Pertanyaan yang dilontarkan Ansel mampu menarik perhatian semua keluarganya. Atensi mereka yang awalnya tertuju pada Ervan, kini beralih menatap barang-barang Ervan yang berserakan. Freya dan Axton yang sedari tadi membuat tidur Ervan agar semakin nyenyak pun turut mengalihkan atensi mereka. Semuanya mengerutkan keningnya, kecuali Freya. Tentu saja karena Freya yang telah mengeluarkan semua barang itu.
Para keluarga yang lain menggelengkan kepala merespon pertanyaan Ansel. Mereka pun sama-sama tidak tau. Fokus mereka tadinya hanya tertuju pada Ervan karena bungsu mereka sedang sakit.
"Itu semua barang-barang yang dibawa Ervan dengan tas itu," jawab Freya yang mulai beranjak dari duduknya. Meninggalkan Ervan yang terlelap dan berjalan menuju anak sulungnya.
"Entah apa yang dipikirkan Ervan, tapi semua barang ini ia masukkan ke dalam tas itu saat sekolah tadi," sambung Freya menjelaskan semuanya.
"Untuk apa?" tanya Axton yang mulai mendekat pada istri dan anaknya.
"Tidak tau. Tunggu Ervan bangun. Biarkan ia tidur sampai nanti malam. Kita akan membangunkannya saat makan malam nanti," balas Freya. Axton mengangguk paham mendengar jawaban yang dilontarkan oleh istrinya. Jadi mereka semua sama-sama belum mengetahui tentang ini, dan kuncinya ada di Ervan. Pelaku utama kita.
"Ayo kita keluar, biarkan Ervan tidur. Lebih baik kita tidak mengganggunya," perintah Danita kepada semuanya untuk segera pergi dari kamar Ervan dan menyisakan Ervan yang tidur terlelap. Mengistirahatkan tubuhnya yang lemas dan demam.
Semuanya keluar satu persatu dari kamar Ervan. Hingga kini menyisakan Ervan yang tidur dengan damai tanpa mengetahui perseteruan yang terjadi saat ini.
………..
"Aaaaaa." Ervan membuka mulutnya selebar mungkin ketika suapan makanan tertuju padanya. Tertidur lumayan lama, membuat ia merasakan kelaparan. Ervan tidak bisa bergabung dengan yang lain di ruang makan saat makan malam karena tubuhnya masih lemas dan pusing masih menyerang kepala kecilnya. Hawa panas di tubuhnya pun belum mereda. Jadi ia makan malam di kamar ini dengan mommynya.
Ya, Freya saat ini menyuapi Ervan dengan telaten. Untung saja Ervan bukan tipe anak yang susah jika di suruh makan ketika sedang sakit. Sedikit mengurangi rasa khawatirnya.
Lihat saja. Saat ia tadi membangunkan Ervan untuk makan malam. Sapaan pertama kali diucapkan oleh Ervan yang baru saja bangun bukan tertuju padanya, tapi makanan yang dibawa maid di belakangnya. Saat sedang sakit pun Ervan tetap menggemaskan. Tapi Freya akan memastikan jika anaknya tidak akan sakit lagi. Meskipun mustahil, ia akan berusaha untuk membuat Ervan ceria seperti biasanya. Tidak sakit seperti ini.
"Pintar sekali anak mommy, makan yang banyak ya sayang," ucap Freya di sela-sela ia menyuapi Ervan.
"Enak, mommy aaaaa." Ervan membuka mulutnya lagi saat makanan yang berada di mulutnya sudah habis ditelan. Entah, Ervan merasa sangat lapar sekali. Dengan senang hati Freya kembali menyuapi Ervan yang sedang dilanda kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ervan [End🤎]
Teen Fiction[Brothership] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Ervan. Seorang anak kecil laki laki yang polos dan penurut. Hidup penuh dengan penderitaan bahkan untuk merasaka...