Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Ervan.
Seorang anak kecil laki laki yang polos dan penurut. Hidup penuh dengan penderitaan bahkan untuk merasakan kebahagiaan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seketika suasana menjadi mencekam karena aura keluarga Orlando mendominasi situasi saat ini. Terutama kakak-kakaknya Ervan, aura mereka lebih lebih mendominasi dibanding para orang tua.
Raut wajah ibu panti begitu panik. Merasakan aura saat ini itu sudah kentara sekali jika tamu istimewa mereka merasa tak nyaman. Berulang kali mereka ke sini, baru kali ini ada masalah seperti ini. Sungguh di luar ekspetasi semua orang.
Dengan tangan gemetar dan wajah yang panik, ibu panti menoleh pada rekannya sambil berucap lirih, "Bawa anak ini pergi, cepat!" perintah ibu panti dengan tegas diselingi panik. Sebelum suasana menjadi lebih mencekam, lebih baik mengusir biang onarnya.
Rekan ibu panti itu segera membawa Bella dengan paksaan. Dengan raut tak enak, tangan rekan ibu panti tersebut menyeret paksa Bella untuk keluar dari ruangan ini.
Bella mendapati dirinya dipaksa seperti ini, memberontak lah dirinya. Badannya bergerak secara brutal menolak paksa dari rekan ibu panti itu. "Gak mau, lepasin Bella," berontak Bella dengan suara lantangnya.
"Tolong Bella, mereka jahat sama Bella." Bella meminta tolong seiring menjauhnya dirinya. Tentu permintaan tolong itu dilontarkan pada keluarga Orlando untuk menarik simpati mereka.
Setelah si biang onar menjauh, dengan paksaan. Suasana menjadi canggung. Tak ada yang berani mengeluarkan sepatah dua patah. Apalagi diamnya keluarga tersebut benar-benar menyeramkan. Takutnya ada rencana yang menyeramkan dibalik keterdiaman mereka. Ingat! Mereka adalah keluarga Orlando. Tinggal berucap saja sudah pasti akan terjadi. Kekuasaan mereka tak perlu diragukan lagi. Lebih baik jangan sampai mencari masalah dengan keluarga itu.
"Tolong maafkan kami, Bella hanya berucap saja." Tak kuat dengan suasana canggung saat ini, ibu panti segera meminta maaf sedalam-dalamnya. Suaranya bergetar pertanda betapa gugupnya ia. Apalagi keluarga Orlando ini adalah keluarga yang selalu berdonasi di panti ini, mendapati masalah seperti ini akan terjadi, betapa tidak mengenakkannya ia sebagai pemilik panti pada mereka seorang donatur.
"Sebenarnya tidak apa-apa, tapi," balas Freya dengan menggantungkan ucapannya.
"Jika sampai anak bungsuku mendengar ini, ia akan sedih." Kali ini bukan Freya yang berucap. Melainkan Axton. Tangannya terkepal erat mendengar penuturan Bella tadi. Anak siapa itu, berani sekali meminta pada keluarganya. Keluarganya itu tak sudi menuruti permintaan orang lain, mereka lebih menyukai bertindak semau mereka.
"Dan jika adikku menjauhi kami lagi," ucap Ansel ikut menimpali percakapan para orang tua. "Anak itu akan kami cari," sambung Ansel tak kalah dingin. Matanya menatap tajam arah perginya Bella. Untung saja Ervan tak ada di sini, bisa-bisa adiknya itu akan berubah menjadi anak pendiam. Sungguh, Ervan versi kalem seperti itu adalah bencana bagi mereka. Seperti bukan Ervan yang biasanya.
"Untung saja adikku tidak berada di sini," timpal Gio dengan nada tak menyenangkan.
"Anak itu tidak tau diri," remeh Varrel dengan seringai tipisnya. Adopsi? Anak seperti itu? Yang benar aja, rugi dong.