8

65.1K 3.7K 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Nanti Ervan dibully," ucap Ervan.

Mereka menatap heran pada Ervan. Bully? Ervan pernah dibully? Axton juga heran. Bagaimana bisa ia tidak tau informasi tentang ini. Menyumpah serapahi asistennya yang tidak memberi informasi lengkap padanya.


Mendengar perkataan Ervan, Ian begitu murka. "Siapa yang membullymu?" tanya Ian yang kini diselimuti emosi.

Ervan menggelengkan kepalanya "Tidak ada, kata ibu, nanti Ervan dibully kalau Ervan sekolah," jelas Ervan dengan polosnya.

Gio mengadahkan kepalanya di sofa sambil menutup matanya. Ibu lagi ibu lagi. Ucap Gio dalam hati. Benar benar jengah mendengar sebutan ibu dari mulut Ervan. Ervan benar benar harus dijauhkan dari ibunya.

Freya menatap kasihan kepada Ervan. Sifat polos Ervan dimanfaatkan oleh ibunya. Dimana hati nuraninya?

"Alasan yang bodoh!" ujar Ansel. Mentang mentang Ervan anak yang polos bisa dibodohi kapan saja oleh ibunya.


Ian menggeram marah. Apalagi yang dikatakan ibu Ervan kepada Ervan. Tidak ada habis habisnya. "Tidak ada yang membullymu. Ibumu hanya berbicara omong kosong. Meskipun nanti ada yang membullymu, kak Ian akan menghajarnya."

Ervan menatap Ian dengan mata yang berbinar. Senang sekali ada yang membelanya. Kak Ian memang orang yang baik. Puji Ervan dalam hati.

"Orang bodoh mana yang berani membully bungsu Orlando," ucap Axton mengklaim Ervan menjadi bungsu Orlando. Dengan persetujuan atau tidak dari ibunya Ervan. Ia tidak peduli.


Merasa tidak paham dengan apa yang diucapkan daddynya Ian, Ervan memiringkan kepalanya. Daddynya Ian sedang membicarakan siapa? Pikir Ervan dalam hati.

Melihat ekspresi kebingungan yang tercetak diwajah Ervan. Ian segera melangkahkan kakinya, mendekat ke ranjang pasien Ervan. Mengelus surai milik Ervan sambil berkata.

"Tidak perlu dipikirkan, nanti kamu akan tau."


Ervan yang memang masih merasakan pusing di kepalanya. Segera mengiyakan perkataan Ian.






..........




Terik matahari sangat menyengat pada siang hari ini. Pada saat ini, para pelajar semestinya sedang berada di kelas masing masing untuk pembelajaran berlangsung. Begitu pula dengan Ian.

Saat ini Ian berada di kelas. Pembelajaran sedang berlangsung, sementara fokusnya tidak pada guru yang sedang mengajar. Melainkan menatap ke arah luar jendela dengan raut muka yang dingin dan terpancar sedikit emosi di kedua matanya. Alis yang menukik tajam. Bibir yang mengatup.

Teman-temannya melihat sikap Ian pun terheran-heran. Memang Ian selalu menampilkan muka yang datar tak berekspresi. Seakan akan di sekitarnya tidak ada yang istimewa. Tapi kali ini Ian menampilkan muka yang emosi?

Ervan [End🤎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang