Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Ervan.
Seorang anak kecil laki laki yang polos dan penurut. Hidup penuh dengan penderitaan bahkan untuk merasakan kebahagiaan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mendapati penawaran itu, Ervan langsung menjawabnya dengan yakin.
"Engga deh," tolak Ervan dengan tersenyum lugu. Hei, ia masih waras. Keluarganya mengetahui aksi kaburnya saja sudah sangat marah, apalagi nanti ia ketauan membolos. Bisa bisa ia dikurung lagi di mansion. Ayolah, ia baru saja masuk ke sekolah. Masa iya gak dibolehin lagi.
Ervan tak ingin berbuat macam-macam lagi. Ia ingin tobat. Tak menjadi anak pembangkang. Tak melakukan hal yang dapat membuat keluarganya marah.
"Elah, cupu lo," ejek siswa tersebut dengan raut muka sinis. Mengejek jiwa penakut milik Ervan.
Teman satunya segera menyikut lengan siswa tadi dengan tatapan melotot. "Jangan macem-macem, inget keluarganya, mau mati lo!" peringatnya pada temannya yang secara terus terang mengejek Ervan. Bisa berabe nanti.
Siswa tadi yang mengejek Ervan langsung terbungkam. Benar juga, bodoh sekali dia. Kenapa bisa ia keceplosan.
Siswa satunya segera meluruskan masalah ini. "Jangan dimasukin hati ya Ervan, kalau begitu kita pergi dulu," pamit siswa tersebut dengan mendorong dua temannya untuk segera keluar dari kelas. Tak ingin memperpanjang masalah dengan keturunan Orlando.
Sedangkan Ervan menganggukkan kepalanya dengan bibir melengkung ke bawah. Kepalanya menunduk meratapi nasib. Cupu? Apakah Ervan terlihat cupu? Kenapa temannya itu seperti menghinanya dari nada bicaranya. Nanti Ervan tanya ke keluarganya deh.
Waktu berjalan semestinya. Sampai di mana mata pelajaran kedua di mulai. Sang guru memasuki kelas yang siswanya tinggal separuh. Masih teringat jelas guru tersebut marah dan akan memanggil anak-anak yang membolos itu ke ruang bk.
Dalam hati Ervan bernapas lega. Untung saja ia tak ikut jalan sesat teman-temannya tadi. Jika sampai ia masuk bk, dan keluarganya tau. Ervan sampai tak ingin memikirkan akan apa yang terjadi.
Terlalu seram jika dipikirkan.
Dalam kelas ini yang muridnya tinggal separuh, yang berada di kelas paling banyak adalah perempuan daripada laki-laki. Yang laki-laki bisa terhitung dengan jari. Hanya ada 5 laki-laki termasuk Ervan yang masih bertahan di kelas. Tak membolos seperti yang lain.
Ervan bernapas lega. Setidaknya yang laki-laki tidak hanya dirinya saja. Ia takkan malu.
Kringggggg
Bel istirahat berbunyi. Para murid berhamburan keluar untuk pergi ke kantin. Kecuali Ervan, ia membawa bekal sendiri. Bukan karena keluarganya tak mampu memberi uang saku pada Ervan. Tapi atas perintah dari nyonya Orlando yang begitu sayang dengan anak bungsunya, jadi Ervan dibawakan makanan dari mansion yang terjamin kesehatannya.
Ervan tak menolak. Ia suka suka saja dibawakan bekal. Ini adalah bentuk kasih sayang mommynya terhadapnya.
Tapi di dalam kelas sendiri? Ervan tak suka dengan suasana yang sepi. Semua temannya menghilang. Bahkan yang tadi membolos pun belum menampakan batang hidungnya. Mungkin mereka langsung pergi ke kantin ya.