[Brothership]
Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Ervan.
Seorang anak kecil laki laki yang polos dan penurut. Hidup penuh dengan penderitaan bahkan untuk merasaka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kita kembali ke beberapa menit yang lalu. Bertemu lagi dengan Selia yang katanya sudah bebas dari ancaman bertemu dengan keluarga Orlando. Tapi nyatanya malah Selia semakin terjerumus ke dalam masalah ini.
Seperti apa yang Selia katakan, ia berjalan kaki kembali ke pinggir jalanan di mana sepedanya berada. Di sepanjang jalan Selia berdoa semoga sepeda ontelnya tidak hilang. Satu-satunya kendaraan yang sanggup ia punyai. Bisa galau dua empat per tujuh jika sepedanya hilang.
Semakin lama semakin dekat lah jaraknya dengan tempat tadi. Dari arah kejauhan, Selia dapat melihat sepedanya masih ia letakkan di pinggir jalan, ia senderkan ke tembok. Senyum cerah seketika Selia terbitkan. Akhirnya Selia tidak galau untuk kedepannya. Sepeda kesayangan, Selia datang.
Tiba-tiba di depannya ada tangan yang mencoba mencegahnya untuk tidak melanjutkan. Perawakannya seperti seorang bodyguard. Memakai jas hitam formal dengan kacamata hitamnya. Bodyguard lagi? Bukannya tadi sudah ya.
“Kenapa? Ada apa?” tanya Selia pada bodyguard ini.
“Apakah anda pernah melihat anak ini?” tanya bodyguard sembari memperlihatkan foto seorang anak.
Kening Selia mengkerut dalam. Loh, ini kan foto Ervan.
“Ini kan Ervan,” ucap Selia dengan suara terkesan terkejut. Matanya yang membulat menatap ke arah bodyguard yang kini semakin serius.
“Apakah anda mengenalnya? Atau pernah melihatnya di sekitaran sini?” tanya bodyguard itu lagi.
Tunggu. Pertanyaan bodyguard itu terdengar aneh di telinga Selia. Bukannya tadi ia sudah menyerahkan Ervan ke bodyguard keluarga Orlando bukan, kenapa masih di cari. Seharusnya bodyguard ini tau, apa yang satu ini tidak mengetahui kabar terbaru ya.
“Ya, Ervan menginap di rumahku,” jawab Selia.
Dapat dilihat jika bodyguard itu terkejut, tampak darii raut mukanya.
“Benarkah? Lalu dimana sekarang tuan muda,” desak bodyguard pada Selia. Nah ini yang membuat Selia bingung, orang Ervan sudah ia serahkan pada mereka kan.
“Dengar, mungkin anda tidak diberitahu oleh rekanmu. Tapi aku sudah menyerahkan Ervan kepada kalian. Kepada bodyguard siang tadi,” jelas Selia.
“Anda jangan bermain-main,” ucap bodyguard dengan nada dinginnya. Merasa dipermainkan oleh perempuan di depannya. Jika memang tuan mudanya sudah ketemu, mereka semua pasti akan tau hal ini.
“Tapi saya tidak berbohong,” sanggah Selia tidak terima bahwa ia dikatai berbohong. Secara tidak langsung bodyguard itu mengatainya berbohong kan.
Bodyguard itu tidak menjawab. Tiba-tiba ada pemberitahuan mendadak dari sana. Bodyguard itu menekan alat yang berada di telinganya. Dengan ekspresi serius, bodyguard itu menyimak.