Bukan hal yang mudah bagi Aely untuk menerima fakta jika dia mencintai pria yang menghancurkan hidupnya, namun semua itu kembali lagi pada keteguhan hatinya untuk memilih Luciano sebagai pasangan hidupnya.
Dan hari ini, dia akan mengubah namanya menjadi Aely Eleuthera Salvatore.
"Aely, apa yang kamu pikirkan."
Suara itu menyadarkan Aely dari lamunannya, perempuan muda yang tengah mengandung itu berbalik lalu menatap calon suaminya. Senyum di bibir yang poles dengan lipstik berwarna merah itu terlihat sangat berbeda dari biasanya.
Meskipun banyak orang yang mungkin akan mengatainya bodoh karena masih mau bersama dengan seseorang yang menghancurkan hidupnya, dia hanya akan memberikan senyum pada mereka. Dia yang mengalami semua ini dan dia yang paling tahu apa yang terbaik untuknya, juga janinnya.
"Jangan melamun, amore. Aku berada di depanmu namun kamu justru memikirkan hal lain, aku tidak suka itu." kata Luciano sembari mengelus sensual pundak Aely.
Gaun putih dengan hiasan permata merah di bagian dada itu terlihat sangat pas untuk Aely, gadisnya ini memang selalu cantik dalam keadaan apa pun. Luciano meraih tangan Aely lalu menuntun gadis itu untuk duduk di tepi tempat tidur, jemarinya meraih helaian surai Aely yang tak terikat.
Bibirnya tersenyum miring, "Aely Eleuthera Salvatore. Nama itu sangat cocok untukmu, bahkan aku merasa jika itu terlalu cocok." ucapnya.
"Thank you," balas Aely.
Luciano mengelus bibir Aely pelan, tak ingin merusak riasan di wajah ayu itu. Aely memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang Luciano berikan, bagaimana pun dia harus terbiasa dan Aely berpikir tak berguna jika dia menolak apa yang Luciano lakukan.
Keduanya tersenyum, namun berbeda dengan Aely yang tersenyum bahagia karena pada akhirnya dia bisa menemukan titik terang Luciano justru tersenyum miring penuh kemenangan.
Ah– andai saja Metvey dapat melihatnya memenangkan hati Aely, hidupnya akan lebih sempurna.
Netra abu-abu itu menatap lekat pada Aely, "Now you officially mine."
***
Luciano POV
Akhirnya, setelah penantianku selama belasan tahun aku bisa mengikatnya di depan Tuhan. Bibir itu yang terus tersenyum manis seakan mengundangku untuk memberikan kecupan, aku menyapukan netraku pada gedung yang akan menjadi tempat kami mengikat janji sehidup semati.
Tak banyak yang aku undang untuk datang ke pernikahanku, mereka tak pantas melihat kecantikan istriku dan tentu saja aku tak ingin Aely menarik perhatian dengan kecantikannya. Hal itu juga yang membuatku memilihkan gaun paling tertutup untuk gadisku.
Menatap pantulan cermin aku kembali tersenyum miring. Entahlah, sudah ke berapa kali aku tersenyum hari ini, jika ada yang bertanya apakah aku akan mempertaruhkan nyawaku demi Aely maka tentu saja jawabannya adalah, iya.
Aku akan melakukan apa pun demi Aely, apa pun.
"Semua persiapannya sudah selesai, tuan." Ah, kata –kata yang aku tunggu.
Berjalan mendekat pada pintu ruangan pribadiku, aku membuka pelan pintu itu dan melihat Austin dengan jas hitamnya. Ada yang berbeda dengan penampilan Austin, wajah tangan kananku itu dipenuhi lebam dan luka.
Jelas aku yang melakukannya. Bukan tanpa alasan, Austin mengawasi Aely tanpa perintahku dan aku tentu saja tak suka hal itu. Hanya aku yang bisa mengawasi dan menguntit gadis itu ke mana pun.
"Baiklah, perintahkan Jeffrey dan Gratha untuk membawa Aely ke altar pernikahan." ucapku yang kemudian di angguki oleh Austin.
Kembali menutup pintu ruanganku, aku bercermin sekali lagi untuk memastikan jika penampilanku sudah sempurna hari ini. Kemeja putih yang dibalut dengan jas hitam berkualitas tinggi juga celana yang senada dengan jas, tak lupa aku membawa pistol kesayanganku.

KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Romance(17+) (WARNING!!! CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, PEMBUNUHAN, AGE GAP, CHILD GROOMING, MANIPULASI, KATA-KATA KASAR DAN SEBAGAINYA. JIKA KALIAN MERASA CERITA SEMACAM INI TIDAK BERBOBOT, TIDAK USAH DIBACA) *** Dia pikir dia bisa lepas dariku? ...