Chapter 34

4K 170 17
                                    

Lucane's Mansion - Sisilia, Italy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucane's Mansion - Sisilia, Italy

"Jangan lakukan apa pun padaku. Bajingan, jika Lucane pulang aku yakin dia akan mencabik-cabik tubuhmu." ucap Faviola. 

Netranya menatap sendu pada Luciano yang masih tak sadarkan diri, mengalihkan tatapannya, Faviola melayangkan tatapan penuh permusuhan pada Abromo. Dia berusaha melepaskan ikatan di tangannya, Abromo yang melihat Faviola sedang berusaha melepaskan diri pun hanya diam.

Bosan dengan Faviola yang tak kunjung berhasil melepaskan ikatannya, Abromo memutuskan untuk duduk sambil menonton apa yang akan Faviola lakukan. Jemarinya mengetuk-ngetuk dagu memikirkan cara yang bagus untuk memberikan pelajaran pada Faviola.

Mungkin dulu dia akan bersikap sangat lembut pada Faviola sekali pun Faviola berbuat salah padanya, tentu dia tak ingin membuat luka di tubuh Faviola karena itu bisa mengurangi kecantikan Faviola, tapi itu dulu. 

Dia menjentikkan jarinya saat terpikirkan satu cara yang dia yakin bisa membuat Faviola terus mengingatnya selama sisa hidup wanita itu.

Abromo berjalan pelan menuju Faviola yang sedang menatap penuh waspada padanya. "Apa yang akan kau lakukan?" Faviola bertanya dengan suara bergetar ketakutan.

"Fuck you, i'm going to fuck you." jawab Abromo tanpa keraguan.

Dia ingin merasakan tubuh Faviola, meskipun bukan yang pertama bagi Faviola dia tak masalah. Selama dia bisa merasakan tubuh Faviola itu sudah cukup, entah dia akan bisa berhenti atau tidak.

"Mendekatlah, dan buka satu persatu bajumu." titah Abromo yang sudah terlebih dahulu berbaring di atas ranjang.

Mengabaikan perkataan Abromo, dia justru mendekat pada Luciano yang dibiarkan begitu saja oleh Carlos, tapi saat dia ingin lebih mendekat pada Luciano, tubuhnya ditarik dan diseret menuju ranjang. Kepalanya dibenturkan, Abromo juga menampar wajahnya sangat keras.

"Aku memerintahkanmu untuk naik ke atas ranjang, bukan mendekat pada bajingan kecil itu!" teriak Abromo marah.

Dengan pelipis yang mengeluarkan darah, Faviola mendongak dan menatap Abromo yang berdiri menjulang di depannya.

"Sialan, harusnya kau mati bersama Rosetta." kata Faviola.

"Jangan sebut nama wanita jalang itu. Faviola, kau tahu aku mencintaimu bukan?" tanya Abromo.

Dia berjongkok lalu mengusap darah di pelipis Faviola, "Malam ini akan menjadi malam yang panjang, kau harus tahu siapa yang sebenarnya mencintaimu di dunia ini." lanjutnya.

"Kau sudah gila, perasaanmu padaku bukan cinta tapi obsesi!" teriak Faviola di depan wajah Abromo.

Mendengar itu Abromo terkekeh geli, dia mengusap pipi Faviola yang sebelumnya dia tampar. "Itu benar, aku memang terobsesi padamu."

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang