61

32K 2K 245
                                        

Haloo. Triple up nih. Spesial 1 M readers 💗
Terimakasih semuanya. Ga nyangka bakal banyak yang suka sama Ervan.

Dan ga itu saja.  Part ini ku dedikasikan untuk metropgi yang lagi ulang tahun. Happy birthday Nisa💗💗💗

Bertepatan dengan ultahnya Nisa. Semoga Nisa menjadi pribadi yang lebih baik untuk kedepannya. Terimakasih Nisa selalu merayakan hari hari ku, mengapresiasi diri ini dengan dikirimi editan editan yang lucu dan gemoy. Sederhana tapi sangat berkesan. Dan itu selalu membuat mood ku naik💗💗💗 ayo ucapin ultah ke Nisa hehe💗💗

Luvv Nisa.
Luv temen-temenku di sini juga yang selalu mendukung aku💗
Sayang kalian.

Terimakasih yang selalu nyemangatin di komenan tiktok maupun di wattpad. Itu sangat berkesan sekali. 💗💗








 💗💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Tangan Gio menahan tangan Ervan. Menjauhkan tangan Ervan dari bekalnya. Tangannya kembali membuka bekal tersebut yang masih tersisa banyak.

"Makan lagi," ucap Gio mengambil tempat duduk di samping Ervan. Mengarahkan sendok di depan mulut mungil Ervan. Ervan melahapnya, karena ia masih lapar. Setelah makanan yang berada di mulutnya sudah ia telan, ia langsung melayangkan protes ke kakak-kakaknya.

"Ervan mau masuk, nanti kalau Ervan dianggep bolos gimana? Kalau Ervan dipanggil ke bk gimana? Kalau mommy sama daddy marah sama Ervan gimana? Nanti mama sama papa juga. Nenek kakek juga" protes Ervan dengan celoteh panjang lebar. Mulutnya berceloteh tanpa henti. Sebelum Ervan mengeluarkan suaranya lagi, Gio langsung menyumpalnya dengan suapan makanan.

Ervan menikmati suapan itu, "Hmm enak," puji Ervan pada makanan yang sedang ia lahap.

"Haikal," panggil Ian pada temannya.

Haikal menaikkan alisnya ke atas, merespon panggilan dari Ian padanya tanpa perlu repot-repot mengeluarkan suaranya.

"Izinin gue, sama kakak-kakak gue," perintah Ian dengan tatapan datar menatap tiga temannya.

Haikal menganggukkan kepalanya. Mengode Rama dan Farel untuk mengikuti dirinya. Mengizinkan Ian bukan masalah besar. Guru yang mendapati izin ini pasti tak akan berkomentar banyak karena rasa segan pada  keluarga  Ian.

Setelah tiga temannya pergi. Baru Ian mengetik pesan pada seseorang di seberang sana. Mengetik pesan pada bodyguard tadi untuk mengizinkan adiknya juga.

"Sudah kakak izinkan, jangan panik," ucap Ian pada adiknya.

Ervan membulatkan matanya. Memang boleh seperti itu? Kenapa terkesan gampang sekali.

"Jadi, kenapa ke sini?" tanya Kenzie pada Ervan.

"Niko gak masuk," jawab Ervan singkat.

"Terus? Kenapa jika temanmu itu tidak masuk?" tanya Ian meminta penjelasan lebih.

Ervan [End🤎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang