Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Ervan.
Seorang anak kecil laki laki yang polos dan penurut. Hidup penuh dengan penderitaan bahkan untuk merasakan kebahagiaan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Varrel menyenderkan badannya ke tembok. Menatap jam tangannya, dalam hati ia menghitung setiap menit yang berlalu. Memperkirakan bel pulang berbunyi.
Bodyguard berdiri sedikit agak jauh dari Varrel.
Kringgggggg....
Bel pulang berbunyi. Murid kelas 7 B sudah mulai keluar dari kelas. Tak sedikit yang menatap Varrel dengan pancaran mata yang berbinar. Pemandangan yang terlalu indah untuk dilewatkan bagi mereka.
Dibalik kacamata hitamnya, Varrel menatap tajam setiap murid yang melihatnya dengan intens. Untung ia memakai kacamatanya, kalau tidak, murid itu pasti akan takut dan tidak berani menatapnya lagi.
Tapi ia disini tidak ingin membuat keributan. Niatnya ingin bertemu dengan adik barunya.
Tiba-tiba ada siswa yang melintas di depannya. Tubuh siswa itu hanya sebatas dadanya. Rambutnya yang bergerak naik turun mengikuti gerakan jalannya yang sedikit ada lompatan kecil. Tas yang sedikit agak besar darinya bergerak ke kanan ke kiri mengikuti setiap gerakan tubuhnya. Benar-benar lucu.
Varrel melihat anak itu berjalan mengarah ke bodyguard. Anak tersebut meraih jari bodyguard itu. Varrel mendekati mereka.
"Ayo om, kita nunggu kak Ian dan kak Gio. " Ajak Ervan dengan mendongakkan kepalanya menatap bodyguard yang jauh lebih tinggi dari Ervan.
"Tuan muda, ada tuan Varrel. " Beritau bodyguard itu.
Ervan lantas menoleh, mengikuti arahan bodyguard tersebut. Seketika mulut Ervan berbentuk seperti huruf o, menatap Varrel dari atas sampai bawah.
Keren. Ucap Ervan dalam hati mengagumi penampilan orang yang berada di depannya. Ervan juga ingin berpenampilan seperti itu. Biar keren.
"Siapa itu om? " Tanya Ervan dengan polos, menatap bodyguard dengan mata bulatnya.
"Orang yang berada dihadapan anda adalah tuan Varrel, putra sulung dari tuan Aric dan nyonya Megan. " Jawab bodyguard.
Varrel baru pertama kali melihat Ervan secara langsung. Imut, lucu, menggemaskan. Itulah kesan pertamanya ketika melihat Ervan. Tak heran jika Ansel marah ketika ia menyinggung Ervan saat mereka saling bertukar pesan.
Padahal niatnya dulu hanya bercanda, setelah ia melihat Ervan secara langsung, ia tarik niatnya dulu. Ia akan benar-benar membuat Ervan bergantung padanya. Hanya padanya.
Melihat tangan Ervan yang masih berada di dalam genggaman bodyguard itu membuat ia cemburu. Baru juga ketemu, Varrel sudah menunjukkan sikap possesivenya. Bodyguard itu tidak boleh menyentuh apa yang sudah menjadi milik Orlando. Mereka hanya bertugas menjaga saja, tidak lebih.
"Ekhem. " Deheman Varrel dengan sedikit penekanan. Melepas kacamatanya, memperlihatkan tatapan tidak sukanya.
Bodyguard itu peka. Dengan segera melepas genggaman Ervan padanya.