Chapter 42

523 31 0
                                    

-No one can help you, except me- 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-No one can help you, except me- 

Setelah kejadian di mana Luciano menyayat pergelangan tangannya sendiri, Aely tak berani untuk mengungkit tentang penguntit atau apa pun itu di depan Luciano. Dia tak tahu jika Luciano akan segila ini, pikirnya Luciano hanya akan membujuknya dengan kata-kata.

Menghela nafas kasar, Aely menatap langit malam dari balkon kamar barunya itu, beberapa hari yang lalu Luciano sudah diperbolehkan untuk pulang, namun luka bakar di punggung dan tangan pria yang dia cintai juga benci itu akan membutuhkan waktu lama untuk pulih.

"Amore, apa yang sedang kamu lakukan?" suara berat itu membuat Aely membalikkan tubuhnya menatap Luciano yang hanya memakai celana.

Ya, Luciano memaksanya untuk tidur di kamar yang sama dengan alasan mereka akan menikah sebentar lagi. Itu memang benar, dia menerima lamaran Luciano tepat setelah Luciano sadar. Anaknya membutuhkan sosok ayah, dan Luciano-lah ayah dari anaknya.

Lagi pula dia tidak ingin terus memikirkan hal yang hanya akan membuatnya sedih dan bingung, hidup terus berjalan dan Aely juga merasa jika tak ada gunanya menolak Luciano karena pria itu akan menjeratnya dengan seribu cara.

Mengelus rahang Luciano pelan, Aely tersenyum simpul. "Aku hanya menatap langit malam, dokter Katherine bilang menatap langit malam bisa membuat perasaan tenang."

"Aku juga bisa membuat perasaanmu tenang." Satu alis Aely terangkat, dia menatap penuh tanda tanya pada Luciano. "saat kita bercinta bukankah kamu merasa tenang dan hanya memikirkanku?" tanyanya.

Mendengar itu Aely tersipu. Sial, apa yang Luciano katakan adalah sebuah kebenaran.

"Kam–"

Bibir Luciano bergerak, dia menarik pinggang ramping Aely. Menikmati setiap sentuhan yang Luciano berikan, mata Aely terpejam. Ciuman itu terasa berbeda dari biasanya, Luciano benar.

Pria itu bisa membuatnya merasa tenang dengan sentuhan yang dia berikan, Aely merasa jika virus mesum Luciano sudah menular padanya.

Tak ingin terlalu jauh Aely mendorong pelan dada Luciano, namun pria yang masih mencecap bibirnya itu terlihat enggan untuk menyudahi ciuman mereka. Aely merasa kewalahan dengan nafsu Luciano yang sangat menggebu-gebu dan tak ada habisnya.

"S-stop,"

Mendengar itu membuat Luciano sadar, dia melepaskan tautan bibirnya lalu mencium kening Aely lama. 

"Ti amo,"

Aely hanya tersenyum, dia tak tahu apa yang harus dia katakan. Tentu saja dia mencintai Luciano, hanya saja dia masih kaku mengucapkan kata itu pada calon suaminya. Bukan berarti dia tak mencintai Luciano.

Sadar jika Aely masih memerlukan waktu untuk terbiasa dengan cintanya yang teramat besar, Luciano mendekap perempuan yang tengah hamil muda itu erat, membayangkan jika dia dan Aely hidup bersama hingga maut memisahkan.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang