13. rumah itu diri sendiri

54 50 1
                                    

" Bun kita pamit pulang dulu yah. " ucap Lily lalu menyalimi tangan bunda Rasti diikuti Laura yg ikut menyalimi

" Hati-hati di jalan yh sering-sering main kesini lagi. " pesan bunda Rista

" Siap bun kalo ada waktu senggang lagi kita pasti kesini lagi ko. " jawab Laura antusias

setelah berpamitan mereka langsung beranjak pergi dari kediaman rumah Felly menggunakan mobil Laura.

" Jam berapa? " Tanya Laura yg sedang mengemudi

" 3 sore. " jawab Lily melihat layar di handphone nya

" Ga kerasa udah 2 jam an kita main di rumah Felly , padahal gue ngerasa nya baru beberapa menit kita datang. "

" Bukan masalah tempat dimana kita datengin , tapi bersama siapa kita berada , kalo sama orang-orang yg ngebuat kita nyaman semuanya bakal kerasa singkat karena kita ga terlalu peduli dengan waktu. " tutur Lily menatap kearah Laura

Laura memalingkan wajahnya kearah depan setelah bersitatap dengan Lily beberapa detik

" lo bener. "

" rumah gue yg mungkin lebih luas dari felly pun ga bisa di sebut sebagai tempat ternyaman karena di dalamnya g ada kasih sayang , bahkan orang tua gue g bisa jadi sosok ternyaman dalam hidup gue sendiri. " telaah Laura yg menatap lurus kedepan

" Jangan lupa kalo kita udah bikin rumah nyaman sendiri untuk kita bertiga , kalo kita ga bisa dapetin hal itu maka kita bisa menciptakan. " ungkap Lily dengan wajah tenang menelisik ke arah jalan

Tiba-tiba saja Laura terkekeh geli mendengar penuturan Lily

" Lo penipu bahkan lo sendiri ga bisa  rasain apa itu yg namanya kasih sayang , gue bisa liat dari ekspresi palsu lo yg g bisa ngerasain hal semacam itu

lo cuman berlagak merasakan nya di depan orang-orang cuman buat sekedar menghargai mereka yg peduli sama lo!! termasuk gue sama Felly kan. "

celetuk Laura seolah menyadarkan gadis itu

ia yakin bahwa selama ini Lily tidak dapat merasakan kasih sayang yg di tunjukan mereka pada padanya Lantaran trauma yg sangat mendalam di hidupnya

Lily hanya berpura-pura merasakan senang , haru , bahagia , simpati , Laura dapat mengenali ekspresi wajah Lily yg terlihat tidak natural seperti manusia pada umumnya yg menunjukan berbagai ekspresi secara langsung

" Apa menurut lo gitu? " Tanya Lily

memejamkan kelopak matanya guna menghilangkan keterkejutan nya lantaran seperti menerima fakta yg selalu ia singkirkan

" Gue sadar akan hal itu jadi lo ga bisa bohonghin gue. "

" Jadi itu alasan lo selalu nyuruh gue periksa kesehatan ke dokter? " Kekeh Lily membuka kelopak matanya kembali

" Dan itu alasan lo selalu nolak setiap kali gue sama Felly ngajak lo periksa kesehatan ke dokter? " Celetuk Laura yg membuat Lily tertegun

" Karena lo takut akan fakta-fakta tentang lo terungkap , lo ga siap memikul hasil test itu? " Lanjut Laura terus merecoki Lily dengan pernyataan nya

" Ga menyangkal , karena yg lo ucapin ada benernya meski ga seratus persen. " jawab Lily membuat Laura memicingkan ekor matanya

" Gue ga takut dokter diagnosa apapun tentang gue ,,,, " jeda Lily menghembuskan napas pelan

" Meskipun gue sakit keras pun gue g akan meminta untuk sembuh , karena tujuan hidup gue pun mungkin sebagai ketidaksengajaan tuhan menciptakan gue. "

Tiba-tiba saja Laura memberhentikan mobilnya lantaran mendengar perkataan Lily yg mencelos hatinya

Pulang Dan HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang