkan ibunya, pasti ibunya akan kecewa karena di acuhkan begitu saja oleh Wina. Dia tidak ingin ibunya mengetahui keadaannya saat ini, melihat matanya yang membengkak dan merah.
Sebelum ibunya masuk ke kamar barusan, ia bercermin. Ia melihat penampakan wajahnya yang tidak seperti biasa. Ibunya pasti akan tahu nanti jika dia tidak memberikan alasannya, dan dia harus berpikir bagaimana memberi alasan yang tepat biar ibunya tidak curiga.
"Maafkan aku bu. " Wina berkata dengan lirih di dalam hatinya, Dan setetes air mata pun jatuh di pipinya menandakan bagaimana perasaannya saat ini .....
Bersambung
Di cerita ini Si Wina ini memang sangat menghargai keluarga wicaksono ya. He he gimana, geram nggak sama tuan Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAIDKU YANG CANTIK
RandomWina tinggal bersama keluarga Wicaksono semenjak umur 8 tahun bersama ibunya. Ayahnya meninggal di waktu ia masih kecil. Setelah ayahnya meninggal ibunya pun bekerja dengan keluarga ini, sebagai pembantu rumah tangga . Selama ini hidupnya sangat ny...