Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Ervan.
Seorang anak kecil laki laki yang polos dan penurut. Hidup penuh dengan penderitaan bahkan untuk merasakan kebahagiaan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bukan siapa-siapa, ayo pulang." Tanpa menjawab pertanyaan dari Ervan, Axton langsung membawa Ervan ke dalam mobil. Mendudukkannya di kursi belakang. Setelah meletakkan Ervan dan membuat dirinya nyaman, pintu mobil ditutup oleh Axton.
Tatapan Axton mengarah tepat ke netra sang istri, mengisyaratkan lewat tatapan. Freya yang paham langsung menghampiri suaminya setelah berpamitan dengan singkat pada pemilik panti.
Setelah itu Freya memasuki mobil, disusul oleh Axton. Anggota keluarga lain mengikuti pergerakan dari Axton dan Freya. Sebagian sudah berada di dalam mobil, sebagian ada yang berada di luar. Mobil yang ditumpangi oleh Axton sudah melaju terlebih dulu. Mobil para kakaknya Ervan satu persatu menjauh dari kawasan panti asuhan.
Aric dan Megan baru saja masuk ke dalam mobil, Sedangkan Aaron tengah berjalan mendekat pada mobil. Tak melihat keberadaan istrinya, Aaron kembali mengalihkan pandangannya ke belakang. Di sana ada istrinya dan ibu panti. Entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti Aaron dengan setia menunggu urusan istrinya sampai selesai.
Di sisi Danita. Danita dan ibu panti tengah berbincang dengan suara lirih. Lebih tepatnya Danita yang mengajak ibu panti itu berbicara.
"Kapan-kapan main ke mansion. Bawa anak tadi, siapa tadi namanya?" tanya Danita pada ibu panti.
"Bella nyonya," jawab ibu panti dengan gugup. Kali ini ada apa lagi?
"Bawa Bella. Kasihan juga jika tidak dituruti kemauannya. Siapa tau dengan bermain di mansion Orlando, Bella tak sedih lagi." Danita berucap dengan senyum tipisnya. Sejujurnya Danita menginginkan cucu perempuan. Tapi hanya ada cucu laki-laki. Tak masalah, Ervan cukup menggemaskan juga. Lagi pula ia berniat mengundang ibu panti beserta Bella ke mansion tidak ada unsur apa-apa. Hanya ingin membahagiakan Bella. Mendengar penuturan dari anak itu, membuat Danita sedikit bersimpati, apalagi Bella tak memiliki sosok orang tua.
Danita menyerahkan kartu namanya. Sudah jelas jika orang lain tak bisa masuk ke mansion Orlando tanpa itu. Itu artinya anggota keluarga Orlando sendiri yang mengundangnya. Apalagi Danita, nyonya besar di keluarga Orlando.
"Ah terimakasih nyonya. Tapi, apakah ini tidak apa-apa?" tanya ibu panti dengan ragu. Melihat respon keluarga lain begitu menyeramkan, apakah ini rencana yang baik? Ingin menolak pun tak berani.
"Tidak apa-apa, lagi pula hanya berkunjung. Kami tak memiliki niatan untuk mengadopsi anak lagi, karena Ervan saja sudah cukup." Danita memaparkan niatnya pada ibu panti agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"Saya mengerti nyonya," balas ibu panti dengan menganggukkan kepala. Danita menyunggingkan senyum tipis kemudian beranjak dari tempatnya. Mulai berjalan mendekat pada sang suami yang setia menunggu dirinya. Dan semua keluarga Orlando sudah pergi dari panti asuhan.
Menyisakan ibu panti yang berdiri dengan menatap kartu nama milik Danita.