Chapter 32

7.4K 358 18
                                    

Luciano's Mansion - Italy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luciano's Mansion - Italy

Tiga hari berlalu dan tak ada tanda-tanda jika Luciano akan melepaskannya, dia hanya diizinkan menatap jendela tanpa membukanya. Bahkan untuk makan Luciano yang menyuapi, lelaki itu juga yang membantunya mandi dalam keadaan terantai.

Menghela nafas frustrasi, Aely menatap pantulan dirinya dicermin meski dia terlihat cantik dengan gaun berwarna hijau yang Luciano berikan, dia bagaikan boneka. Saat menatap dirinya yang terlihat menyedihkan di pantulan cermin itu mata Aely memanas.

"Aku... membunuh ayah," lirih Aely.

Air matanya mulai berjatuhan, dia tak sanggup menahan tangisannya. Selama tiga hari ini dia mencoba untuk bertanya pada Luciano apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Luciano sangat membenci ayahnya dan kenapa Luciano harus mengurung dirinya?

Rasa cinta dan suka yang sebelumnya dia rasakan terganti dengan amarah dan kecewa, Aely menatap tangannya yang masih terikat rantai besi itu. 

Dia menatap sendu saat mengingat kenangannya bersama sang ayah dan ibu, meskipun tak banyak yang bisa dia ingat sebagai memori baik.

Gadis yang sedang termenung itu tak sadar jika lelaki yang membuatnya frustrasi sedang menatapnya dari cela pintu, tatapan penuh obsesi. Dia membuka pintu, lalu berjalan pelan mendekat pada Aely yang duduk di atas tempat tidur.

Luciano mengelus pundak Aely lalu tersenyum manis, "How was your day, amore?" tanyanya.

"Bastard," umpat Aely pelan.

Umpatan itu tak membuat Luciano marah, dia justru terkekeh geli dan mengacak-acak rambut Aely. Ikut mendudukkan dirinya di samping Aely lalu meraih tangan yang terikat rantai, mengelusnya pelan sebelum mengambil salep dan mengobati memar akibat rantai yang dia pasang itu.

Setiap sentuhan yang dia berikan pada Aely benar-benar pelan, dia memperhatikan seksama ekspresi Aely. Namun senyum di bibirnya luntur saat melihat Aely menatap malas padanya, dia mencengkeram pergelangan tangan Aely lalu mendekatkan tubuhnya.

"Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu, Aely." desis Luciano marah.

Merasa tertantang, Aely tersenyum miring lalu menatap remeh pada Luciano. "Kenapa? Apa yang aku lakukan itu tidak ada hubungannya denganmu, tuan Luciano Salvatore." sarkas Aely.

"AELY!" teriak Luciano dengan keras. Luciano tak lagi bisa menahan emosinya, Aely semakin membangkang tidak seperti yang dia harapkan.

Tatapan penuh obsesi dan cinta padanya itu membuat Aely merinding, dia ingat dengan jelas saat pertama kali menatap netra abu-abu Luciano atau yang pada saat itu dia kenal sebagai Salvatore, sang penguntitnya.

Jika dia bisa memutar waktu, Aely memilih untuk bersikap seolah tak tahu dan tak peduli akan kehadiran Luciano dalam hidupnya. Dia sadar jika semua ini bukan sepenuhnya kesalahan Luciano, melainkan dirinya.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang