75

17.2K 1.7K 381
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















Malam itu, Ervan berlari sekuat tenaga tanpa lelah sampai ia tidak akan tertangkap oleh bodyguard-bodyguard itu. Ervan anaknya lincah, tentu saja larinya gesit. Bodyguard yang memiliki tubuh besar nan kekar itu kewalahan. Kegesitan lari Ervan dan suka menghindar dari sorot cahaya membuat Bodyguard itu kewalahan.

Sesekali Ervan melihat ke belakang dimana jarak bodyguard itu dan juga Ervan cukup jauh. Senyum kecil terbit di bibir Ervan, tak sia-sia ia berlari dengan kencang. Jujur Ervan Lelah, tapi Ervan tidak ingin tertangkap. Ervan berlari terus tanpa henti.

Sampai dimana keberadaan bodyguard itu tak dilihat Ervan, baru Ervan berhenti. Membungkuk dengan kedua tangan yang bertumpu di kedua lututnya, mencoba mengatur napasnya. Tiba-tiba Ervan merasa mual karena berlari tanpa henti.

“Huek.” Nah kan, Ervan mengeluarkan isi perutnya. Matanya berkaca-kaca ketika ia mengeluarkan isi perutnya. Ervan berhenti di tempat yang cukup sepi, itu membuat Ervan takut. Sendirian, dalam keadaan mual, dan tempat yang sepi, Ervan pun tidak pernah membayangkan jika ia akan berada di posisi ini. Tapi ini sudah keputusan Ervan sendiri.

Mau menyesal pun bagaimana, malu nanti dengan jiwa tekadnya yang membara.

“Om-om botak menghilang,” ucap Ervan dengan dirinya sendiri. Ayolah Ervan, bukan bodyguard yang menghilang, tapi dirimu lah yang menghilang.

Sesekali Ervan menghembuskan napas lelahnya. Memilih untuk duduk di pinggiran jalan sembari berpikir langkah selanjutnya ia akan melakukan apa. Uang tidak ada, rumah tidak ada, makanan tidak ada, ikan-ikannya pun ia tinggal.

Kasihan mio, tio, pio. Harus kehilangan pemiliknya yang baik hati ini. Semoga ikannya tidak mati.

Setelah beristirahat sejenak, Ervan mulai kembali berjalan entah kemana. Tanpa tujuan dan rencana. Hebat, dulu Ervan anak miskin dan bekerja seharian untuk menghidupi kehidupannya dengan ibunya, lalu ia diangkat menjadi bungsu di keluarga Orlando dan merasakan menjadi anak orang kaya, sekarang Ervan menjadi bocah petualang.

Random sekali takdirnya. Entah setelah ini takdir apalagi yang akan Ervan dapatkan. Beruntung Ervan suka mencoba hal baru, jadi sekarang ia tidak terlalu sedih. Cukup dijalani saja dan berharap keajaiban akan datang.

Keluarganya pasti akan menemukannya kan nanti? Itu pasti. Ervan hanya ingin lari saja karena rasa ketakutannya. Mungkin menghilang beberapa hari dapat menenangkan rasa takutnya. Tapi, ia bimbang karena ucapan Alisya. Anggap saja ini bentuk kekecewaan ia pada keluarga itu.









…..





Dalam waktu yang sama tapi berbeda tempat.

Suasana di kawasan mansion Bratajaya begitu mencekam bercampur khawatir. Alisya sudah tidak berada di sini. Shanna yang sangat khawatir langsung membawa anak bungsunya masuk untuk segera mendapat perawatan. Detik itu juga Reynand segera menelpon dokter pribadi keluarga Bratajaya untuk segera menangani Alisya.

Ervan [End🤎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang