Chapter 43

1.5K 57 0
                                    

-I never force you to love me, do i?- 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-I never force you to love me, do i?- 

"Aely?" 

Perempuan dengan netra hijau itu menatap pria yang memanggilnya, bibirnya tersenyum manis lalu melangkah mendekat pada pria itu. Memeluknya dan menenggelamkan kepalanya pada dada bidang pria yang dia cintai.

Mengelus lengan kekar itu, dia menatap mata Luciano, pria itu mengenakan kaos hijau tua, Aely bahkan bertanya-tanya kenapa Luciano sangat suka dengan warna hijau.

"Sir?"

"Aku bukan gurumu lagi, amore. Panggil aku Luciano, atau sayang." Luciano tersenyum jahil.

Pipi Aely bersemu merah, dia menepuk pelan lengan Luciano lalu berjalan menjauh dari pria itu. Saat ini dia sedang berada di taman bunga milik Luciano, pria itu mengatakan jika dia memiliki kejutan untuknya dan saat Aely melihat kejutan yang Luciano maksud dia tak tahan untuk tersenyum manis dan memeluknya erat.

Dunianya berputar seratus delapan puluh derajat, penguntit yang ternyata Luciano itu benar-benar memutar balikkan dunianya. 

"Aku sengaja membangun mansion ini untuk kita," Perkataan Luciano membuat Aely menghentikan langkahnya.

Dia menatap wajah tampan pria itu dengan lekat, gaun yang dia kenakan juga surai yang tak dia ikat terkena semilir angin membuatnya tampak sangat cantik.

 Bibirnya yang tampak penuh itu selalu berhasil mencuri fokus Luciano, "Untuk kita?" tanya Aely.

Langkah kaki Luciano mendekat padanya, tanpa Aely sadari jika Luciano memegang satu cincin yang sangat indah. Luciano gagal melamar Aely saat berada di rumah sakit dan kini dia berniat untuk melamar gadis pujaannya itu dengan benar.

"Ya, untuk kita dan keluarga kecil kita di masa depan nanti." Luciano berlutut di depan Aely, meskipun sedikit kaku karena dia tak pernah berlutut di depan siapa pun sebelumnya.

Debaran jantung Aely menggila, dia bisa melihat keseriusan di mata pria yang pernah menghancurkan hidupnya itu. "A-apa yang kamu lakukan?"

"Seperti yang kamu ketahui, aku adalah satu-satunya pria yang bisa mencintaimu dengan tulus. Hanya aku yang bisa memilikimu, amore. Dan aku berniat untuk membuat hidupmu jauh lebih indah, bersamaku." Bibir tebal Luciano terus mengutarakan perasannya.

Netra abu-abu itu berkilat penuh obsesi, tekad Luciano untuk mendapatkan hati Aely seakan terus membara. Tak peduli jika gadis itu akan tersiksa karenanya atau tidak, yang dia pedulikan hanyalah Aely yang bersamanya. Karena itu juga dia mengurung Aely di mansion mereka.

Malang, satu kata itu sangat cocok untuk Aely. Siapa pun bisa melihat jika Luciano sudah tenggelam dalam obsesinya. Obsesi untuk memiliki Aely, juga membuat Aely tak bisa hidup tanpanya. Segala cara sudah dia lakukan, menjebak Metvey hingga membunuh pria itu.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang