Chapter 35

4.7K 218 39
                                    

Luciano's Mansion - Italy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luciano's Mansion - Italy

Aely menatap iba pada Luciano, dia ingin merengkuh tubuh Luciano dan menyalurkan kekuatan untuk pria di sampingnya itu. Tapi saat teringat apa yang Luciano lakukan padanya, Aely mengurungkan niatnya, dia kembali menatap datar pada Luciano.

Mendapatkan tatapan datar dari Aely membuat Luciano terkekeh kecil, dia mengelus puncak kepala Aely pelan lalu mengecup bibir gadis itu pelan.

"Kamu tahu apa yang selanjutnya terjadi padaku dan ibuku?" tanya Luciano dengan lembut.

Saat mengingat kembali kenangan menyakitkan itu Luciano tetap berusaha tegar di depan Aely, dalam hatinya Luciano meronta untuk membunuh keturunan Abromo dengan kejam. Melenyapkan siapa pun yang menjadi penyebab kemalangan dalam hidupnya.

Menggeleng pelan, Aely mengendikan bahunya.

"Setelah aku tersadar aku melihat ibuku sedang diperkosa, entah sudah berapa lama ibuku menderita. Sampai saat ini aku masih menyesal karena meminum seteguk air. Amore, apa kamu tahu syarat agar aku bisa minum seteguk air?" Luciano menatap lekat pada Aely.

Tersenyum getir Luciano memejamkan matanya, "Ibuku mendapatkan seratus kali cambukkan setiap aku minum seteguk air,"

Luciano berhenti berbicara, dia melihat sekilas ekspresi Aely lalu kembali melanjutkan kalimatnya. "Saat itu aku tak tahu jika ibuku harus menderita hanya karena aku ingin minum, jika aku tahu mungkin aku lebih memilih untuk kehausan sepanjang hari."

"Setelah tiga hari ibuku diperkosa tanpa henti, dan dicambuk sebanyak enam ratus kali dia akhirnya meninggalkanku. Amore, ibuku meninggal di depan mataku sendiri." Luciano kembali membuka matanya lalu menatap Aely dengan lekat.

Tatapan itu seolah menyiratkan banyak luka di dalamnya, Aely tak tahu jika Luciano kehilangan ibunya dengan cara yang sangat kejam di depan matanya sendiri. Bahkan untuk membayangkan hal itu saja Aely tak sanggup.

Dengan tangan yang dirantai itu Aely mengelus pelan kepala Luciano, dia tak berkata sepatah kata pun namun Luciano tahu jika ingin Aely memberi kekuatan padanya.

Tanpa Aely ketahui Luciano bersorak penuh gembira dalam hatinya, dia berhasil menarik simpati gadisnya. Menggigit pipi bagian dalamnya kuat agar tak tersenyum, Luciano semakin mengeluarkan tatapan penuh luka.

Hatinya benar-benar senang, Aely sangat mudah untuk dia kelabui dan karena itu juga selama ini dia selalu mengikuti dan mengawasi Aely ke mana pun gadis itu pergi. Dia takut Aely memberi simpatinya pada orang lain.

Semua yang ada pada diri Aely hanya untuknya, entah itu air mata, cinta, kasih sayang dan simpati. Semua itu hanya untuknya.

"Tak hanya itu. Setelah memastikan ibuku sudah tak bernyawa, Abromo meninggalkan kami begitu saja. Aku harus bersama mayat ibuku hingga ayahku pulang," ucap Luciano.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang