58

31.2K 1.8K 82
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Danita mendekat, ikut mengambil duduk di atas tempat tidur milik Ervan. Tangannya terulur mengelus surai lembut milik Ervan.

"Nenek kira Bella nanti bisa menjadi teman bermainmu," ucap Danita mulai melontarkan penjelasannya. "Ternyata anaknya seperti itu," ringis Danita merasa tak enak. Bodoh sekali dia.

Terlalu mengikuti alur kehidupan yang menyedihkan dari seorang anak bernama Bella sampai membuat ia bersimpati. Bahkan sampai membuat Ervan mendapat perilaku tak menyenangkan seperti tadi. Benar-benar anak kurang ajar si Bella itu.

"Nenek ngapain sih ngundang anak itu," kesal Kenzie. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba si tuyul itu datang ke mansion. Lebih terkejutnya lagi jika tuyul itu diundang langsung oleh nyonya besar Orlando.

"Ya, nenek terlalu hanyut dengan kisah sedihnya," Danita tak menyangkal perkataan yang cucunya lontarkan padanya.

"Lain kali jangan mengundang seseorang tanpa persetujuanku mom, ini mansionku," ucap Axton dengan nada datar. Bukan maksud tidak sopan pada mommynya. Axton harus tegas dalam hal ini. Apalagi kedatangan tamu itu sampai membuat salah satu keluarganya merasa terganggu dengan kehadirannya. Seperti yang Bella lakukan pada anak bungsunya. Itu benar-benar menguras emosinya.

Danita mengangguk paham. Tak merasa tersinggung atas apa yang Axton bicarakan padanya. Dari awal memang semua salahnya.

Suasana tegang itu retak karena suara khas anak kecil ikut menimpali perbincangan mereka.

"Nenek," celetuk Ervan di tengah-tengah suasana tegang. Tidak hanya Danita saja yang menoleh, semuanya menoleh. Menunggu apa yang akan Ervan katakan dengan mulut kecilnya yang gemar berceloteh. Ervan tak lagi berada di dekapan Freya. Ia duduk bersila dengan sorot mata polos menatap neneknya.

"Kalau mau ngundang anak dari panti," ucap Ervan sengaja ia potong. Sebelum melanjutkan ucapannya, Ervan terlebih dulu melihat satu persatu ekspresi semua keluarganya.

"Bawa kak Darrel saja hehe, oiya dan  yang lainnya juga," pekik Ervan dengan senang. Tak masalah jika keluarganya mengundang anak anak itu ke mansion ini. Asal itu temannya.

Banyak pasang mata yang menatap heran atas apa yang diucapkan oleh Ervan. Darrel? Siapa itu?

Kecuali Ian. Tatapannya seketika menajam mendengar perkataan adiknya.

"Siapa itu?" tanya Varrel. Merasa asing dengan nama itu. Siapa seseorang yang dikenal Ervan, tapi ia sendiri tak mengenalnya.

"Itu anak panti yang kemarin main sama Ervan. Baik, lebih tua dari Ervan dikit," balas Ervan dengan  akhir kata sedikit diperagakan dengan mendekatkan jari telunjuk dan jempolnya, lalu matanya menyipit sebelah. Memperagakan kata 'dikit'

Gio merotasikan matanya dengan malas. Topik yang sangat tidak menarik. Semua kakak Ervan hanya terdiam. Tak merespon sama sekali. Mereka seolah-olah tidak mempedulikan apa yang Ervan ceritakan tentang anak itu tadi. Gak penting juga.

Ervan [End🤎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang