[Brothership]
Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Ervan.
Seorang anak kecil laki laki yang polos dan penurut. Hidup penuh dengan penderitaan bahkan untuk merasaka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langkah kaki terdengar memasuki mansion. Melangkah dengan tegas, menatap sekeliling dengan tatapan datar.
Melihat ruang tamu. Terdapat daddy dan kakak-kakaknya sedang duduk di sofa dengan kegiatan masing-masing. Daddynya dengan serius menatap laptopnya, kak Ansel dan kak Gio memainkan handphone. Sepertinya daddy dan Kak Ansel baru pulang. Memang sekarang sudah malam.
Karena Ervan terlalu asik bermain di mansion Ian dan mendapat perhatian dari mommynya Ian membuat dirinya nyaman sehingga tak terasa jika siang sudah berganti menjadi malam hari.
Ian pun ikut mendudukkan dirinya ke sofa. Menyenderkan tubuhnya dan menutup mata. "Kamu sudah mengantarkan Ervan sampai rumah Ian?" tanya Freya -mommy- yang baru saja datang membawa minuman, memberikan kopi pada suaminya.
"Ya," jawab Ian yang masih menutup matanya. Ia baru saja mengantarkan adiknya pulang dengan menaiki sepeda motor sport nya. Ervan yang meminta menaiki itu. Alasannya karena ingin saja menaiki sepeda motor yang menurut Ervan keren itu.
"Ervan?" tanya Gio memandang Ian dan mommynya, menuntut penjelasan dari mereka.
Pertanyaan Gio dijawab langsung oleh mommynya dengan antusias. "Iya, Ervan. Anak yang diceritakan oleh Ian. Tadi dia ke mansion, diajak oleh Ian. Main sama mommy. Ervan anak yang baik, polos dan menggemaskan, mommy suka. "
"Kamu suka sayang?" tanya Axton -daddy-. Jika istrinya menyukai anak itu. Bearti memang Ervan anak baik baik.
"Iya!sayang.... Ayo kita adopsi dia, pasti mansion ini bakal ramai. Mommy jadi tidak kesepian dan hitung-hitung mengabulkan keinginan anak bungsu kita," rayu mommy pada daddy, Menggelayutkan lengannya ke lengan suaminya dengan manja.
Axton -daddy- yang digelayuti seperti itu menghela napas pasrah. "Sabar sayang. Tunggu informasi tentang anak itu dari asistenku terlebih dulu. Kita harus benar benar tau latar belakangnya."
"Jangan lama-lama, suruh percepat," perintah mommy. Daddy menganggukkan kepala dengan pasrah. Tidak berani menentang perintah dari istri tersayangnya.
Ian yang mendengar perkataan mommy merasa senang. Mengukir senyum tipis. Mommynya berada dipihaknya. Jika mommy berpihak padanya, segala urusan pasti akan mudah. Siapa yang berani menentang keputusan Nyonya Orlando.
"Tapi mom, kenapa Gio tidak tau kalau Ervan tadi ke mansion? Gio juga ingin tau anaknya!" protes Gio. Memang Gio pulang ke mansion bertepatan dengan Ian yang mengantar Ervan pulang.
Mommy mengambil handphonenya. Menyalakan handphone tersebut lalu mengarahkan handphone kepada suami dan anak-anaknya. "Lihat ini, menggemaskan bukan. Mommy mengambil fotonya saat Ervan bermain bersama Ian."
Daddy, Ansel, Gio dan Ian melihat foto tersebut.
Adikku memang menggemaskan. Ucap Ian dalam hati. Ikut tersenyum melihat senyuman Ervan di foto itu.