Sebuah peristiwa besar yang mengubah kehidupan seorang Althan, entah kesalahan apa yang ia buat sehingga ia harus merasakan semua ini.
Seseorang yang tidak bertanggung jawab merubah wajahnya menjadi wajah orang lain yang tak lain adalah wajah Alden...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Alden menghela nafasnya, ia meraba wajahnya sembari menatapnya dari cermin di kamarnya
Benaknya dipenuhi banyak pikiran, bagaimana dengan orang tua Alden jika ia jujur bahwa sebenarnya ia bukan anaknya. Dan bagaimana reaksi Riani jika ia mengaku bahwa ia Althan, anaknya.
Apakah bisa wajahnya kembali menjadi seperti dulu. Sungguh ia ingin hidup seperti dulu lagi. Hidup sederhana namun selalu ada bundanya untuk menjadi sandaran disaat ia ada masalah, ataupun juga ada Elvan yang selalu menghiburnya.
drttt
Suara dering hp disampingnya terdengar, tertera nama 'Theodore' di layarnya.
Lantas ia mengangkatnya
"Gw ada didepan rumah lo, siap siap gw mau ajak lo pergi"
"Kema-"
"Gw gak terima penolakan"
Sambungan pun terputus sebelah Alden kembali menghela nafasnya, padahal rencananya hari libur ini ia akan menemui Leo. Terpaksa ia menuruti perintah Theo, lantas ia segera bersiap-siap
Alden membuka pintunya bersamaan dengan pintu kamar Ashton yang terbuka. Ia terdiam ketika Ashton juga menatapnya
"Kemana?" tanya Ashton melihat penampilan Alden
"Aku mau keluar"
"Sama siapa?"
"Hmm sama temen. Yaudah kak aku duluan ya bye.."
Alden berjalan cepat menuruni tangga meninggalkan Ashton yang masih terdiam menatapnya
Terlihat Yasmin yang tengah duduk di sofa dengan majalah ditangannya, sedangkan disudut lain Darwis tengah membaca koran dan juga kopi di tangannya
Alden lantas menghampiri mereka untuk meminta ijin keluar
"Ma, pa hmm aku mau ijin keluar"
Yasmin menaruh majalahnya dan berdiri menghampiri anaknya
"Kamu mau keluar sama siapa? Sama Ashton?" tanyanya
Alden menggelengkan kepalanya "sama temen ma, itu udah ada didepan"
"Yaudah hati hati"
Alden mengangguk, Ia meraih tangan Yasmin untuk berpamitan, lalu ia menghampiri Darwis dan melakukan hal yang sama
"Yaudah ma, pa aku pergi"
Yasmin menggelengkan kepalanya, ia sudah tak heran lagi dengan tingkah laku anak bungsunya
***
Theo membuka kaca helmnya melihat kedatangan Alden, dibalik helm fullface nya ia tersenyum tipis melihat penampilan Alden yang ntah mengapa terlihat manis dimatanya
"Mau ajak kemana io?"
"Rahasia, nih pake"
Theo memberikan helmet yang ia bawa, ia memang sengaja beli agar tidak repot ketika akan membonceng Alden
"Pake rahasia segala, ini punya siapa lagi" Alden lantas memakai helmet yang diberikan Theo
"Itu khusus lo"
Theo tersenyum melihat Alden yang semakin terlihat manis dengan helmet dan juga kacamata yang ia kenakan, ia menepuk gemas kepala Alden
"Apasih!!"
"Udah ayo naik"
"Iya iya bentar"
***
Theo menghentikan motornya didepan lapangan luas dengan tulisan 'Arthayasa Stables' di pintu masuknya
"Mau ngapain kita kesini io?"
"Gw mau ajak lo berkuda"
"Hah!? Tapi aku gak bisa"
"Kan ada gw"
Theo meraih tangan Alden untuk digenggamnya, ia menarik Alden menuju penjaga lapangan berkuda
"Pak saya pesan untuk 2 orang" ujar Theo pada bapak penjaga
"Aku gak mau io, aku gak bisa!!" rengek Alden, ia sedikit takut karena belum pernah sama sekali menaiki kuda
"Yaudah pak kudanya satu aja berdua"
"Baik silahkan masuk mas"
Theo dan Alden diarahkan penjaga tersebut menuju ruang peralatan
"Ini mas helm sama rompinya"
Theo dan Alden memakai pengaman untuk menjaga hal yang tidak diinginkan
"Ini mas kudanya"
Theo mengangguk, ia menarik kuda yang masih berada didalam kandangnya
"Aku gak bisa io"
"Gapapa ada gw, ayo naik"
Theo menarik Alden dan membantunya untuk menaiki kuda, lantas ia ikut naik dibelakang Alden
Theo menarik tali kekang kudanya, ia mendekap tubuh Alden yang masih tegang
"Tenang ada gw" bisik Theo pada telinga Alden
Theo semakin menarik tali kekangnya, lantas kuda tersebut semakin cepat larinya
Raut tegang Alden tergantikan dengan ekspresi sumringahnya, ternyata naik kuda gak seperti yang ia bayangkan Alden mencoba untuk menarik tali kekangnya dibantu Theo yang masih menggenggamnya
"Ternyata naik kuda gak seperti yang aku kira!!!" teriak Alden dengan bibirnya yang tersenyum lebar
"Makanya jangan takut dulu" jawab Theo
Walaupun mata Theo fokus ke depan, namun hidungnya selalu mengendus leher Alden tanpa Alden sadari
"Seru banget!!!" Alden berteriak, sejenak ia melupakan masalah yang dihadapinya
Theo melepaskan genggamannya tangannya pada jari Alden, ia membawa tangannya untuk memeluk perut Alden yang terasa pas di dekapannya
Alden tidak menyadari tingkah Theo, ia terlalu fokus dan juga semangat untuk menarik tali kekang kudanya
Nafas Alden sedikit terengah, ia melepaskan genggaman pada tali kekangnya begitu kuda berhenti
Theo pun melepaskan pelukannya takut Alden menyadari tingkahnya, ia lebih dulu turun dari kuda lalu membantu Alden untuk turun
"Hufttt... Cape tapi seru" ucapnya tersenyum lebar kepada Theo
Theo menarik sudut bibirnya, ia mengelap dahi Alden yang sedikit berkeringat dengan tangannya
"Gw harap lo lupain sejenak masalah lo"
Alden mengangguk, ia tersenyum tulus pada Theo
"Aku gak nyangka kalo kak Theo yang sangat galak bisa semanis ini"
Memang ia baru kali ini melihat Theo bersikap manis, biasanya dulu yang ia lihat wajah datar dan seram. Begitulah yang dikatakan oleh seluruh murid Sansakerta
"Padahal dulu aku takut liat muka serem kakak" lanjutnya tanpa sadar
Theo mengerutkan dahinya mendengar ucapan Alden, ia sedikit bingung padahal dulu ia tidak pernah melihat wajah Alden yang ketakutan melihatnya
"Ehh... Lupain, a-ayo kita pulang aku cape"
Alden meringis, wajar Theo menampilkan wajah bingungnya. Karena Alden yang dulu itu temannya jadi mana mungkin takut liat wajahnya