bab 44

6.2K 175 14
                                    

Aku nggak nyangka banget bisa nulis sampai bab 44.  Aku baru 3 bulan ini jadi penulis yang awalnya masih ragu mengeluarkan kata-kata. Padahal jadi pembaca sudah bertahun-tahun 😅. Dan aku takut kalau cerita ku nggak di sukai orang-orang. Tapi dengan komentar dari reader's ku aku yakin mereka menyukai cerita-ceritaku. Maaf ya komen dari kalian nggak bisa aku balas satu-satu 🥰😘

___________

"Apa kamu sudah baikan? Apa makan mu sudah lahap?" Nyonya Sarah  sekarang sedang berada di kamar Wina. Ia menempel kan punggung tangannya pada dahi Wina. Kemudian memperhatikan apa yang di pakai gadis itu, Wina sudah mandi dan juga memakai pakaian yang bagus.

"Sudah Nyonya, terimakasih banyak sudah membantu saya. " Wina tersenyum pada Nyonya Sarah yang sudah menolongnya.

"Panggil bibi saja, jangan panggil Nyonya lagi. Panggil saja bibi Sarah ya. "

"Tapi.. "

"Tidak apa- apa, bibi yang menyuruhmu. Bagaimana dengan keluarga mu? Apa sudah di hubungi? " Nyonya Sarah akhirnya menanyakan Wina. Dia ingin mengulik bagaimana kehidupan keponakannya dulu.

"Ponsel ku tinggal di rumah bi. "

"Rumahmu dimana?"

"Aku tidak ingin pulang kerumah itu lagi bi. " Wina terlihat murung, tersirat kesedihan di kata-kata nya. Nyonya Sarah mengernyitkan dahinya, ia merasa ada masalah besar yang sudah menghimpit nya.

"Ibumu dimana? " Nyonya Sarah sangat ingin mengetahui dimana mantan pembantu kakaknya itu.

"Ibu ku menghilang, aku tidak tau dimana dia sekarang ini. "

"Suamimu? Apa dia tidak mencari mu? "

"Aku tidak tau... " Wina menundukkan kepalanya, terlihat jelas bulir-bulir bening itu mulai berjatuhan.

"Berceritalah pada bibi, kenapa bisa gadis semuda dirimu menikah di umur yang masih sangat muda? "

Nyonya Sarah menggenggam tangan putih mulus itu. Tubuh keponakan nya itu yang sangat terawat atau mungkin karena darah Atmajaya yang membuat nya seperti gadis kelas atas. Atau mungkin juga kehidupannya sangat sejahtera selama hidup bersama mantan pembantu kakaknya itu.

Wina menangis tersedu -sedu, ia tidak bisa menahan tangisnya. Nyonya Sarah menanyakan hal buruk yang membuatnya mengingat Rey lagi. Ia sangat sakit, bagaimana Rey begitu membencinya hingga menodainya di umur yang masih sangat muda. Dan yang lebih sakitnya lagi Rey juga menghamili kekasihnya yang jauh lebih cantik darinya. Mereka berpelukan di depan matanya, ini sangat menyakitkan hatinya. Terlihat jelas bagaimana perempuan itu mencium Rey dengan penuh kerinduan. Perempuan itu sangat mencintai suaminya Rey.

"Wina... Kenapa kamu menangis? "

Nyonya Sarah sangat heran melihat kesedihan Wina. Begitu menyakitkan kah kehidupan keponakannya itu?

"Bibi... Aku akan pergi mencari ibu ku, aku ingin bertemu dengan nya. Aku harus pergi dari rumah ini, aku akan meninggalkan kota Jakarta ini dan aku tidak akan kembali ke kota ini lagi. Terimakasih untuk semuanya bi.. " Wina mulai berdiri dari tempat tidurnya. Ia terlihat panik, ia bergegas untuk berdiri dan bersiap-siap pergi.

"Tunggu Wina, duduk lah.. Bibi akan membantumu untuk mencari ibumu. Kamu tidak mungkin pergi dengan keadaan seperti ini Wina.. Ponsel mu tidak ada, dan maaf.. apa kamu juga mempunyai uang untuk pergi dari sini? "
Nyonya Sarah menahan tangan Wina untuk tidak pergi.

Wina terlihat bingung, ia menyeka air matanya yang membasahi pipinya. Ia melihat pada wanita yang berusia pertengahan empat puluhan itu yang terlihat masih cantik.

MAIDKU YANG CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang