Bab 36

5.5K 124 6
                                    

Nggak nyangka banget kalau aku bisa nulis sampai Bab 35, maklum aja awalnya coba coba karena biasanya aku hanya pembaca. Nggak taunya ketagihan nulis, aku memang suka menghayal. Dari hayalan ku inilah tercipta tulisanku, dan tertolong banget dengan foto-foto yang ada di Pinterest. Karena semakin membuat ku semakin ber imajinasi 😂😂
.
.
.
___________________________
_______________

Seorang wanita yang sudah berumur menjelang 50 tahun itu memperhatikan foto yang hampir di lihatnya setiap hari. Dia merindukan sosok kecil yang sangat di sayanginya itu, yang entah dimana keberadaan nya. Dia sudah mengerahkan semua kekuatan nya untuk mencari dimana dia. Tapi hingga saat ini pencarian itu nihil, dia tidak dapat menemukan nya. Dia sangat putus asa saat itu, dia menangis setiap hari. Dia depresi akut memikirkan seorang bayi yang sudah dilahirkannya dari rahimnya itu.

Wina Atmajaya, itulah nama bayi mungilnya yang di berikan oleh suaminya Darma Atmajaya. Bayi satu-satunya yang lahir dari rahimnya, masih terbayang bayang olehnya bagaimana wajah bayinya. Hidungnya sudah terlihat mancung saat di lahir kan nya, dia bayi mungil yang sangat cantik. Rambutnya tebal dan sedikit ke pirangan, waktu itu dia sudah membeli jepitan dan ikat rambut kecil untuk bayi mungilnya. Seandainya ia masih hidup umurnya sudah menginjak 18 tahun saat ini. Dia sangat merindukan gadis kecilnya

Bagaimana keadaannya sekarang seandainya ia masih hidup? Apakah dia baik-baik saja?

Banyak pertanyaan yang selalu berkelebat dalam pikirannya, dia sangat merindukan sosok mungil itu. Yang sudah di culik oleh pengasuh nya yang sangat di percaya nya. Bagaimana dia tidak peka jika pengasuh nya itu menginginkan darah dagingnya? . Dia sangat sakit jika mengingat pengasuh bayinya dulu, dengan teganya ia menculik bayi mungilnya.

Dia sangat menyesal tidak membawa bayi mungilnya saat itu, bagaimana jika dulu dia bersikeras saja membawa bayinya ke luar negeri. Pasti peristiwa itu tidak akan pernah terjadi. Itu sangat menyakitkan hatinya, andai waktu bisa di putar kembali. Ia tidak akan meninggalkan bayi mungilnya sedetikpun.

Seandainya suaminya Darma Atmajaya masih hidup, pasti dia juga akan merindukan bayi mungilnya. Vina Atmajaya ingin mencari keberadaan bayi mungilnya lagi, dia tidak akan putus asa. Tapi ini untuk terakhir kalinya, seandainya orang kepercayaan nya tidak menemukan nya juga. Dia akan pasrah, mungkin saja bayi mungilnya itu sulit untuk di temukan karena mungkin saja dia telah pergi jauh meninggal kan dunia ini....

**

Plak !!!

Nyonya Ambar menampar Tuan Rey anaknya. Amarahnya sudah mencapai ubun-ubun, dia tidak bisa menahan kesabaran nya lagi. 4 hari Rey membawa kabur Wina, apa yang di lakukan seorang laki-laki dewasa pada seorang gadis jika mereka tidur di kamar yang sama??

Orang bodoh pun pasti akan tau apa yang sudah di lakukan nya. Tidak mungkin Rey hanya diam saja sekamar dengan Wina. Laki-laki normal pasti tidak akan bisa menahan birahinya jika melihat sosok yang sangat cantik berada sekamar dengannya. Apalagi Rey sudah menyetubuhi Wina sebelum ini, nyonya Ambar rasa pasti dia akan ketagihan melakukannya lagi dengan Wina.

"Ada apa ma? " Rey memegang dan mengelus pipi kanannya. Heran dengan apa yang di lakukan mamanya. Dia baru sampai di rumah nya, Wina langsung berjalan dengan cepat menuju ke belakang.

"Kamu seperti orang yang tidak tau apa-apa saja Rey, kau melarikan Wina. Apa yang sudah kau lakukan dengannya selama 4 hari? Jangan-jangan kau menodainya lagi? Apa kamu tidak kasihan dengan calon ibu dari anak-anak mu Rey? " Tuan Wicaksono juga berada di dalam kamar Rey. Dia dan istri nya sudah menunggu kepulangan Rey selama 4 hari ini. Tuan Wicaksono sangat geram dengan anaknya Rey, dan hari ini dia akan membuat perhitungan dengan Rey.

"Kamu harus menikah dengan Wina besok Rey, tidak mungkin kalian tidak menikah. Mama sudah menyiapkan segalanya. " Nyonya Ambar terlihat geram, wajah marahnya tidak bisa di sembunyikan nya.

"Oke kalau itu yang kalian ingin kan, aku akan menikahinya. Tapi dengan syarat, aku tidak ingin harta Wicaksono jatuh kepada anak pembantu itu. " Rey menegaskan perkataannya.

"Terserah padamu Rey, yang penting bagi kami kau harus menikahinya besok. Kami sudah membicarakan nya dengan ibu Wina. Dan dia juga menyetujui pernikahan kalian. " Jawab Nyonya Ambar.

"Ck, jelas dia setuju. Siapa yang tidak ingin menikah denganku, yang jelas mereka akan hidup senang ma. " Rey mendecih, memperlihatkan wajah kesalnya.

"Rey!!" Tuan Wicaksono menantang mata Rey.

"Sudahlah pa, aku ingin mandi dulu. " Rey pun berlalu meninggalkan orangtuanya, kedua orang itu ternganga dengan berlalu nya Rey . Mereka ingin berbicara lebih banyak dengan Rey, namun terlihat jelas kalau Rey sangat tidak menyukai orang tua nya membahas apa yang tidak di sukainya...

**

"Ibu. " Wina memeluk ibunya, ia merindukan ibunya. 4 hari sudah mereka tidak bertemu.

"Wina, kemana saja kamu nak. Ibu merindukan mu. " Ibunya juga memeluk erat Wina, ia baru selesai mandi. Dan ia terkejut Wina sudah berada di kamar mereka dan memeluk ibunya dengan erat.

"Apa yang di lakukan Tuan Rey padamu selama 4 hari itu Wina. " Bi Asih melepaskan pelukannya dari Wina. Menatap putri cantiknya dengan seksama, Wina hanya menunduk tanpa menjawab pertanyaan ibunya.

"Kalian harus menikah besok, ibu sudah menyetujui kalau kalian akan menikah. Ini tidak bisa di biarkan Wina, ibu sangat yakin Tuan Rey sangat menginginkan mu. " Bi Asih sangat yakin itu, kalau tidak menginginkan Wina Tuan Rey tidak akan kembali ke Indonesia. Apalagi 4 hari lalu dia membawa Wina lari entah kemana.

"Tapi bu, kita hanya orang miskin. Aku takut Tuan Rey hanya mempermainkan ku saja bu.. " Wina menatap ibunya dengan wajah memelas, terlihat jelas oleh ibunya kalau Wina tidak menginginkan pernikahan ini.

"Ibu tetap menikahkan mu Wina, kau sangat pantas berdampingan dengan Tuan Rey. Apapun alasanmu kamu tidak bisa menolak lagi. Ibu tidak akan membiarkan mu hidup tanpa mempunyai suami. Bagaimana dengan anak-anak mu kalau tidak adanya sosok seorang ayah di sampingnya. Ibu yakin sebenarnya Tuan Rey itu sangat menyukaimu. " Bi Asih memastikan kata-kata terakhir yang di sebutnya tadi.

"Ibu, aku takut dengannya. " Terlihat raut ketakutan di wajah Wina.

"Kamu tidak usah takut Wina, lihat saja nanti Tuan Rey pasti akan mencintaimu. Pegang lah kata-kata ibu nak. " Bi Asih meyakinkan Wina, jangan sampai ketakutan nya berlebihan terhadap Tuan Rey. Ia tidak ingin Wina stres dan berpikir dengan keras. Itu pasti akan mengganggu kesehatan janin kembarnya....
.
.
.

Sudah sampai bab 36, nanti aku akan lanjut bab 37 ya. Vote dan komen ya, nanti aku akan usahakan lebih cepat update nya 🤗

MAIDKU YANG CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang