[Brothership]
Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Ervan.
Seorang anak kecil laki laki yang polos dan penurut. Hidup penuh dengan penderitaan bahkan untuk merasaka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gaisss, kayaknya aku ga bakal up Ervan untuk kedepannya lagi. Penjelasan nanti akan ada di akhir part.
Beberapa jam sudah berlalu, selama itu mereka menemani Ervan untuk berkeliling ke pasar malam. Ya, saat ini mereka sedang berada di pasar malam atas permintaan bungsu kesayangan Orlando. Saat mereka menanyakan permintaan Ervan ingin ke mana, dengan penuh antusias Ervan menjawab jika ia ingin pergi ke pasar malam.
Dulu Ervan mana sempat untuk sekedar pergi ke pasar malam. Tidak ada waktu. Malam hari selalu ia gunakan untuk mengistirahatkan tubuhnya sebelum kembali bekerja keesokan harinya.
Tidak lupa beberapa bodyguard berjaga dari berbagai sisi. Dan kakak-kakak Ervan berjalan dengan Ervan yang berada di tengah-tengah mereka. Siap memanjakan Ervan kapanpun dimanapun.
Sebelum itu, mereka mengajukan persyaratan ke Ervan untuk tidak marah lagi pada mereka. Didiamkan oleh Ervan merupakan masalah besar bagi mereka. Bagai kesempatan dalam kesempitan, mereka menggunakan kesempatan ini agar Ervan memaafkan mereka.
Mereka jarang sekali meminta maaf, mereka lebih suka memaksa kehendak. Tapi kali ini, lawan mereka adalah Ervan, adik kesayangan mereka. Bukan orang lain yang pasti tidak akan mereka pedulikan.
Ervan tanpa berpikir lama langsung memaafkan mereka. Secepat itu Ervan memaafkan mereka, lalu siapa tadi pagi yang sangat menggebu-gebu untuk melakukan aksi marahnya? Di dalam pikiran Ervan yang penting bisa pergi ke pasar malam. Yeyyyyyyy.
Ervan sudah mencoba beberapa wahana di pasar malam ini dan membeli beberapa makanan. Meskipun sedikit ada perdebatan antara dirinya dengan kakak-kakaknya perihal membeli makanan yang ia inginkan, dengan alasan tidak sehat lah, tempatnya kotor lah, dan lain- lain.
Tapi akhirnya mereka mengabulkan keinginannya, meskipun ia harus merengek terus-terusan sampai membuat kakak-kakaknya kewalahan. Mereka menyetujuinya, dengan syarat membeli makanan itu untuk terakhir kalinya. Tandanya ia tidak boleh memakan makanan itu lagi. Ervan tidak peduli dengan persyaratan itu, yang penting bisa makan makanan yang ia inginkan.
Kakaknya benar benar telah memanjakannya. Dan Ervan senang akan hal itu.
"Kakak, anak ayamnya lucu. Beli yuk. " Pinta Ervan yang kini menatap ke arah ayam kecil milik pedagang. Tangannya digandeng oleh tangan kekar milik Ansel. Ervan menolehkan pandangannya ke arah pedagang ayam yang menarik perhatiannya.
"Tidak. "
Tolakan serentak keluar dari mulut kakak-kakak Ervan. Semuanya tidak setuju. Apalagi Ian. Ia berpikir jika Ervan mempunyai hewan peliharaan lagi, apa Ervan tidak semakin menghiraukannya seperti tempo dulu? Titik fokus Ervan akan sepenuhnya diberikan untuk hewan peliharaannya.