Bab 8

7.9K 191 0
                                    

Matahari menyinari permukaan bumi dengan cahaya terik nya dan terasa sangat dekat dengan pucuk kepalanya. Wina merasa sangat kepanasan,padahal pagi tadi dia mandi menyiram badan dan rambutnya dengan banyak gayung. Gadis itu pun mencepol rambut panjangnya dengan asal.

Keringatnya bercucuran membasahi kening dan dahinya. Mukanya sedikit memerah, punggung tangannya yang putih bersih pun ikut serta menyeka keringatnya.

Wina sedang membantu mbak Narsih membersihkan taman bunga mawar nyonya Ambar. Menyapu rumput yang baru saja di cabut mbak Narsih. memotong ranting ranting yang sudah agak tua, dan menyiram tanaman.

"Mbak Narsih, taman ini dari dulu tambah bagus ya. Tanamannya bertambah banyak, nyonya Ambar sering bersihin tanamannya juga ya mbak." Wina bertanya sambil memotong ranting yang mulai menguning.

"Iya neng, kadang nyonya minta bantuan mbak Narsih kalau membersihkan taman ini. Sekali seminggu pasti nyonya bersihkan taman ini sendiri. Katanya lebih puas aja kalau nyonya sendiri yang membersihkan."

"Sekarang mungkin karena tuan muda rey lagi dirumah. Nyonya Ambar pengen puas puasin sama tuan Rey dulu. Maklum saja tuan Rey mana betah tinggal di Indonesia. Paling 1 minggu lagi sudah ke Inggris lagi. " Mbak Narsih berbicara dengan wajah seriusnya.

"Tuan Rey nggak pengen nikah ya mbak, kan sudah berumur juga. Kalau dari dulu menikah pasti anaknya sudah besar ya mbak". Wina bertanya dengan penuh penasaran, dia ingin tahu bagaimana tuan rey setelah sekian lama Wina tidak mengetahui cerita tentang tuan rey.

"Sstt.. Nanti kedengeran tuan Rey neng. Jangan keras keras ngomongnya". Mbak Narsih mengangkat jari telunjuk nya dan memberi isyarat pada Wina. Dia takut saja jika Tuan Rey tiba tiba saja ada di belakang mereka.

"Nyonya Ambar sudah sering memaksa tuan Rey menikah, jika tuan Rey mau menikah. Tuan dan nyonya pasti akan sangat bahagia sekali. "

"Padahal tuan Rey ganteng ya mbak, tapi belum juga mau menikah sampai sekarang. "

Wina merasa ada yang memperhatikannya dari tadi, mendengar ada derap langkah yang berjalan mulai mendekatinya. Wina pun menoleh bersamaan dengan mbak Narsih yang juga merasa ada yang mendengar pembicaraan mereka.

Ternyata tuan Rey sudah ada di belakang mereka, menatap ke dua wanita itu dengan sangat tajam. Tuan Rey seperti sangat marah.

"Kalian membicarakan saya ya, kalian kalau kerja itu ya kerja. Kalian di gaji di sini,apapun yang saya lakukakan .Kalian tidak boleh mencampuri urusan saya!!".

Kedua wanita itu ternganga dan tubuh mereka menegang, mereka sangat cemas dan takut karena telah membicarakan tuan muda mereka.

"Awas kalau kalian membicarakan saya lagi, kalian akan di pecat dan saya tidak akan segan mengusir kalian dari rumah ini. " Rey pun berbalik meninggalkan mereka.

Mereka pun terdiam, tidak mau berbicara satu sama lain lagi. Takut saja kalau tuan Rey akan menguping pembicaraan mereka lagi.

Mbak Narsih takut di pecat seandainya tuan rey memecat dirinya. Zaman sekarang mencari pekerjaan sangat susah, lagian mbak Narsih takut saja jika mencari pekerjaan di tempat lain. Belum tentu akan mendapat majikan sebaik nyonya Ambar. Karena majikannya sangat baik, kecuali tuan muda Rey.

Mereka pun melakukan tugas mereka dengan diam , tanpa membicarakan hal apapun lagi.....

*****

Laki laki itu memakai celana pendek dan baju kausnya. Rey berjalan jalan di sekitar rumahnya, mengelilingi dan melihat lihat taman di samping kediaman orang tuanya.

Rey memperhatikan sekitarnya. Tidak ada yang berubah dari rumahnya sejak Rey menetap di Inggris.

Rey melihat 2 orang perempuan membersihkan taman. Rey malas menyapa, pasti pembantunya dan gadis tadi.

Rey pun segera membalikkan badannya, baru saja kakinya melangkah Rey mendengar ke dua wanita itu sedang membicarakan dirinya.

Rey sangat marah kemudian membalikkan badannya lagi. Memarahi kedua wanita itu, apalagi gadis kecil itu. Lancang sekali mulutnya membicarakannya, apa urusannya jika Rey belum menikah.

Rey akan memberikan gadis itu pelajaran ,lihat saja....

*****
Haripun sudah sore, Wina pun sudah selesai mandi. Dia akan mengikuti ibunya di dapur, membantu ibunya. Seandainya ada yang akan di tolongnya. Mungkin saja piring di dapur belum di cuci pikirnya.

Wina pun menutup pintu kamarnya berlahan da akan berjalan menuju dapur, tanpa di sangka karena tidak melihat ke arah sampingnya. Wina hampir saja beradu dengan tubuh kekar Rey. Wina pun mendongak ke atas melihat manik tajam pemilik tubuh itu.Ya Tuhan, jantung Wina serasa mau copot dan meledak. Dia serasa ingin berlari saja, namun tidak mungkin dia akan melakukan hal seperti itu. Karena tuan Rey adalah majikannya.

Tuan Rey berada di hadapannya sambil menatapnya dengan tajam, tubuh mereka sangat berdekatan. Wina pun memundurkan langkahnya, seandainya ibunya berada di sini. Wina akan bersembunyi lagi di belakang punggung lebar ibunya. Ibunya seperti benteng bagi Wina, tapi ibunya sedang tidak di sini. Bagaimana Wina akan bersembunyi? Wina hanya menunduk tidak berani memandang tuan Rey. Dia takut ,sangat takut.

"Saya mencari ibu kamu, ternyata tidak ada di dapur. Buatkan saya kopi ya dan antar ke kamar saya". Tuan Rey pun berlalu meninggalkan Wina yang merasakan jantungnya mulai normal lagi. Dia pun bergegas ke dapur, ibunya terlihat sedang mengepel lantai dapur.

" Tuan Rey katanya mencari ibu ke dapur, katanya ibu nggak ada. " Wina berusaha menyembunyikan kegugupan nya, dia tidak ingin ibunya tau kalau dia sampai saat ini masih takut dengan tuan Rey.

"Ibu dari tadi di dapur saja, mungkin saja tuan Rey itu malas masuk ke dapur. Memangnya kenapa Wina?? ". Ibu nya bertanya ke Wina, tanpa berhenti mengepel lantai.

"Katanya mau di buatkan kopi, dan antar ke kamarnya". Wina mengambil lap dapur, berpura-pura membersihkan meja dapur. Dengan cara itulah dia akan menyembunyikan kegugupannya.

" Ooo, kamu buatin aja ya. Ibu membersihkan dapur ini dulu. Sekalian nanti kalau sudah di kamar tuan Rey, bawain baju kotornya nya ke bawah".

Wina pun memelas pada ibunya " Ibu saja yang anterin ya biar Wina yang buat kopinya, Wina segan aja sama tuan Rey".

"Wina, ibu lagi kerja. Kamu aja yang antar, tuan Rey nggak akan makan kamu kok. ". Ibunya berkacak pinggang, menghela nafas dan menggeleng kan kepalanya.

" Iya bu..".Wina pun mengiyakan ibunya dengan mulut yang agak cemberut .

Dia pun bergegas membuatkan kopi, dan berjalan keluar dari dapur menuju lantai atas dimana kamar Rey berada.

Mudah mudahan saja tuan Rey, tidak akan lama dirumah ini.....

Bersambung. . .

MAIDKU YANG CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang