bab 37

5.1K 138 12
                                    

Aku memikirkan alur apa yang bagus untuk ceritaku ya, aku pusing memikirkannya ,nggak taunya sudah 8 hari berlalu. Mudah-mudahan di bab ini alurnya bagus ya.

________

Tepat jam 10 pagi tadi Rey dan Wina sudah sah menjadi suami istri. Upacara sakral yang hanya di hadiri beberapa kerabat dan kenalan dekat itu terlihat meriah. Walaupun Nyonya Ambar hanya mengadakan pesta sederhana untuk mereka, karena keadaan Wina yang tidak memungkinkan untuk bersanding agak lama.

"Kamu nanti tidur di kamar Rey ya, nggak di kamar ibu mu lagi. " Nyonya Ambar berkata pada Wina ketika acara sudah selesai, mereka sudah mengganti baju mereka dengan baju rumah. Kerabat dan kenalan nyonya Ambar sudah pergi dari rumah mereka.

"Aku tidur di kamar ibu ku aja ma, aku segan tidur dengan Tuan Rey . " Wina menolak halus perkataan Nyonya Ambar. Tidak mungkin mereka tidur sekamar, Wina sangat takut dengan Tuan Rey. Yang pasti nya Wina akan habis di gauli oleh Tuan Rey. Tubuh nya tidak sanggup lagi menerima itu semua. Rey sangat beringas dan tidak selalu puas dengan tubuhnya.

"Tidak bisa Wina, kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri. Apa kata orang jika kalian tidur terpisah? Pasti orang akan berkata yang tidak- tidak. " Tuan Wicaksono mengeluarkan suaranya. Wina terpaku, dia tidak bisa berkata tidak saat ini.

"Iya Tuan, aku akan bilang pada ibuku dulu. "

"Sekarang tidak panggil Tuan lagi Wina, panggil Papa saja. Kamu sudah menjadi menantu kami, jangan panggil Tuan lagi ya. " Nyonya Ambar berkata sambil mengelus punggung Wina. Mereka duduk  bertiga di sofa ruang tamu, Rey tidak berada di situ. Sedangkan ibu Wina mungkin sedang berada di belakang.

"Iya ma, aku akan ke tempat ibu sebentar ya. Mau bilang kalau aku akan tidur di kamar Tuan Rey. " Wina mulai berdiri dari tempat duduknya.

"Iya, setelah itu langsung kekamar Rey ya kemudiannya istirahat dulu. Nanti mama antar ke kamar Rey, kalau Rey minta lagi. Jangan mau ya, nanti mama yang akan memarahinya. "

Nyonya Ambar dengan rasa tidak malu berkata seperti itu. Dia yakin Rey akan menggauli Wina lagi nanti. Siapa yang tidak menolak dengan pesona kecantikan dan kemolekan tubuh Wina.

"Iya ma. " Wina pun berlalu dan tersipu malu, mukanya merah. Dia sangat malu dengan kata-kata Nyonya Ambar. Apa lagi Nyonya Ambar berkata dekat Tuan Wicaksono yang sekarang sudah menjadi mertuanya. Wina pun berjalan ke bagian belakang rumah ini, mencari ibunya yang mungkin saja di kamar.

"Kamu cantik sekali pagi tadi Wina, mbak jadi pangling lihat penampilan kamu. Untung aja mbak berani berkata yang sebenarnya pada Tuan dan Nyonya. Kalau tidak pasti kamu belum juga akan menikah dengan Tuan Rey. " Bi Narsih melihat Wina memasuki ruangan belakang, dia ingin mengucapkan selamat pada Wina.

"Maksud mbak Narsih? " Wina tidak mengerti apa maksud dari perkataan mbak Narsih, ia terlihat heran.

"Mbak , hamil anaknya."

Wina hanya tersenyum getir, sebenarnya dia tidak merasa tertolong jika bi Narsih mengatakan kalau Tuan Rey lah yang menghamili nya. Dia merasa akan memasuki neraka dunia setelah menikah dengan Tuan Rey.

"Mbak yakin kalau Tuan Rey pasti mencintaimu. Dan kalian akan hidup bahagia nantinya. " Mbak Narsih tersenyum saat mengatakan itu.

"Makasi atas semuanya ya mbak sudah mengatakan semuanya, aku pergi ke kamar ibu dulu ya mbak. " Wina tersenyum dan berlalu dari hadapan mbak Narsih. Bohong jika dia bahagia saat ini, tidak mungkin ia bahagia hidup dengan seorang iblis yang kejam. Mudah-mudahan saja Tuan Rey tidak menyakiti nya lagi.

Wina sudah sampai di kamar ibunya, kepalanya melongok ke dalam. Kemudian kakinya pun melangkah masuk ke dalam kamar. Ia melihat ibunya sudah memicingkan mata, dia harus berbicara pada ibunya

"Ibu, apa ibu sudah tidur? " Wina duduk di samping ibunya, dia melihat wanita terkasihnya yang sangat di sayangi nya.

"Belum nak, ibu hanya memicingkan mata sejenak saja. Ada apa? " Bi Asih mendudukkan badannya dan menyandar di dinding kamarnya.

"Aku di suruh Nyonya Ambar tidur dengan Tuan Rey bu, tapi aku tidak ingin. Bagaimana kalau aku tidur dengan ibu saja? " Wina terlihat memelas.

"Kamu sudah menjadi istrinya Wina, kamu harus tidur sekamar dengannya. Ibu ingin berbicara sesuatu padamu, ibu tidak akan tinggal di sini lagi. Kamu sudah menikah dengan anak majikan ibu, tidak mungkin ibu tinggal bersama kalian di sini. Ibu akan merasa segan jika tinggal di rumah ini bersama mereka, kita tidak ada hubungan anak pembantu dan pembantu mereka lagi. Status mu sudah berubah Wina. "

Bi Asih  menghela nafasnya, kata-kata yang baru di ucapkannya terasa berat untuk di ucapkan. Pasti Wina akan merasa sedih, belum pernah mereka berpisah selama ini. Tapi ia sudah memikirkan matang-matang, inilah jalan terbaik untuk Wina. Dia akan dewasa dan mandiri dengan sendirinya tanpa kehadirannya dirinya di sisi anaknya.

"Ibu tinggal di sini saja bu, aku tidak sanggup berpisah dengan ibu . Ibu akan pindah kemana? " Wina terlihat galau.

"Ibu akan pergi ke kampung kita dulu Wina, ibu ingin tinggal di kampung untuk sementara waktu. "

"Aku pasti akan merindukan ibu. " Wina memeluk ibunya, mereka sama-sama menitikkan air mata.

"Sudahlah Wina, pergilah ke kamar suamimu. Pergilah Wina... "

"Iya bu.. " Wina berdiri dan beranjak pergi dari kamar ibunya, ada perasaan hampa di hatinya. Dia selalu tidur dengan ibunya, dan tidak lama lagi ibu nya akan pergi dari rumah ini. Hatinya terasa pilu, tempatnya bersandar akan pergi dari rumah ini.

Dia sudah berjalan menuju tangga, menapaki anak tangga satu persatu. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, dia akan sekamar dengan Tuan Rey.

"Wina, ayo masuk. " Nyonya Ambar sudah berdiri di pintu kamar dan menyuruh Wina masuk ke kamar Rey. Ternyata ia sudah berada di dalam kamar Rey, mungkin saja semenjak Wina izin pergi ke kamar ibunya tadi. Nyonya Ambar membimbing Wina masuk ke kamar.

"Rey,kamu jaga Wina baik-baik . Jangan sampai kamu sakiti dia, awas saja kalau kamu menyakitinya. Wina kamu lapor aja ke mama ya, kalau suamimu berlaku jahat padamu. "

Wina tersenyum dan menyunggingkan bibirnya, Nyonya Ambar pun berlalu meninggalkan mereka. Wina memperhatikan pergerakan Nyonya Ambar sampai Nyonya besar itu menutup pintu kamar. Wina pun membalikkan kepalanya ke depan lagi, kedua tangannya di silangkannya di depan badannya. Matanya melihat Tuan Rey yang sudah berada di kasurnya. Tuan Rey mengacuhkannya dan seperti tidak melihatnya, dia sibuk dengan  ponselnya.

Wina menekur dan tetap berdiri di situ, tidak tau apa yang harus di lakukannya. Tuan Rey tidak berbicara padanya, tidak mungkin Wina beranjak dari tempat nya berdiri dan tidur di kasur bersama dengan Tuan Rey tanpa perintahnya. Dia juga sangat letih, matanya juga mengantuk. Tapi Tuan Rey tidak juga mengeluarkan suaranya, tidak apa-apa dia tidur di sofa ataupun di lantai kamar ini. Tapi dia juga segan lalu lalang mengambil bantal ataupun selimut. Bisa jadi Tuan Rey akan marah karena telah leluasa di kamarnya. Mungkin saja sudah 10 menit dia berdiri seperti patung di kamar ini.

Namun tanpa di duganya dengan cepat Rey menggendongnya dengan sigap. Wina terpekik karena terkejut, dia tidak menyadari Tuan Rey sudah berada di sampingnya karena melamun terlalu lama. Tuan Rey meletakkan tubuh Wina dengan pelan di atas kasurnya. Mata mereka bertatapan dengan lekat. Lelaki itu menghimpit tubuhnya, dia mengecup kening Wina, mencium bibirnya hingga lehernya. Dia mulai membuka kancing baju Wina hingga akhir, kemudian melepaskannya dari tubuh indahnya. Wina pasrah, dia merelakan tubuhnya di nikmati suaminya. Dan Wina rasa dia sudah jatuh cinta pada suaminya pada detik ini dan ia rasa mungkin saja suaminya juga mencintainya...

**

Mereka sudah menikah pagi tadi, Luna menyunggingkan senyum iblisnya. Dia sudah mempunyai rencana besar yang akan membuat Rey galau. Dia akan pelan-pelan menghancurkan adik kecilnya. Dia pantas mendapatkan nya karena telah merebut hati orangtuanya dan kekasihnya yang sangat di cintanya.....

.
.
.

Aku terlalu lama nggak update ya 😅😅, maaf kan aku ya..



MAIDKU YANG CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang