Ervan sontak menggelengkan kepalanya dengan cepat karena pikirannya yang tak karuan. Dan tingkah Ervan itu mendapatkan perhatian penuh dari keluarganya. Freya bertanya dengan tatapan khawatir, "Kenapa sayang? Ada yang sakit?"
"Engga hehehe," ringis Ervan membalas pertanyaan Freya. Ervan mengulum bibirnya sebentar. Mendapat tatapan tajam yang semakin menekannya, mau tak mau Ervan harus segera menyelesaikan permasalahan ini. Lagi pula ia juga butuh penjelasan dari keluarganya tentang pembunuhan itu, apalagi penjelasan orang tuanya terkait ia dan panti asuhan. Melihat sang mommy yang sangat peduli sedari tadi, mampu membuat pikirannya bimbang.
"Ervan itu, saat itu mau nginap di rumah Niko," balas Ervan dengan ragu-ragu. Semuanya diam menunggu cerita Ervan sampai selesai. Meskipun Ervan baru saja menjelaskan dan itu saja sudah membuat emosi mereka kembali tersulut. Menginap? Tak ada sejarahnya keluarga Orlando menginap di rumah orang lain selain bagian keluarga sendiri.
"Menginap? Kenapa?" tanya Axton dengan tatapan serius. Semuanya memasang telinga baik-baik untuk mendapatkan informasi secara jelas dari Ervan. Penantian setelah menunggu tangisan Ervan mereda tak secepat itu. Mereka harus sabar menanti.
Oke, Ervan akan menceritakan semuanya. Alasan ketakutannya selama ini. Ervan tak sekuat itu memendamnya sendiri.
"Kemarin malam, Ervan pergi ke dapur karena haus. Terus Ervan gak sengaja denger obrolan maid. Mereka berdua bilang jika kalian telah membunuh ibuku, ibu kandungku. Ervan awalnya tak percaya," jelas Ervan dengan panjang lebar. Belum, belum selesai ia bercerita. Ia sengaja menghentikan sejenak penjelasannya untuk melihat reaksi keluarganya.
Tepat sasaran, seluruh keluarganya kini tampak emosi. Tangan yang terkepal erat, gigi yang bergemeletuk keras sampai Ervan dapat mendengarnya, suasana semakin dingin dan suram. Mommy nya tak melihat dirinya, tapi pandangan mommy nya mengarah ke bawah dengan kepalan tangannya berada di atas kasur, salah satu tangan Freya meremas selimut Ervan.
Ervan menelan ludahnya dengan susah payah, apakah ia harus melanjutkan penjelasannya? Atau berhenti saja?
"Lanjutkan." Axton memerintahkan Ervan untuk melanjutkan penjelasannya.
"Terus Ervan berniat ke kamar mommy daddy untuk menanyakan itu. Setelah itu, Ervan melihat pintu kamar mommy daddy terbuka sedikit. Ervan gak sengaja denger lagi, saat itu Ervan denger suara daddy. Bilang kalau mau bawa Ervan ke panti asuhan," jelas Ervan lagi. Kali ini mulutnya sedikit bergetar. Saat menceritakan ini, ada rasa sesak hinggap di dadanya. Rasa sedih itu hadir kembali ketika ia mengungkit kejadian ini.
Mata Ervan berkaca-kaca mengingat betapa menyedihkannya dirinya. "Ervan saat itu shock, tak tau ingin merespon bagaimana. Ervan langsung masuk ke kamar. Ervan takut, gak mau dibawa ke panti asuhan. Bayang-bayang aksi pembunuhan kalian pada ibu ku juga menghantui pikiranku, Ervan merasa terpuruk," sambung Ervan dengan matanya berkaca-kaca. Tangannya mengusap matanya dengan mulut mengeluarkan isakan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ervan [End🤎]
Dla nastolatków[Brothership] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Ervan. Seorang anak kecil laki laki yang polos dan penurut. Hidup penuh dengan penderitaan bahkan untuk merasaka...