Chapter 41

262 24 0
                                    

-I can't help but love you -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-I can't help but love you -

"Ayahmu menjualmu padaku, amore." 

Melihat netra yang membulat terkejut itu membuatku ingin tersenyum geli. Tentu saja yang aku katakan merupakan karangan, hal yang sebenarnya terjadi hanya boleh diketahui olehku dan bajingan itu. Meraih tangan gadis yang menatapku tak percaya itu, aku tersenyum lembut padanya.

Melihat rasa kecewa di mata hijau itu membuatku ingin mencumbunya untuk menghilangkan perasaan tak berguna itu. Kembali memikirkan kata yang harus aku ucapkan, aku melihat gadisku ini menanti penjelasanku.

Jemariku mengelus pipinya lembut lalu mengecupnya singkat. "Saat itu dia sedang terjerat kasus korupsi, tentu saja karier ayahmu sedang dipertaruhkan, terlebih ibumu saat itu tidak bekerja karena sedang mengandung." Melihat ekspresi Aely yang seakan masih tak percaya membuatku semakin bersemangat.

"Reputasi ayahmu semakin buruk di kalangan para pengusaha, tak ada yang mau membantunya karena banyaknya bukti tentang kasus korupsi yang ayahmu lakukan." ucapku.

"Hanya aku yang mau membantunya saat itu, Aely. Seharusnya dia berterima kasih padaku karena sudah mau membantunya, tapi yang dia lakukan justru mengingkari janjinya dan mengatakan jika dia akan menjodohkanmu dengan pria yang lebih hebat dariku." tuturku dengan serius.

Meskipun yang aku katakan hanyalah bualan semata agar Aely tak membenciku, aku tetap berusaha agar terlihat seperti korban janji palsu Metvey.

"Kamu tidak berbohong padaku kan?" Ah– suara lembut yang selalu kupuja itu.

Menatap lekat padanya, aku mengelus pelan tangan kecil gadisku itu. "Untuk apa? Apa di matamu aku terlihat sedang berbohong?" tanyaku dengan lirih.

Berhasil. Gadis di sampingku kini terlihat panik lalu menggeleng kuat, aku tahu jika kelemahan Aely adalah rasa bersalah gadis itu pada orang lain. 

Seperti saat Athala kubuat celaka empat tahun yang lalu, berbicara tentang Athala, aku jadi teringat apa yang aku lakukan padanya setelah Aely meninggalkan Las Vegas.

Tentu saja bukan aku yang membunuhnya, aku tak memiliki waktu luang untuk membunuh bajingan itu karena aku harus mengurus Metvey yang sangat merepotkan. 

Austin menyiksanya dengan cara mencabut kuku bajingan itu satu persatu, kemudian mencabut giginya juga menusuk bola mata bajingan itu yang selalu menatap penuh puja pada gadisku.

Bukan salahku jika dia mati mengenaskan, jika saja Athala tak memiliki perasaan pada gadisku, mungkin aku akan membiarkannya hidup.

Termenung memikirkan bajingan yang sudah ku kirim ke neraka itu, sentuhan lembut dari Aely membuatku sadar. Bibirku tersenyum manis padanya, lalu aku mengelus pelan pundaknya. Netra hijau Aely seakan memberiku ketenangan. 

Setiap kali menatapnya jantungku berdetak dengan cepat, tak terkendali, bahkan aku merasa jika aku bisa saja mati karena pesonanya.

Tapi aku tak boleh mati sebelum mendapatkan hati gadisku.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang