bab 27

5.5K 134 3
                                    

Perjalanan ke rumah sakit memakan waktu 30 menit, sebenarnya bisa cepat karena jarak dari rumah Wicaksono ke rumah sakit sangat dekat. Tapi karena pak Jono mengambil jalan utama , kemacetan tidak bisa di hindari. Maklum saja hari sudah sore. Dan ini merupakan jam yang sedang macet- macetnya . Wina sudah 2 kali memuntahkan isi perutnya saat berada di dalam mobil. Untung saja ibunya membawa kantong plastik jika saja Wina muntah . Wina duduk di belakang dengan ibunya, nyonya Ambar juga ikut bersama mereka dan duduk di depan bersama pak Jono yang mengemudikan mobil. Wina melihat sekilas tadi saat berjalan menuju mobil, nyonya Ambar terlihat sangat cemas . Dia berjalan menuju Wina dan membimbing Wina berjalan masuk ke dalam mobil.

Wina sangat lemas dan tak bertenaga, dia merasa tak berdaya setiap selesai  memuntahkan isi perutnya . Hari ini saja mungkin sudah 15 kali Wina muntah, apa yang masuk ke dalam perutnya tidak bertahan lama di perutnya. Pasti Wina akan memuntahkan nya lagi. Walaupun hanya minum, Wina tetap memuntahkannya lagi.

Wina tadi mengikat rambut panjangnya dengan acak. Dia memakai piyama tidurnya , tadi ia tidak mandi pagi. Ia ingin menukar bajunya tadi saat ibunya mengajak ke rumah sakit. Dan ibunya melarang Wina menukar bajunya karena sudah sangat cemas melihat keadaan Wina.

Punggungnya dan kepalanya di  sandarkan nya di punggung kursi. Matanya tertutup, tangannya bersidekap di perutnya. Ibunya mengeluskan telapak tangannya di kening dan kepala Wina. Dia tidak ingin memuntahkan isi perutnya lagi. Seumur- umur baru kali ini Wina merasakan sakit yang teramat sangat. Ia sangat tersiksa dengan keadaannya seperti ini.

Wina mendengar ibunya  oak Jono dan nyonya Ambar sedang berbicara. Tapi Wina tidak ingin mendengar apa yang mereka bicarakan. Saat ini dia hanya ingin tidur dan merebahkan kepalanya. Dan berharap tidak akan memuntahkan lagi isi perutnya. Mudah-mudahan saja orang yang berada di dalam mobil ini tidak jijik saat Wina memuntahkan isi perutnya tadi.

Mobil pun mulai memasuki area rumah sakit swasta terbesar di ibukota. Wina mulai membuka matanya saat ibunya menepuk punggungnya. Dia sebenarnya tidak tidur, tapi ia ingin mengistirahatkan badannya agak sebentar.

"Kamu bisa jalan sendiri? " Akhirnya nyonya Ambar menanyakannya saat membuka pintu mobil yang berada di samping kirinya.

"Bisa ma. " Wina menyahut tapi dengan suara yang sangat lemah.

"Ayo Asih, kita bimbing aja Wina. Kalau kamu nggak kuat jalannya, bilang mama ya. Kita pakai kursi roda kalau kamu nggak kuat jalan. " Nyonya Ambar mulai menarik tangan Wina untuk keluar dari dalam mobil.

"Aku kuat ma. " Wina ingin terlihat kuat, tapi siapa saja yang melihatnya pasti meyakini kalau Wina mengidap sakit yang  parah. Lihat saja bibir dan mukanya yang pucat. Walaupun ibunya sudah memeluk pinggang nya agar kokoh berjalan. dan nyonya Ambar yang juga membimbing nya di sebelah kanannya. Dia tetap terlihat sangat lemah.

Wina sudah berada di ruang UGD,dia pun merebahkan badannya setelah seorang perawat menginstruksikan untuk berbaring di kasur ruangan itu.

Perawat pun menanyakan keluhannya dan data data lainnya untuk kepentingan pemeriksaan. Setelah itu perawat itu pun permisi dan meninggalkan mereka di ruangan itu. Wina di dampingi ibunya dan nyonya Ambar. Tak lama kemudian, perawat tadi datang bersama dengan dokter perempuan yang terlihat masih muda. Dokter itu tersenyum pada mereka.

" Muntahnya dari kapan dek? " Dokter itu bertanya pada Wina, dia mulai menyingkap baju atas Wina. Kemudian agak menekan perut putih mulus Wina. Dengan segera dia memeriksa perut Wina dengan stetoskopnya.

"Baru 1 minggu dok. " Nyonya Ambar akhirnya menjawab pertanyaan dokter muda itu. Dia melihat Wina yang sudah lemah dan bi Asih yang sudah terlihat cemas sedari tadi.

"Adek nya sudah menikah bu? " Dokter itu menolehkan kepalanya pada nyonya Ambar.

"Belum, dia baru menamatkan SMA-nya. Dan akan kuliah beberapa bulan lagi. " Nyonya Ambar menjelaskan.

Dokter muda itu mengangguk-angguk kan kepalanya. Dan melihat ke Wina yang terlihat sangat pucat.

"Begini bu, gimana kalau adek ini tes urine di labor dulu. Untuk memastikan penyakitnya, saya tidak bisa memastikan penyakitnya sekarang. " Dokter muda itu terlihat sangat serius.

"Boleh dok, kasihan juga sudah 1minggu ini Wina muntah dan kondisi nya semakin parah. " Nyonya Ambar memperhatikan Wina, merasa sangat kasihan dengan gadis itu.

"Di temani perawat aja ya bu. " Dokter itu mempersilahkan perawat dan membawa Wina. Dia pun berlalu meninggalkan nyonya Ambar dan ibu Wina.

20 menit kemudian Wina datang lagi bersama perawat yang membawanya tadi. Perawat tadi membimbing Wina untuk berbaring lagi di kasurnya. Kemudian berjalan menuju ke arah nyonya Ambar dan bi Asih yang duduk tak jauh dari tempat tidur Wina.

"Ayo bu, kita menemui dokter di ruangannya dulu. Wina sudah saya baringkan di tempat tidurnya. " Perawat itu mengajak ke dua wanita dewasa itu ke ruangan dokter. Serta merta ke dua orang itu berdiri dan mulai mengikuti perawat itu.

Perawat itu membuka pintu, dan mempersilahkan nyonya Ambar dan bi Asih masuk dan duduk. Dokter muda itu sudah menunggu dan juga duduk di hadapan mereka. Dokter itu tersenyum pada mereka dan mulai membaca hasil tes yang di berikan perawat tadi.

"Anda ibu dari Wina? " Dokter itu bertanya pada nyonya Ambar, dia mengira kalau nyonya Ambar lah ibu Wina

"Saya ibunya dok. " Dengan cepat ibu Wina menjawab.

"Begini bu, sebenarnya saya sudah tau apa penyakit dek Wina tadi. Cuma untuk lebih memastikan, saya ingin  untuk tes labor juga. " Bu dokter terdiam sesaat, dan memperhatikan kedua orang yang ada di depannya yang terlihat cemas menunggu jawaban darinya.

"Lalu apa penyakitnya bu? " Nyonya Ambar bertanya tidak sabar.

"Dek Wina hamil, dan menurut saya ini sudah memasuki 7 minggu. Tapi untuk saat ini, dek Wina dirawat dulu mengingat kondisinya yang sangat lemah. Untuk lebih jelasnya boleh di periksa nanti dengan dokter kandungan. " Dokter muda itu menjelaskan dengan sangat jelas.

Nyonya Ambar seketika langsung menoleh pada ibu Wina yang terlihat tegang dan pucat mendengar penjelasan dokter barusan.....

.
.
.

Siapakah yang menghamili Wina? Apakah kalian tau? Hehe 😅😅

MAIDKU YANG CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang