Chapter 33

4.4K 180 8
                                    

Luciano's Mansion - Italy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luciano's Mansion - Italy

Aely sudah tak tahan, dia muak terus dikendalikan oleh Luciano. Entah sudah berapa lama dia terkurung dalam mansion megah itu, netra hijaunya menyapu ruangan mencari apakah ada yang bisa dia gunakan untuk kabur.

Saat melihat sebuah palu dan kunci di atas meja rias yang seharusnya diisi dengan riasannya, Aely bergegas turun dari tempat tidur dan berjalan gontai menuju meja rias itu, menyeret rantai yang membelitnya, Aely terus berusaha meraih palu dan kunci.

"Aku harus mengambilnya," gumam Aely.

Sesekali dia melihat ke arah pintu memastikan jika Luciano tak akan datang tiba-tiba, sedikit lagi, sedikit lagi dia bisa mencapai ujung meja rias itu namun rantai yang terpasang di kakinya membuat pergerakan Aely terhenti. 

Dia menarik-narik kakinya, berharap jika rantai itu akan terlepas, suara rantai yang nyaring dalam ruangan itu membuat degup jantung Aely semakin kencang.

Dia takut jika Luciano mendengar suara keributan dari kamarnya dan datang, dia menatap was-was pada pintu lalu terduduk lemas. Menatap sendu ujung kunci yang dia yakini bisa membuka rantai dikaki dan tangannya.

"Sudah menyerah?" tanya seseorang dengan suara beratnya.

Netra Aely membulat, dia dengan cepat berbalik dan menatap pria yang berdiri menjulang di depannya itu. Bulu kuduknya meremang saat merasakan kemarahan dari pria di depannya, setelah mencoba untuk berdiri dengan susah payah, Aely kembali berjalan menuju tempat tidur.

Mengabaikan Luciano yang menatapnya dengan tatapan penuh obsesi dari tempat pria itu berdiri, Aely berusaha memejamkan matanya, tak ingin kejadian malam tadi terulang lagi. Saat akan tertidur, Aely merasakan usapan lembut di area perutnya, dia tahu siapa yang melakukan itu.

Memilih untuk tidak peduli Aely tertidur, gadis itu tertidur tanpa tahu jika pria yang kini sangat dia benci sedang menatap perutnya dengan penuh harap. Dia berharap ada kehidupan di perut Aely, tentu saja bukan karena dia ingin memiliki keturunan.

Dia hanya ingin mengikat Aely dengannya, sama seperti Max yang menggunakan cara itu untuk membuat Nara tak bisa berpaling. Mengelus pelan permukaan perut Aely yang masih rata Luciano menghela nafasnya.

"Aku benar-benar mencintaimu, Aely. Rasanya aku akan gila jika kamu menghilang dari pengawasanku, meski itu hanya satu detik." Luciano mendekatkan wajahnya pada ceruk leher Aely.

Menghirup dalam aroma gadis yang sangat dia cintai itu, Luciano tersenyum cerah. Ada satu hal yang membuat Luciano seperti saat ini, dia pernah dikirim ke rumah sakit jiwa oleh ayahnya sendiri saat usia tujuh tahun.

Dia sangat tahu apa alasan ayahnya mengirim dia ke rumah sakit jiwa yang sangat jauh dari tanah kelahirannya sendiri, Luciano terkekeh geli saat mengingat pertemuan pertamanya dengan Max di rumah sakit jiwa itu. 

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang