Chapter 29

5.8K 332 125
                                    

Italy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Italy

Mendengar kabar kematian Metvey dari Austin membuat Luciano yang sedang duduk di kursi jet pribadinya itu tersenyum penuh kemenangan, persetan dengan Aely yang mungkin akan membencinya suatu hari nanti. 

Yang terpenting saat ini dia bisa memiliki Aely tanpa halangan dari siapa pun, termasuk kedua orang tua Aely.

Perihal beasiswa yang Aely dapatkan adalah kebohongan, karena dia salah satu pemilik yayasan Universitas itu. Selama ini dia membayar para dosen untuk menutup mulut dan memperlakukan Aely seperti mahasiswa biasa.

Dia membuat Aely seolah-olah benar-benar mendapatkan beasiswa, Mirta selalu memberitahu perkembangan Aely, wanita tua yang terjerat hutang itu rela melakukan apa pun agar hutangnya dapat terlunasi, meskipun dia harus memata-matai seorang remaja.

"Jeffrey, katakan pada Arden jika nyonya mereka akan datang. Siapkan satu kamar terbesar di mansionku, jangan lupa beri kunci yang sangat kuat." ucap Luciano.

Dia menatap Aely yang sedang berkutat di kamarnya, netra abu-abunya menatap objek dalam layar itu dengan serius hingga tak sadar Jeffrey mengatakan sesuatu padanya. Jeffrey menelan salivanya kasar, dia tak tahu harus menggunakan cara apa agar Luciano tersadar.

"Tuan?" panggil Jeffrey sambil menunduk.

Merasa seseorang memanggilnya Luciano mengalihkan perhatiannya dari Aely, menatap Jeffrey yang masih menunduk. "Kenapa?" tanyanya.

"Arden sudah menyiapkan semuanya, tepat di samping kamar Anda." ucap Jeffrey. Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "lalu tiga puluh menit lagi kita akan sampai." lanjut Jeffrey.

Mengangguk singkat Luciano mengibaskan tangannya menyuruh Jeffrey pergi, dia menatap langit dari jendela pesawat membayangkan jika Aely berada di sampingnya saat ini. 

Dia memejamkan mata lalu memegang dadanya, baru membayangkan Aely saja jantungnya sudah berdebar tak karuan. Bagaimana jika dia benar-benar melihat gadis itu?

Empat tahun merupakan waktu yang sangat lama baginya, jika saja Metvey tak menghalanginya untuk menyusul Aely maka dia tak akan menahan diri selama itu. 

Mungkin satu bulan sudah cukup untuk membuat Aely merasa bebas, dia duduk dengan tegap lalu mengambil foto Aely yang selalu dia bawa ke mana pun.

"See? You can't escape from me, my love, you're belong to me."

***

"Aely! Hurry up!" Teriakan dari Yvette membuat Aely terburu-buru mengenakan sepatu haknya.

Setelah selesai bersiap Aely langsung menghampiri Yvette yang sudah berdiri di depan tangga, mereka turun bersamaan dengan siswa lainnya. Hari ini hari kelulusan mereka, seharusnya Aely mengundang Metvey dan Geny untuk datang, tapi dia takut Metvey akan marah besar saat mengetahui selama ini dia berbohong.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang