43

28.2K 1.8K 38
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Sampai bel pulang berbunyi, Ervan tidak menyerah untuk meneror Niko dengan permintaannya. Dan Niko tetap pada pendiriannya untuk menolak permintaan Ervan. Ia masih waras untuk tidak mencari masalah dengan keluarga Orlando. Bisa panjang urusannya nanti.

Guru yang mengajar telah meninggalkan kelas. Menyisakan murid-murid yang sedang mengemasi perlengkapan mereka, bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Ervan buru-buru merangkul tas beratnya di punggung, bersusah payah untuk membawanya keluar kelas. Ervan terburu-buru bukan tanpa sebab. Niko telah mendahuluinya yang akan keluar kelas. Ervan dengan cepat menyusul Niko dengan beban  berat di punggungnya.

"Niko, tunggu Ervan," ucap Ervan seraya menyeimbangkan tubuhnya dengan tasnya agar keduanya tidak jatuh bersama. Tubuh Ervan yang kecil harus memikul tas yang besar nan berat.

Niko tak menggubris, ia tetap berjalan keluar dengan tatapan datarnya. Ervan meletakkan tasnya di atas lantai. Merasa tidak kuat dengan beban yang ia bawa. Dengan bermodal akal-akalannya yang tipis, Ervan menyeret tasnya selayaknya orang menyeret koper mereka. Ervan menyunggingkan senyum manisnya ketika jaraknya dengan Niko sudah mulai dekat.

Niko yang hampir keluar dari kelas harus menghentikan langkah kakinya karena tarikan kuat pada seragamnya dari belakang.

Niko sontak berbalik. Terpampang Ervan yang kini menyengir  lebar dengan satu tangannya menarik-narik seragamnya. Mencoba mencari perhatiannya.

"Apa lagi?" tanya Niko dengan datar. Bukan maksud ia jahat karena menolak memberi bantuan pada Ervan. Demi perdamaian antar keluarganya dengan keluarga Orlando, ia harus menolak permintaan Ervan. Terlepas Ervan adalah teman sebangkunya, keluarganya lebih penting. Lagi pula harusnya Ervan senang jika tinggal bersama keluarga Orlando. Dimanja setiap saat, diberi kasih sayang tanpa henti, minusnya sifat posesif mereka. Dibalik kasih sayang yang mereka berikan pada Ervan, pasti akan ada kekangan-kekangan yang membatasi pergerakan Ervan.

Memang seharusnya seperti itu. Ervan anak yang polos dan baik hati, pasti keluarganya ingin yang terbaik untuk Ervan. Menjaga Ervan dari dunia luar yang menyeramkan.

"Bawa Ervan yaaaaa:)" pinta Ervan dengan sorot mata memancarkan harapan yang besar. Tangannya  menarik seragam Niko dan digerakkan ke kanan ke kiri. Ervan sedang mengeluarkan jurus ampuhnya untuk membujuk Niko.

"Gak," jawaban Niko tidak pernah berubah. Sudah ia bulatkan keputusannya. Ia tidak akan menerima permintaan Ervan meskipun Ervan membujuknya dengan cara apapun.

"Tuan muda, mari pulang. Tuan muda Ian sudah berada di parkiran." Suara bodyguard menengahi perdebatan diantara Niko dan Ervan.

Niko menghembuskan napas leganya. Akhirnya, ia tidak perlu lagi mengeluarkan penolakan. Padahal Niko sedari tadi berusaha untuk tidak terlena dengan ekspresi menggemaskan yang ditampilkan oleh Ervan.

Ervan [End🤎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang