Chapter 28

4.3K 266 4
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Riani masih tercenung menatap kepergian seseorang yang membeli bunga tulip tadi. Pikirannya kembali teringat ucapan orang tadi yang mengingatkannya kembali kepada mendiang anaknya

Althan tersenyum seraya mencium bunga tulip di genggamannya "aku gak tau kenapa suka sama bunga ini, bun"

Riani yang tengah memetik bunga menolehkan sekejap kepalanya menatap wajah anaknya "alasannya apa?"

"Gak tau, walaupun aku gak terlalu suka warna pink. Tapi kalo tulip pink ini ntah kenapa aku jadi suka. Mungkin menurut aku warnanya sangat cocok dengan bunganya" jelasnya

"Tapi kamu tau filosofi bunga itu?" tanya Riani

Althan menggelengkan kepalanya "aku gak tau"

Riani terkekeh "kamu ini, suka bunga itu tapi tidak tau filosofinya"

Althan menatap Riani penuh tanya "emang apa bun filosofi bunga ini?"

"Warna pink itu menggambarkan kelembutan dan penghargaan, sementara bunga tulip sebagai simbol keindahan dan harapan. Jadi, Bunga tulip pink melambangkan rasa penuh cinta dan kasih sayang serta kebahagiaan" jelas Riani

"Wah...ini bunga ini untuk bunda dari Al, sebagai rasa penuh cinta dan kasih sayang dari aku untuk bunda" ujar Althan tersenyum cerah seraya menyerahkan setangkai bunga tulip pink pada Riani

Riani ikut tersenyum, ia mengambil bunga tulip pink tersebut "terimakasih anak kesayangannya bunda" ia memajukan wajahnya untuk mencium kening anaknya

Riani mengusap setetes air matanya yang jatuh ke pipinya "Althan...bunda rindu sama kamu.."

tringg

"Bunda!! Aku kehujanan!!"

Teriakan serta rengekan tersebut mengalihkan perhatian Riani. Ia menatap anak bungsunya yang merengek dengan seragamnya yang basah terkena hujan

Riani menghela nafasnya "kebiasaan, bunda kan udah bilang kalo ujan itu diam dulu. Kamu pasti nerobos hujan lagi kan?"

Riani mengambil handuk dibelakang lalu ia menghampiri anak bungsunya

"Ishh...aku mau cepat pulang, gak mau nunggu lama"

"Jangan peluk bunda!!" Seru Riani saat anaknya itu hendak memeluknya

Elvan menerbitkan senyum lebar "hehe...maaf bun" ia mengambil handuk ditangan Riani, lalu ia mengelap wajahnya serta rambutnya

"Kenapa gak langsung pulang ke rumah!?" ucap Riani menatap tajam Elvan

"Gak mau. Takut sendirian"

Riani menghela nafasnya "yaudah kamu ganti baju sana ntar sakit"

"Iyaa iya bundaku..."



***



Alden membukakan matanya, terlihat atap langit kamar yang terasa asing. Ia menolehkan pandangannya menatap sudut kamar yang didominasi warna abu dan hitam yang sangat asing dimatanya. Kemudian matanya tertuju kepada wanita paruh baya yang masih terlihat cantik tengah menatapnya dengan senyuman yang kini duduk dipinggir ranjang

"Akhirnya kamu sadar juga"

Alden mengernyitkan dahinya menatap bingung sosok didepannya "tante siapa? Aku ada dimana?"

Ariana terdiam lalu tak lama ia tersenyum menatap wajah teman anaknya "Kata Theo kamu hilang ingatan ya. Nama tante Ariana, mamanya Theo. Kamu sekarang ada dikamar Theo"

Alden menganggukkan kepalanya "makasih tante, udah nolongin aku"

"Lo udah bangun"

Terlihat Theo baru keluar dari kamar mandi hanya memakai celana pendeknya dengan handuk yang masih menggantung di bahunya

Ariana beranjak "yaudah tante kebawah dulu ya"

Theo mendudukkan tubuhnya di ranjang tempat tidurnya, ia mendekatkan wajahnya kepada Alden "lo gapapa?"

Alden memundurkan wajahnya yang mulai memanas melihat Theo yang shirtless "a-aku baik, s-sana jauh jauh"

Theo menghiraukan ucapan Alden, tangannya memegang dahi Alden dengan wajahnya yang tepat berada dihadapan Alden

"A-aku gapapa. Udah sana pake bajunya!!" Alden beringsut menjauh saat wajahnya mulai memerah, ntah kenapa ia sangat malu melihat Theo tengah telanjang dada. Apalagi otot ototnya yang terasa pas ditubuh Theo

Theo mengulum senyumnya lantas ia menjauhkan wajahnya. Menatap Alden yang tengah menahan malu. Tanpa berbicara ia pergi menuju walk in closet untuk memakai baju



***



"Kak aku mau pulang"

Theo menoleh, menatap penuh tanya atas panggilan Alden kepadanya "kak?"

Alden melebarkan matanya "ehh..hmmm Theo aku mau p-pulang" ucapnya dengan gugup

Theo menganggukkan kepalanya, ia lantas menyimpan hpnya diatas meja, lalu beranjak dari sofa untuk mengambil jaket dan kunci mobilnya

Alden beranjak dari ranjang tempat tidur Theo. Ia sendiri sudah mengenakan sweater milik Theo yang cukup kebesaran ditubuhnya dan juga celana training

Theo menuruni tangga diikuti oleh Alden dibelakangnya. Terlihat Ariana yang berada diruang tengah sedang menonton tv menolehkan kepalanya saat mendengar langkah kaki menuruni tangga

"Kamu udah mau pulang Al? Gak makan disini dulu?" tanya Ariana saat melihat anaknya dan juga temannya hendak pergi keluar

Alden menggelengkan kepalanya seraya tersenyum menatap wajah Ariana "gak usah tante. Aku mau langsung pulang aja. Makasih ya tan, jadi ngerepotin tante"

Ariana menatap dalam wajah Alden "gapapa, kamu kan temannya Theo"

"Yaudah bun, aku mau anter Alden dulu" potong Theo

"Yaudah kalian hati hati dijalan"
Theo dan juga Alden menganggukkan kepalanya, mereka melangkahkan kakinya keluar rumah meninggalkan Ariana

Langkah Theo terhenti saat seseorang membukakan pintu rumahnya terlebih dahulu memasuki rumah yang tak lain ayahnya, Erick Satya Gilbert

"Mau kemana kamu!?"

Suara berat tersebut mengangetkan Alden. Terlihat pria paruh baya yang masih terlihat tampan berdiri didepannya dengan tatapan yang sangat tajam

"Bukan urusan anda!" Theo berlalu terlebih dahulu keluar dari rumah

Sedangkan Alden sangat gugup ditatap seperti itu oleh Erick, ayah temannya yang menurutnya sangat menyeramkan

"P-permisi om" dengan cepat Alden pergi menyusul Theo meninggalkan Erick

Erick tercenung sesaat, ketika matanya bertemu dengan mata teman anaknya itu, ia merasa ada yang berbeda, ia pernah sesekali melihat wajah teman teman anaknya, namun kali ini rasanya ia sangat tidak asing dengan bola mata Alden













__________________________________

Jangan lupa vote nya!!

Not Me (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang